Share

Tiga Bayi

Author: PrinccesSha
last update Last Updated: 2025-11-16 11:48:38

satu tahun kemudian...

Teresa sudah melahirkan tiga bayi lucu di rumah sewaannya. Dia terpana melihat bayi-bayi imutnya di tempat tidurnya, dua laki-laki dan satu perempuan.

Satu tahun ke belakang, pencarian akan dirinya tidak pernah di hentikan.

Pria bergengsi tinggi dan bermartabat seperti Aras Yohan tidak akan pernah melepaskan dendamnya setelah di permainkan untuk pertama kali dalam hidupnya. Apalagi yang melakukannya adalah Teresa orang yang selama in begitu patuh padanya.

Bisa di pastikan, jika Teresa di tangkap olehnya itu akan menjadi akhir dari segalanya.

Teresa ragu balas dendam pria itu akan berakhir bahkan jika ia melemparkan Teresa ke laut dan memberinya makan pada hiu-hiu kelaparan.

Apalagi sekarang dia memiliki tiga bayi yang harus dia jaga dan mustahil baginya untuk bersembunyi.

Teresa berpikir untuk waktu yang lama dan berubah pikiran. Dia bersedia untuk menahan rasa sakit karena berpisah dengan salah satu cintanya agar bisa menjalani sisa hidupnya dengan damai.

"Maafkan, Mami Sayang... kamu harus berpisah dengan dua saudaramu yang lain."

___

"Tuan! Tuan!"

Teriak kepala pelayan di kediaman Aras, berlari menuju ruang kerja majikannya.

Tok! Tok!

"Tuan! Tuan!" Serunya terdengar panik.

Aras yang berada di dalam ruangan mendesah kasar, padahal dia sedang mengerjakan sesuatu yang penting sekarang.

"Ada apa?" tanya nya dingin setelah kepala pelayan masuk ke ruangannya.

"Itu... Tuan, ada paket dari Nyonya Teresa."

Brak!

Aras langsung berdiri, dengan langkah lebar keluar dari ruangan itu menuju lantai bawah.

Aras menerima hadiah yang tidak pernah di harapkan, yaitu seorang bayi yang baru lahir terbungkus dan berteriak meminta makanan.

"Ke mana ibu dari anak ni?" Tanyanya sambil menggerutu, wajahnya dingin.

'Berani-beraninya wanita itu mengambil benihnya dan menghindari tanggung jawab untuk merawat anaknya?'

"Maafkan saya, Tuan," Jawab sang kurir, "Ibunya sudah meninggal dunia di rumah sakit karena pendarahan hebat."

Tubuh Aras menegang dan terdiam, dia membutuhkan waktu lama untuk memproses berita itu, tapi di matanya masih ada sedikit keraguan.

"Meninggal?"

Kurir itu mengangguk dengan wajah muram, mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto mayat Teresa kepada Aras.

"Tuan, ini adalah foto nyonya Teresa yang kami ambil di hari pemakamannya."

Mata Aras melirik ke arah layar ponsel itu. Wanita itu tampak mengerikan dengan wajah bengkak pucat seperti hantu. Matanya menonjol terbuka lebar dan menatap tepat ke arah layar. Membuat Aras bergidik ngeri.

"Di mana dia di kuburkan?"

"Di pemakaman No.537 Pemakaman Cabang Golden Hils."

Aras memeluk bayi itu, dan kembali masuk ke dalam rumah tanpa sepatah kata lagi.

Sementara itu, Rose yang berada di dalam mobil memperhatikan semuanya ada ekspresi masam di matanya.

'Bahkan berita kematiannya tidak menggugah ekspresi tenang Aras.'

Kerinduannya pada pria itu mungkin akhirnya sirna selamanya. Jika dalam dua kehidupan dia tidak mampu untuk meluluhkan hatinya, kenapa dia harus tetap bersikeras dan mencoba?

___

Lima tahun kemudian.

Di luar bandara Ibu Kota, Teresa menarik koper miliknya. Dia mengenakan topi baseball, kacamata hitam besar dan penutup waja berwarna gelap. Wajahnya sebagian besar tertutup rapat.

