Share

Datang Bulan

Penulis: Writergaje23_
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-16 14:17:37

Begitu merasa sedikit membaik dan pulih, Aileen memutuskan untuk bekerja lagi. Perempuan itu bahkan mulai membantu Bi Rindi di dapur juga menyiapkan segala kebutuhan Ayres di sekolah maupun di rumah.

Arsen dan Namira yang melihat betapa keras kepala perempuan 19 tahun itu akhirnya cuma bisa menghela berat. Bingung harus mencegah seorang Aileen Nayara bagaimana lagi. Perempuan itu terlalu keras kepala.

"Aileen." Panggilan bernada dingin itu dibalas Aileen dengan deheman.

Perempuan yang siang ini tengah mengepel lantai rumah dengan setelan baju tidur yang masih melekat di tubuh bahkan tidak berniat memandang Arsen sama sekali. Seolah wajah tampan majikannya kalah menarik dari lantai keramik yang basah.

"Lepas alat pelnya!" titah Arsen tegas yang dibalas Aileen dengan gelengan.

"Enggak bisa. Aku harus kerja, biar enggak dikira makan gaji buta," jawab perempuan itu sambil kembali melanjutkan kegiatan mengepelnya.

Arsen mendengkus sebal. Kemudian, tanpa aba-aba, pria itu merebut alat pel di tangan Aileen dan segera melemparnya ke sembarang arah.

PLETAK!

Gagang pel beserta ember air pel itu terpelanting kemudian tumpah di dekat sofa ruang tengah. Tepat di atas karpet persia super tebal yang baru Aileen cuci dengan susah payah beberapa hari lalu.

Benda itu malah kotor lagi.

"Santai aja dong, Om! Kalau mau marah ya marah aja. Dikira gampang apa nyuci karpet setebel dan segede ini?" tanya Aileen yang untuk pertama kalinya mengomeli sang majikan.

Arsen yang diomeli kontan mengerjap terkejut. Tidak menyangka reaksi Aileen akan semarah itu hanya karena sebuah karpet yang basah.

"Kok kamu jadi marah ke saya? Kamu lupa saya siapa? Jangan mentang-mentang anak saya suka sama kamu terus kamu bisa seenaknya bersikap lancang kayak gitu ke saya, ya!" peringat Arsen malah ikutan mengomel.

Aileen yang entah karena masih sakit atau memang sedang sensitif, justru malah terbawa suasana. Perempuan itu sampai lupa bahwa dia bekerja di rumah Arsen hanya sebagai pembantu saja.

"Emang kenapa kalau aku marah? Emang cuma majikan aja yang punya hak marah? Pembantu enggak punya hak apa-apa gitu?!" tanya Aileen balik ngegas.

"Lah siapa suruh kamu mau-mau aja jadi pembantu saya. Giliran soal hak, baru protes sekarang," komentar Arsen tidak mau kalah.

Ayres yang mendengar keributan antara sang Papa dan pembantu kesayangannya, kontan berlari mendekat dan menarik ujung baju kedua orang itu. Aileen dan Arsen kompak menoleh.

"Enggak boleh bertengkar! Kata Ibu Guruku enggak boleh!" cegah Ayres yang akhirnya membuat Aileen diam.

Beberapa saat kemudian, perempuan yang hari ini terlihat aneh itu memandang Arsen tajam.

"Dasar majikan sombong!" maki Aileen sebelum kemudian menghentakkan kaki sambil berjalan menjauh.

Ayres bahkan mengerjap terkejut melihat perubahan sikap Aileen. Tidak menyangka perempuan itu bisa marah juga.

"Papa ngapain Bibi Ai? Kok dia marah gitu? Tumben loh," tanya Ayres yang hanya dibalas Arsen dengan angkatan bahu acuh.

Sebenarnya, Arsen juga sedikit bingung dengan perempuan itu sejak pagi tadi. Setelah sembuh dari sakitnya, sepertinya kewarasan perempuan itu tertinggal di ranjang kamarnya.

Aileen memang berbahaya jika dibiarkan berdiam diri terlalu lama.

"Mana Papa tahu. Kamu bujuk deh sana, Ibumu!" suruh Arsen sebelum kemudian melenggang menuju kamar.

