Share

Bab 23

Author: PrinccesSha
last update Last Updated: 2025-12-21 10:02:30

Alice menatap tumpukan uang di tangannya, lalu menatap Aras dengan mata hitamnya yang bulat dan tegas. Bukannya takut, ia justru melangkah maju, berdiri tepat di depan kaki Maminya yang gemetar.

"Paman Pedagang Manusia," suara Alice terdengar lantang, "Mami tidak pernah memintaku bicara buruk tentang Paman. Tapi kalau Paman datang ke sini hanya untuk memarahi Mami dan membuatnya takut, berarti Paman bukan bos yang baik!"

Aras tertegun. Ia terbiasa ditakuti oleh kolega bisnisnya, bahkan Archie pun jarang berani menentangnya secara terbuka. Namun, gadis kecil ini menatapnya seolah Aras hanyalah pengganggu jalanan.

"Alice, jangan bicara begitu..." bisik Teresa panik, mencoba menarik Alice kembali.

"Tidak, Mami! Paman ini sombong sekali karena punya mobil besar," lanjut Alice, menunjuk Rolls Royce Aras. "Mami bekerja keras. Dia sering pulang dengan mata lelah karena mengurus putra Paman. Bukannya berterima kasih, Paman malah membentak-bentak. Paman harus minta maaf!"

Aras merasa dada
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Istri Kecil, Tuan Aras!   Bab 23

    Alice menatap tumpukan uang di tangannya, lalu menatap Aras dengan mata hitamnya yang bulat dan tegas. Bukannya takut, ia justru melangkah maju, berdiri tepat di depan kaki Maminya yang gemetar. "Paman Pedagang Manusia," suara Alice terdengar lantang, "Mami tidak pernah memintaku bicara buruk tentang Paman. Tapi kalau Paman datang ke sini hanya untuk memarahi Mami dan membuatnya takut, berarti Paman bukan bos yang baik!" Aras tertegun. Ia terbiasa ditakuti oleh kolega bisnisnya, bahkan Archie pun jarang berani menentangnya secara terbuka. Namun, gadis kecil ini menatapnya seolah Aras hanyalah pengganggu jalanan. "Alice, jangan bicara begitu..." bisik Teresa panik, mencoba menarik Alice kembali. "Tidak, Mami! Paman ini sombong sekali karena punya mobil besar," lanjut Alice, menunjuk Rolls Royce Aras. "Mami bekerja keras. Dia sering pulang dengan mata lelah karena mengurus putra Paman. Bukannya berterima kasih, Paman malah membentak-bentak. Paman harus minta maaf!" Aras merasa dada

  • Istri Kecil, Tuan Aras!   Bab 22

    Setelah menidurkan Archie yang kelelahan dan mengobati luka-lukanya dengan tangan gemetar, Teresa tidak bisa lagi menahan amarahnya. Dia segera mengambil ponselnya dan menekan nomor Aras. Dadanya sesak melihat putra sulungnya diperlakukan seperti sampah di sekolah elit itu. "Halo, Tuan Yohan," suara Teresa bergetar, antara sedih dan marah. "Ada apa lagi, Teresa? Aku sedang dalam perjalanan pulang," jawab Aras dingin dari seberang telepon. "Archie sudah pulang. Tapi... dia hancur, Aras! Seragamnya penuh tinta, wajahnya memar, dan bibirnya pecah. Anak itu mengalami perundungan dan penghinaan yang luar biasa hari ini. Aku harap kau segera mengurus masalah ini—" "Cukup, Teresa!" Aras menyela dengan nada tajam yang membuat Teresa tersentak. "Aku sudah ingatkan berkali-kali, ini bukan tempatmu mengajariku cara mendidik putraku sendiri. Perkelahian antar anak laki-laki adalah hal biasa. Jangan mendramatisir keadaan hanya untuk menarik perhatianku." Teresa memejamkan mata, air matan

  • Istri Kecil, Tuan Aras!   Bab 21

    "Kalau begitu ayah akan berangkat bekerja, pengasuhmu yang akan mengantar ke sekolah. Tidak masalah, kan?" Pamit Aras mengacak rambut hitam putranya. "Em, huh!" Archie mengangguk enggan, dari matanya bisa terlihat kalau sebenarnya dia menolaknya. Aras memperhatikan semua itu, dia teringat apa yang di katakan Teresa tempo hari. Kalau anak-anak dan orang tua di sekolah itu tidak menyukai Archie. Rasa khawatir muncul di hati Aras. "Bilang pada ayah, apa benar kamu tidak suka pergi ke sekolah?" Tanya Aras menatap Archie serius. Archie memalingkan wajahnya, membukam mulutnya. Aras mendesah pelan. Selalu saja, setiap kali dia berusaha berkomunikasi pada putranya tentang masalah seperti ini, Archie selalu menghindar dan menolak untuk jujur. Bocah itu selalu acuh tak acuh, merasa bisa menyelesaikan semuanya sendiri. Merasa bahwa dengan posisi dan otoritasnya, tidak akan ada yang berani padanya. "Baik, kalau kamu tidak bisa mengatakannya. Ayah anggap semuanya baik-baik saja. Kalau beg