Di belakangnya terdapat dua anak lucu berusia lima tahun, yang memiliki tinggi lebih dari teman sebayanya.

Satu anak laki-laki mengenakan Jersey merah dengan sayap di pundaknya di pasangkan dengan celana panjang hitam dan sepatu Nuke hitam. Sementara saudara perempuan di sebelahnya, mengenakan kuncir rambut dan gaun putri merah muda. Wajahnya cantik, dan putih bersih seperti seorang peri.

"Wow, mereka anak-anak yang lucu! Apa mereka seorang bintang kecil?" Bisik orang-orang kagum, pada mereka berdua.

"Tampan dan cantik. Orang tuanya pasti dari bibit unggul." Puji mereka menatap kagum pada kedua anak kecil.

Arthur dan Alice sudah terbiasa dengan pemandangan itu. Mereka bahkan berpose ketika orang-orang meminta untuk berfoto bersama.

"Aku Arthur, Kakaknya."

"Aku Alice, Adiknya."

"Arthur! Alice! Mami sudah bilang pada kalian mengenai penculikan anak, kan?! Apa kalian mau di culik? Kenapa kalian memberitahu nama kalian dengan mudah pada orang yang tidak di kenal? apa itu akan membuat mereka mati kalau mereka tidak tahu nama kalian?" Kesal Teresa pada kedua anaknya.

"Mami, Kenapa kamu membalut tubuhmu seperti itu?" Tanya Arthur sebal, mengalihkan topik pembicaraan mereka.

Teresa meringis di balik maskernya. Bagaimanapun, dia sudah menipu Aras selama ini dan memalsukan kematiannya. Jika dia tiba-tiba muncul dalam keadaan hidup, dia mungkin akan membunuhnya dengan kedua tangannya sendiri.

Ibunya tiba-tiba sakit keras dan menginginkan bertemu dengan anak dan cucunya untuk terakhir kali. kalau bukan karena itu, Teresa tidak akan pernah membahayakan dirinya dengan kembali ke kota ini lagi.

"Apa yang anak kecil tahu? ini di sebut gaya. Ini tren terbaru." Kilah Teresa dengan nada meremehkan. "Pakai kacamata kalian!" Bentaknya lagi pada si kembar.

Kedua anak itu mendesah pasrah, mengikuti keinginan Mamanya.

"Setidaknya menurut Mami, itu keren." Ucap Teresa puas.

Mereka berjalan keluar bersama, Teresa terus memperingati kedua anaknya agar tidak bersikap sembarangan lagi.

"Ingat! Keamanan di sini tidak bagus, banyak perdagangan manusia di mana-mana, jadi kalian jangan berlarian kesana kemari." Peringat Teresa.

Namun, jantung Teresa tiba-tiba hampir keluar karena melihat Aras berdiri di pintu keluar bandara.

"Terutama pria yang terlihat seperti anjing dengan jas dan dasi. Siapa yang tahu? Bahkan jika dia berpakaian bagus, dia mungkin binatang buas di baliknya. LIhatlah, Pria yang berjalan di sana," Tunjuk Teresa pada sosok Aras. "Meskipun terlihat tampan, dan baik, dia mungkin saja pria yang kejam. Kemungkinan besar dia seorang pedagang manusia. Pokoknya kalau kalian bertemu pria seperti itu, pastikan kalian menjauhi mereka. Mengerti?"

Setelah mengatakan itu, Teresa kembali panik karena Aras berjalan ke arahnya dan tersenyum hangat.

Teresa langsung terpaku di tempat, tubuhnya membeku dan wajahnya tampak kacau.

'Gak mungkin! Apa Aras telah berubah selama lima tahun kematiannya? Wajah sedingin esnya sudah berubah?' gumam Teresa dalam hati.

"Apa karena aku? Mungkin setelah lima tahun perpisahan, dia akhirnya sadar apa yang telah hilang dari hidupnya?" gumam Teresa pada dirinya sendiri.

"Aras!" suara lembut wanita dari belakangnya, dengan cepat menghancurkan khayalan Teresa.

Aras melewati Teresa, dan menghindari kedua anakya.

Teresa mendesah pelan. "Benarkah? Kenapa pria ini tersenyum pada wanita itu?" Kaget Teresa, karena setahunya Aras membenci wanita.