Ini hari minggu. Ayres libur. Arsen juga libur. Dan sepertinya ... kewarasan Aileen juga sedang berlibur.

***

Arsen terlonjak kaget begitu Aileen tiba-tiba menyembul dari kolong meja dapur. Perempuan yang siang ini masih dengan wajah masamnya, menatap Arsen sambil memutar bola mata jengah.

"Mau ngapain ke dapur? Masak belum azan zuhur udah lapar sih, Om? Aku belum masak!" tanya Aileen jutek.

Arsen mendelik tidak suka. Kenapa semakin lama perempuan ini semakin menjengkelkan saja? Sebenarnya apa masalah hidupnya?

"Lah suka-suka saya dong mau ke dapur atau lapar kapan aja. Emang masalah buat kamu?" tanya Arsen sewot.

Aileen mengendikkan bahu acuh sebelum kemudian melangkah meninggalkan dapur. Arsen semakin mengernyit tidak mengerti. Mata pria sipit itu memandangi sekitar dapur yang sudah bersih.

Tapi, anehnya, di jam dua belas siang ini, perempuan itu bahkan belum memasak apapun sama sekali. Biasanya, dialah yang paling semangat menyuruh Bi Rindi untuk memasak lebih awal sekalian membantu agar Ayres tidak perlu menunggu lama untuk makan siang.

Segera mengambil air dingin di kulkas kemudian menenggaknya hingga tandas, Arsen kembali berjalan menuju kamar kalau saja Ayres tidak menarik ujung bajunya dengan panik. Bocah lima tahun itu menatap sang Ayah linglung.

"A-Ayah ... Bibi Ai berdarah!" cerita Ayres yang seketika membuat Arsen tertegun.

Berdarah? Memangnya perempuan itu kenapa?

"Berdarah gimana maksud kamu? Dia jatuh? Atau gimana? Kok bisa sih?" tanya Arsen beruntun. Kini, dia malah ikut-ikutan panik.

"Liat sendiri aja, Papa," jawab Ayres sambil menarik-narik sang Ayah agar melihat keadaan sang Bibi.

Arsen berjalan cepat mengikuti langkah pendek sang putra. Begitu sampai di lantai bawah, pria itu semakin terperangah begitu mendapati banyak bercak merah di bagian belakang rok selutut yang dikenakan Aileen.

"Aileen!" Arsen memanggil cepat.

Aileen menoleh masih dengan wajah jengkelnya. Perempuan itu menatap Arsen tidak sabaran. Sepertinya sangat tidak suka karena kegiatan menyapunya diganggu oleh sang majikan.

"Apa? Mau sesuatu?" tanyanya ketus yang membuat Arsen malah menggaruk tengkuk salah tingkah.

"Itu!" Arsen menunjuk ke bagian bawah.

Aileen mengernyit tidak mengerti. "Kenapa, Om?" tanya perempuan pendek itu lagi.

"Kamu ... k-kamu lagi datang bulan, ya? Kayaknya kamu tembus tuh," tanya sekaligus jawab Arsen yang seketika membuat perempuan itu mengerjap.

Kepalanya menoleh ke belakang sambil meraba bagian belakang tubuhnya panik. Lalu, begitu menyadari bercak darah di sana, perempuan itu membalikkan tubuh malu.

Tanpa menunggu lama, Aileen melempar asal sapu di tangannya kemudian berlari kembali ke kamar. Ayres memandangi kepergian sang Bibi dengan pelongoan tidak mengerti.

"Itu Bibi Ai beneran berdarah loh, Pa. Kok dibiarin bukannya dibantuin? Nanti kalau dia mati kehabisan darah gimana?" tanya Ayres yang hanya dibalas Arsen dengan kerjapan bingung.

"Eung ... itu bukan darah. Bibi kamu cuma enggak sengaja dudukin saus tomat tadi. Tenang aja, ya?" alibi Arsen yang tentu saja dipercayai saja oleh Ayres.

"AAA MALU!" Teriakan menggelegar dari dalam kamar Aileen membuat Arsen dan Ayres lagi-lagi harus terlonjak kaget.

Mendengar itu, Arsen tanpa sadar tidak bisa mengendalikan senyum gelinya. Jadi, itu alasan mood perempuan itu begitu berantakan sejak pagi tadi?