  • Istri Kecil, Tuan Aras!   Bertukar Peran 2

    Aras dan Teresa langsung memandang Arthur yang berdiri di depan mereka, kaget. Arthur yang berpura-pura menjadi Archie, hanya menatap Ayahnya dengan tatapan penuh menuntut. "Apa semua itu benar?" Tanya Aras mencibir dengan bibirnya yang tipis, mengarahkan tatapan tajamnya pada Teresa. Mendapat serangan intimidasi dari Aras, Teresa semakin gelisah. Dia tahu Arthur sedang bertindak, tetapi dia harus melindungi rahasia keberadaan Alice. "Ya, aku memang punya anak perempuan," kata Teresa pelan, memilih untuk memberitahu setengah kebenaran. "Dia lebih muda dari Archie. Dan selama dua hari ini dia demam. Aku terlambat karena harus merawatnya." Aras mengerutkan keningnya. Wajahnya menunjukkan rasa jijik. Bagaimana bisa dia memacari pria lain dan memiliki anak lagi setelah meninggalkan bayinya sendiri? "Aku tidak ingin tahu tentang drama keluargamu," usir Aras, tidak ada belas kasihan. "Yang aku tahu, kau harus mengurus Archie dengan sepenuh hati. Jika tidak bisa, lebih baik kau b

  • Istri Kecil, Tuan Aras!   Bertukar peran

    Archie menarik tangan Arthur turun ke bawah, tapi saat mereka tiba di tangga lantai dua. Mereka justru mendengar perdebatan sengit antara Teresa dan Aras. Mereka akhirnya memutuskan untuk bersembunyi dan menyaksikan perdebatan kedua orang tua mereka. Teresa yang berdiri dengan berani, terus membela dirinya. "Tuan Yohan, kau selalu menyalahkan semuanya kepadaku. Kau tidak pernah puas akan apa yang sudah aku lakukan. Padahal kau sendiri berbuat hal yang tidak benar dengan membiarkan wanita berbeda untuk mengantar dan menjemput anakmu ke sekolah, tapi kau tidak pernah berpikir apakah itu akan mempengaruhi Archie atai tidak?" "Jangan meremehkan caraku mengasuh Archie. Aku tidak perlu mendengar protesanmu. Selain itu, wanita yang kau bilang itu adalah saudara dan kerabat Archie. Kenapa harus mempermasalahkannya?" Balas Aras marah. "Lalu, bagaimana dengan Nasya? Apa dia kerabat Archie?" "Teresa, kau tidak berhak ikut campur dalam kehidupan pribadiku!" "Siapa yang perduli dengan ke

  • Istri Kecil, Tuan Aras!   Arthur meet to Archie?

    Meskipun Teresa bergegas cepat, dia tetap seja terlambat sampai di rumah mewah Aras. Aras berdiri di balkon kamarnya, menatap Teresa yang terburu-buru masuk ke dalam rumah.​"Lagi-lagi kau telat, Nona Teresa." Suara dingin Aras mengagetkan Teresa hingga jiwanya terasa hampir meninggalkan tubuhnya. Ia mendongak, melihat seringai terkutuk Aras. "Ja-jalanan macet pagi ini, maka-nya aku terlambat." Ucap Teresa memberikan alasan.​"Macet?" Wajah Aras menggelap. Ia berjalan menuruni tangga dan duduk di sofa ruang tamu. "Baiklah. Kau tahu aturannya. Karena kau terlambat, apa yang harus aku lakukan padamu?" Teresa menelan ludah, dengan jelas mengingat peringatan Aras kemarin, jika dia terlambat lagi maka dia tidak perlu bekerja lagi. Kalau bukan karena Archie, dia mungkin sudah mengundurkan diri sejak lama karena memiliki bos yang busuk seperti Aras. "Ini memang salahku. Tolong maafkan aku." Cicit Teresa pelan. Aras mencibir. "Kalau permintaan maaf semudah itu, untuk apa ada kontrak? Ka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status