"Mami, pria itu sepertinya orang baik. Bagaimana mungkin dia adalah pedagang manusia!" Protes Alice kali ini. wajahnya bahkan menunjukan ketertarikan pada Aras.

"Apa yang kamu tahu? Kamu tidak bisa menilai seseorang dari penampilannya." Gumam Teresa, menarik anak-anaknya dengan sangat cepat.

"Bajingan!" Teresa mengutuk, saat melihat Aras menunjukkan perhatian dan sikap lemah lembut pada wanita lain. Ada bagian lain di hatinya yang tidak rela.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kecil, Tuan Aras!   Kekasih Kecilku 2

    Aras mengabaikan suara penyesalan Teresa, mendorong Teresa dengan kasar ke bawah meja. melepas dasi birunya dan mengikat tangannya ke kaki meja. kemudian mengambil kain lap dan memasukkannya ke dalam mulut Teresa. Yang bisa di lakukan Teresa hanyalah terus menyerang Aras dengan kedua kakinya yang tidak di ikat. Sayangnya semua itu sia-sia. Melihat Teresa tergeletak tak berdaya Aras merasakan kepuasaan sesaat. Dia mengeluarkan ponselnya dan sengaja menghubungi anak laki-lakinya. Teresa yang di bawah dengan rambut berantakan, pakaian sobek dan kaki yang di penuhi memar menatap Aras marah. Jeritanya yang tak terdengar sebenarnya adalah serangkaian kata-kata kotor yang di tunjukkan untuk Aras. Dia mengutuk bahwa Aras akan tertabrak mobil jika di jalan, dia akan di telan tsunami jika pergi ke laut dan mengalami tornado jika naik ke pesawat. "Ayah!" Teresa terdiam mendengar suara anak laki-laki dari ponsel Aras. Aras memandang teresa dengan jijik. Kemejanya menjadi longgar setel

  • Istri Kecil, Tuan Aras!   Kekasih Kecilku

    "Menggigit? Tentu saja, aku tidak sudi menempelkan anggota tubuhku pada sesuatu yang kotor seperti dirimu!" Kata Aras menaikkan alisnya, memandang Teresa arogan. "Teresa, jadi bagaimana kau akan membayar apa yang telah kau lakukan padaku lima tahun lalu?" Tanya Aras lagi sinis. Ingatan lima tahun kembali terbayang pada Teresa, dia menggunakan sedikit obat dan membuat Aras... "A.. aku akan menebusnya!" Teresa mencoba berkilah. "Bagaimana kalau aku membayarmu sepuluh kali lipat dan membuatmu tidur dengan sembarang laki-laki?" Aras mencengkram dagu Teresa. ada kilatan amarah dan kekesalan pada Aras. dia terlihat seperti singa yang haus, dan siap menerkam musuhnya kapan saja. "Apa yang kamu inginkan?" Tanya Teresa waspada. Aras mengabaikannya, tanganya bergerak ke arah leher Teresa dan menarik pakaian nyentrik Teresa dengan sekuat tenaga, hingga terdengar sobekan kain. "Teresa, apa kamu ingat bagaimana kamu memperlakukanku saat itu? Hari ini aku akan membalas dua kali lipat dari ap

  • Istri Kecil, Tuan Aras!   Perangkap

    Pusat Medis Zenith... Aras pergi ke ruang pemeriksaan. Ketika dia masuk salah satu petugas rumah sakit langsung menyambut dan memberikan laporan. "Tuan Aras, data pasien sudah di masukan ke dalam system kita dua puluh menit lalu. Kami telah melakukan sesuai perintah Anda dan meletakkan alat pengintai. Tapi, wanita itu tampak sangat berbeda dari foto yang anda berikan kepada kami." Lapornya sedikit ragu pada Aras. Petugas itu langsung memutar video dari kamera pengintai. Mata Aras terpaku pada monitor. Wanita yang muncul di monitor berpakaian ala model punk muncul di layar. Aras mengerutkan keningnya dan memperhatikan wanita berambut gimbal bibir di olesi lipstik merah tua dan ceruk mata seperti kucing. Aras meringis geli. "Perbesar!" Teriak Aras. Wajah Teresa di perbesar di layar dan menghasilkan gambar berdefinisi tinggi yang jelas menampakkan wajah Teresa. Dia masih terlihat sama... Aras menyipitkan matanya, meskipun Teresa berdandan nyeleneh, tapi tetap saja dia tidak bisa me