Aileen hanya sedang PMS, ya?

"Itu kenapa Bibi Ai teriak, Pa?" tanya Ayres lagi.

"Enggak pa-pa. Biarin aja," jawab Arsen asal sambil menahan kekehan gelinya.

Dipikir-pikir, Aileen menggemaskan juga kalau sedang marah seperti sejak tadi pagi. Seharusnya perempuan itu PMS setiap hari saja.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tia Niandari
Next kilat dongg
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Istri Kecil untuk Bos Duda   Sosok di Balik Masalah

    "Apa aku sebaiknya pergi dari rumah aja, ya?" Aileen bertanya pada Arsen.Arsen yang malam ini hampir terlelap karena sudah luar biasa mengantuk, kontan saja terbangun dan melotot galak. "Kamu gila?!" bentak Arsen sebal.Aileen menggeleng yakin. "Enggak. Seharusnya aku emang pergi sejak awal. Kalau kayak gitu, mungkin Ayres enggak bakal diteror lagi. Dia juga enggak mungkin takutin apapun lagi setelah ini," jelas Aileen memaparkan spekulasinya jika sampai ia benar-benar pergi dari rumah ini."Kamu pikir cuma Ayres aja yang bisa butuh kamu? Saya juga bisa! Apa selama ini kamu tinggal di rumah ini buat Ayres aja?" tanya Arsen tidak habis pikir.Mendengar omelan suaminya, Aileen jadi merasa bersalah. Perempuan itu kemudian berbaring membelakangi Arsen sambil mengusap air mata yang diam-diam mengalir dari sudut mata."Bukan gitu. Aku cuma enggak tahan liat Ayres ketakutan di rumahnya sendiri. Aku enggak bisa liat dia nangis terus-terusan kayak gitu gara-gara aku. Dia keliatan takut banget

  • Istri Kecil untuk Bos Duda   Orang Dalam

    Aileen tidak tahu apa yang salah dengan putranya. Tapi, sejak ia menemukan bocah itu sudah kembali di rumah mereka, kenapa Ayres malah jadi takut padanya?Ada apa? Apa sebelumnya Aileen sempat melakukan kesalahan? Apa Ayres hanya sedang marah pada Aileen karena semalam Aileen berhenti mencarinya dan memilih tidur di rumah?"Sayang ... kamu enggak mau makan? Mau Mama bikinin atau beliin sesuatu?" tanya Aileen untuk kesekian kalinya.Mencoba mengajak bocah sipit berbicara. Tapi, lagi dan lagi, bocah itu tetap tidak mau menyahutinya. Yang dilakukan Ayres hanya bersembunyi di pelukan Papanya. Ayres seolah tidak berani dekat-dekat dengan Aileen."Udah, kamu balik aja sana ke kamar dulu. Ntar kalau udah tenang dan mau cerita, mungkin dia mau bicara sama kamu. Kamu istirahat aja, kalau saya butuh sesuatu nanti saya panggil Bi Rindi." Arsen menegur sambil mengelus punggung tangan istrinya.Pada akhirnya, Aileen menjawab dengan satu anggukan. Perempuan itu juga kasihan dengan Ayres yang terus

  • Istri Kecil untuk Bos Duda   Percaya Sama Saya

    Aileen menggigit kuku jemarinya gusar. Perempuan itu terus memandangi sekitar jalanan panik. Sedangkan Arsen, hanya menggenggam sebelah tangan Aileen erat. Berniat menenangkan sang istri sekaligus dirinya sendiri."Apa kita balik ke kebun binatang aja ya, Mas? Kita cari di sana sekali lagi. Mungkin aja dia masih di sana cuma kita belum cari yang bener aja," pinta Aileen yang dibalas Arsen dengan gelengan."Di sana udah ada yang jaga. Lagian gerbang kebun binatangnya juga udah dikunci, biar enggak ada yang bisa keluar masuk lagi. Kalau emang Ayres ketemu di sana, pasti mereka hubungin kita." Arsen menjelaskan yang dalam hati dibenarkan Aileen.Perempuan itu kemudian menatap jalan yang mereka lewati lagi. Takut jika sampai sang putra malah tidak tertangkap matanya."Kita pulang dulu, ya? Ini udah larut banget. Kamu juga belum makan, kan?" tanya Arsen yang ditanggapi Aileen dengan gelengan."Enggak," jawab Aileen final. Terdengar tidak ingin dibantah atau bernegosiasi lagi."Kalau gitu k