  • Istri Kecil, Tuan Aras!   Rencana Aras 1

    Setengah jam berlalu.. Mobil yang di tumpangi Aras dan Stefani berhenti di dekat pintu masuk Pemakaman Golden hils. Lewat kaca, Stefani membaca tiga kalimat yang terpampang besar, Pemakaman Golden Hils. Seketika wajahnya memucat. Satu-satunya alasan dia pulang adalah, untuk mengunjungi neneknya yang sakit. Hanya karena nenek. "Apa nenek ada di sini?" Tanya Stefani terengah-engah. "Teresa yang ada di sini." Ujar Aras acuh tak acuh. "Teresa? Teresa di makamkan di sini?" Stefani menghela napas lega, untung bukan neneknya. "Apa ini Remembrance Day? Atau All Saints Day? Kenapa kita di sini?' (Remembrance Day atau All Saints Day adalah hari untuk berkunjung ke makam keluarga, tentara dan orang-orang suci di negara eropa.) "Aaaa... kamu masih memiliki perasaan untuk Teresa, aku tahu itu! Maksudku, apa lagi yang bisa menjelaskan kelahiran Archie kalau bukan itu?" Teriak Stefani kegirangan. Aras sudah mengambil langkah panjang masuk kedalam pemakaman. Mendengar kalimat Stefani di

  • Istri Kecil, Tuan Aras!   Pertemuan pertama?

    "Permisi."Aras berbicara ketika Teresa sedang memanggil taksi. suaranya yang berat dan lembut, seolah-olah bisa meledakkan hati Teresa.Teresa agak panik kemudian menggeret kopernya menyingkir, karena sadar mereka bertiga ternyata menghalangi jalan Aras. Mereka berdiri di depan sebuah mobil Rolls Royce dengan logo Emily milik pria itu. "Kau pasti dalam kesulitan sehingga harus membalut diri mu seperti itu. Tapi kenapa kau memaksa anak-anak mu untuk memakai kacamata hitam? Bukankah itu akan membahayakan mereka? Apa kau tidak khawatir mereka akan jatuh karena tersandung?" Sinis wanita yang bersama Aras.Teresa merasa mual. 'Aku tidak harus berpakaian seperti ini, kalau tidak untuk menghindari kotoran seperti kalian.' umpat Teresa dalam hati.Namun, kata-kata itu justru membuat Alice marah. Dalam kamusnya Maminya selalu benar.Siapapun yang berbicara buruk tentang Maminya, akan mengubah Alice dari seorang anak malaikat menjadi iblis kecil.Bruk!Alice langsung menabrakan dirinya ke wan

  • Istri Kecil, Tuan Aras!   Tiga Bayi

    satu tahun kemudian...Teresa sudah melahirkan tiga bayi lucu di rumah sewaannya. Dia terpana melihat bayi-bayi imutnya di tempat tidurnya, dua laki-laki dan satu perempuan. Satu tahun ke belakang, pencarian akan dirinya tidak pernah di hentikan.Pria bergengsi tinggi dan bermartabat seperti Aras Yohan tidak akan pernah melepaskan dendamnya setelah di permainkan untuk pertama kali dalam hidupnya. Apalagi yang melakukannya adalah Teresa orang yang selama in begitu patuh padanya.Bisa di pastikan, jika Teresa di tangkap olehnya itu akan menjadi akhir dari segalanya. Teresa ragu balas dendam pria itu akan berakhir bahkan jika ia melemparkan Teresa ke laut dan memberinya makan pada hiu-hiu kelaparan.Apalagi sekarang dia memiliki tiga bayi yang harus dia jaga dan mustahil baginya untuk bersembunyi.Teresa berpikir untuk waktu yang lama dan berubah pikiran. Dia bersedia untuk menahan rasa sakit karena berpisah dengan salah satu cintanya agar bisa menjalani sisa hidupnya dengan damai. "M

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status