  • Istri Kecil untuk Bos Duda   Ayres Hilang

    "Udah bawa botol minumnya, kan?" Aileen bertanya sekali lagi.Ayres mengangguk. "Udah, Mama. Udah bawa bekal juga. Terus aku juga bawa wortel mentah," jawab bocah sipit itu tanpa mau melunturkan senyumnya.Aileen mengernyit bingung. "Kamu buat apa bawa wortel mentah? Kalau mau lauk wortel, Mama masakin aja." Perempuan pendek itu bertanya heran."Emang kapan aku suka wortel, Mama? Aku kan mau kasih makan kelinci. Pasti di kebun binatang ada kelinci," sahut Ayres yang dibalas Aileen dengan cubitan gemas di pipi gembul putranya."Yaudah sana! Berangkat sama Papa ke sekolah. Inget loh ya, jangan jauh-jauh dari Bu Guru!" peringat Aileen sambil mengaitkan tas bocah itu di punggungnya.Ayres menempelkan tangan di pelipis; memasang posisi hormat. Berikutnya, bocah itu berlari keluar diikuti Aileen dari belakang.Tapi, begitu sudah membuka pintu mobil, bocah itu malah berbalik dan berlari lagi menuju sang Mama. Aileen mengernyit. Apa lagi?"Kamu ketinggalan sesuatu?" tanya Aileen begitu Ayres

  • Istri Kecil untuk Bos Duda   Malam Termanis

    "Mama Ai Mama Ai!" Ayres memanggil begitu pagi ini Aileen bahkan belum bangun dari tempat tidurnya."Kenapa, Sayang?" jawab Aileen lembut dengan suara serak khas bangun tidurnya."Besok aku udah bagi raport. Mau sekolah SD dooong. Mama Ai sama Papa pergi ambilin, ya? Kata Bu Guru, harus diambilin sama orang tua. Eh, tapi Mama Ai kan masih muda." Bocah itu bercerita panjang lebar."Yaudah, suruh aja Nenek. Nenek kan udah tua tuh. Berarti dia orang tua," sahut Arsen malah semakin menyesatkan teori yang diyakini sang putra.Aileen mencubit pinggang suaminya begitu pria itu duduk di sisi ranjang. "Kamu ini!" kesal Aileen yang hanya dibalas Arsen dengan kekehan geli."Ntar Papa yang ambilin raport kamu. Jangan Mama, dia lagi sakit. Gara-gara semalam main hujan kayak anak kecil. Beneran bukan orang tua banget kan, Res?" ucap Arsen yang dibalas bocah itu dengan anggukan setuju."Kenapa Mama boleh main hujan? Aku kan juga mau tapi selalu dilarang," tanya Ayres protes.Arsen terkekeh geli begi

  • Istri Kecil untuk Bos Duda   Jangan Diulangi Lagi

    "Saya anter sampai sini aja. Udah sana masuk!" usir Arsen begitu mobilnya sudah terparkir di parkiran butik melati.Aileen menoleh aneh. Tumben sekali Arsen tidak mengantarnya sampai dalam. Apa pria sipit ini sedang sibuk?"Kamu lagi sibuk, ya? Seharusnya kan aku dianter sama supir aja," ucap Aileen merasa bersalah.Arsen menoleh bingung. "Kapan aku bilang aku sibuk?" tanya pria itu heran."Buktinya kamu mau langsung pergi. Biasanya nganter aku dulu sampai dalem," jawab Aileen polos.Arsen terkekeh geli sambil menjawil sebelah pipi Aileen gemas. "Enggak sibuk kok. Cuma lagi belajar percaya aja. Jangan curigaan terus sama istri sendiri. Dikira begini begitulah. Bosen saya marahan cuma karena hal kekanakan kayak gitu," jelas Arsen yang dibalas Aileen dengan 'ooo' yang panjang."Kamu enggak mau turun nih? Biar saya culik terus jadiin pajangan di ruangan saya," tanya Arsen yang dibalas Aileen dengan delikan."Nanti kalau aku jadi pajangan, bukan cuma kamu doang yang liat dong?" jawab Aile

  • Istri Kecil untuk Bos Duda   Maaf, Ya?

    Aileen cemberut. Begitu sampai rumah, Arsen malah tidak ingin berbicara dengannya. Pria itu benar-benar marah hanya karena Aileen lupa meminta izin untuk pergi dengan Tama."Mas, mau kopi?" Aileen bertanya sambil merangkul pundak sang suami dari belakang.Pria sipit itu mendengkus kemudian menepis lengan Aileen yang melingkar di lehernya. "Saya lagi sibuk! Jangan ganggu," tegur Arsen ketus yang tentu saja tidak membuat Aileen menyerah untuk membujuknya."Aku lapar, belum masak. Pesenin sesuatu di go food dong!" Di saat Arsen tengah marah begitu, Aileen malah sempat-sempatnya meminta dibelikan makanan.Tentu saja Arsen mengabaikan sambil terus melanjutkan pekerjaannya di laptop. "Kamu marah banget, ya?" tanya Aileen begitu tidak mendapat respon apapun dari sang suami."Yaudah deh, terserah kamu aja! Aku juga enggak ngapa-ngapain kok sama Tama. Kalau kamu enggak percaya ya terserah. Intinya aku udah jujur." Kali ini, Aileen malah ikut-ikutan sensi.Tapi, meski sudah mengomel sepanjang

  • Istri Kecil untuk Bos Duda   Aileen dan Tama

    "Wah ... Aileen udah masuk lagi ya, sekarang? Kemarin kemana aja? Kok enggak dateng?" tanya Tama menyapa begitu perempuan pendek itu sampai di tempat kursus.Aileen yang baru saja akan menjawab, langsung diam begitu melihat pelototan Arsen di sampingnya. Jadi demi menghindari Arsen mengomel season dua, perempuan itu hanya diam saja. Membiarkan sang suami menjawabnya."Dia lagi sibuk. Dia kan bukan remaja kemarin sore. Yang kerjaannya kalau enggak belajar atau ekskul, ya main hp." Arsen menjawab dengan nada sedikit sewot.Aileen mendelik protes sekaligus tidak terima. "Aku dulu enggak main hp kok! Dulu aku enggak punya hp soalnya," sanggah perempuan pendek itu tidak tahu suasana yang dibalas Tama dengan kekehan geli."Kabarin saya lagi kalau saya peduli," balas Arsen yang semakin membuat Aileen menghentakkan kaki sebal."Yaudah, saya berangkat dulu. Kamu yang serius belajarnya, jangan malah kebanyakan bercanda sama Tama!" tegur Arsen yang niatnya menyindir pria berkaca mata itu.Tama

  • Istri Kecil untuk Bos Duda   Istri Cantik Saya

    Sejak pulang dari tempat kursus jahit, Arsen lebih banyak marah-marah pada Aileen. Aileen yang tidak tahu alasannya apa tentu saja bertanya-tanya.Lebih dari Almarhumah Bundanya, sang suami terus mengomeli setiap hal yang sebenarnya tidak perlu. Padahal biasanya, Arsen paling malas berbicara."Mas mau ngopi?" tawar Aileen berniat meredakan sensitifitas pria sipit itu.Arsen yang tengah mengetik sesuatu entah apa di laptopnya, hanya membalas dengan lirikan tajam. Aileen mendadak tergagap melihat sikap galak suaminya yang terlalu mendadak."Mau kopi nggak? Kalau enggak aku lanjut bantu Bi Rindi di dapur nih," tanya Aileen sekali lagi sedikit takut."Tadi siang kamu bikinin Tama kopi tanpa nanya dulu di sana. Kok sekarang kamu tanya saya? Ya mau lah! Ga liat mata saya ini udah ngantuk berat?" tanya Arsen sewot yang akhirnya membuat Aileen menyimpulkan satu hal.Arsen ingin minum kopi.Beberapa saat kemudian, Aileen segera berlalu ke dapur. Tidak butuh waktu lama untuk membuat perempuan p

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status