LOGIN
Langkah Kirana terhenti ketika seorang wanita cantik duduk di depan keluarga suami nya.Kirana menatap wanita itu dengan perasaan gugup.
Sementara mertua nya menoleh kepada Kirana dan memberikan isyarat kepada wanita itu untuk duduk. "Kamu sudah datang,Duduklah nak."Ucap ayah mertua Kirana. Hanya pria paruh baya itu yang selalu bersikap baik kepada Kirana di bandingkan dengan keluarga suaminya yang lain. Kirana tersenyum kecil memandang ke arah suaminya tapi pria itu tidak melihat ke arahnya. Suaminya justru melihat hal lain.Hal itu jelas membuat Kirana sakit hati. Laki-laki yang pernah berjanji untuk hidup bersama dengannya sampai tua,kini pria itu seolah olah melupakan semua janji itu.Bahkan suaminya mulai bersikap dingin belakangan ini. "Ada apa ini?"Kirana bertanya dan menatap wajah suaminya yang masih belum melihat ke arahnya. "Aku harap kamu mengerti Kirana.Aku perkenalkan, dia Jihan.Wanita yang akan ku nikahi seminggu lagi." Deg... Kirana seketika berpegangan pada kursi mendengar ucapan dari suaminya. Bagai petir di siang bolong,Kirana hanya bisa menahan air matanya yang sudah mengenang di pelukan matanya. Dia menyadari perubahan sikap suaminya tapi dia tidak menyangka jika dia akan mendengar ucapan itu keluar dari mulut suaminya. Kini pandangan Kitana beralih kepada wanita cantik di hadapannya itu. Penampilan mereka berdua sangat bertolak belakang. Kirana adalah wanita yang mengenakan pakaian yang tertutup sedangkan wanita di hadapannya itu adalah wanita yang menunjukkan lekuk tubuhnya. Bahkan Kirana juga sadar jika laki laki mana pun akan tergoda melihat kecantikan dan penampilan wanita di hadapannya itu. Tapi meskipun begitu, tidak seharusnya suaminya melakukan hal itu kepadanya. "Sebenarnya suami mu tidak perlu mendapat izin dari mu karena dia masih punya hak untuk berpoligami meski kamu tidak setuju.Kami semua setuju jika dia menikah dengan Jihan.Setidaknya Jihan akan memberinya keturunan dan memberikan kami kesempatan untuk menggendong cucu.Tidak seperti dirimu, sudah tiga tahun tapi kamu tidak pernah memberikan kami cucu." Kata kata itu keluar dari mulut ibu mertua Kirana.Kirana tidak menjawab ucapan dari ibu mertuanya. Sejak dulu wanita paruh baya itu tidak pernah setuju mereka berdua menikah tapi pada saat itu,Kirana dan suaminya nekat untuk tetap menikah. "Hallo kak,aku harap kamu bisa membimbing ku menjadi istri yang baik untuk kak Nathan. "Jihan tersenyum kecil tanpa ada rasa bersalah yang di rasakan oleh wanita itu kepada Kirana. Kirana hanya tersenyum kecil dan tidak tahu harus mengatakan apa kepada Jihan.Selama ini dia selalu berusaha untuk menjadi istri yang baik tapi dia tidak menyangka jika suaminya masih belum puas dengan pelayanan yang dia berikan sehingga dia tetap mencari wanita lain di luar sana. Kirana beranjak dari sofa dan berjalan masuk ke dalam kamarnya. Wanita berhijab itu masih berharap jika semua ini adalah mimpi. Kini Kirana tiba di dalam kamarnya dan menatap ke arah dinding.Di mana foto pernikahannya dengan Nathan tertempel di sana. Kirana melihat senyuman Nathan yang terlihat begitu bahagia. Tapi semua itu sudah tidak ada lagi.Bahkan pria yang sudah berjanji membahagiakan dirinya kini sudah melupakan janji itu. Bahkan sekarang dia ingin menikahi wanita lain tanpa memikirkan perasaannya. Kini air matanya tidak terbendung lagi mengingat semua itu.Kirana menangis seorang diri di dalam kamarnya. Sementara semua orang yang berada di ruang tamu,sama sekali tidak memikirkan bagaimana perasaan Kirana saat ini. Terutama ibu mertua kirana yang paling antusias dengan pernikahan Nathan dan Jihan. "Ayah,harus kembali ke toko.Kalian mengobrol saja."Pria paruh baya itu berdiri dan meninggalkan mereka dan masuk ke dalam mobil miliknya menuju ke toko roti yang dia bangun selama bertahun-tahun lamanya. Kini di ruang tamu hanya ada,Nathan dan Jihan Serta ibu Nathan.Mereka bertiga terlihat begitu antusias membahas tentang pernikahan mereka berdua yang akan di laksanakan minggu depan. "Sayang,kamu tidak bicara dengan kak Kirana?Aku akan menunggu mu di sini."Ucap Jihan tersenyum kecil memandang ke arah Nathan. "Kamu terlalu baik nak.Kirana harus menerima kenyataan karena dia tidak bisa memberi Nathan keturunan. Dan kamu bisa memberinya,kamu memiliki pekerjaan yang baik dan cantik.Sementara Kirana hanya seorang ibu rumah tangga. Meskipun sesekali dia membantu di toko tapi di bandingkan dengan mu.Kirana tidak apa apanya."Ucap Wanita paruh baya itu yang membuat Jihan tersenyum puas. Sementara Nathan, kini beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju ke kamar mereka. Pria itu benar-benar melakukan apa yang di katakan oleh Jihan. "Assalamualaikum. " Kirana dengan cepat menghapus air matanya ketika mendengar salam dari suaminya. "Waalaekum salam. " Kirana menjawabnya tapi wanita itu sama sekali tidak menoleh ke arah pria yang sudah menghancurkan hati nya. Nathan yang melihat sikap istrinya,kemudian duduk dan menggenggam tangan wanita itu. "Maafkan aku tapi aku ingin memberikan ibuku cucu dan kamu sepertinya tidak bisa mewujudkan hal itu Kirana.Aku harap kamu bisa mengerti kenapa aku membuat keputusan ini."Nathan menggenggam tangan Kirana. Detik itu juga air mata Kirana kembali tumpah.Wanita itu tidak bisa menahan kesedihannya di depan suaminya. Hatinya hancur berkeping keping mendengar jika suaminya akan menikah dengan wanita lain. "Maafkan aku."Nathan kembali meninggalkan Kirana setelah mengatakan hal singkat itu.Ke esokan paginya.. Nathan membuka matanya, pria itu menoleh ke arah sampingnya. Pria itu kembali menghela nafas kasar. Pagi ini, dia benar-benar tidak bersemangat. Semalam pria itu baru masuk setelah jam menunjukkan pukul 12 malam. Dia sengaja melakukan hal itu untuk menghindari sang istri. "Apa dia sudah berangkat ke kantor?" Pria itu mengedarkan pandanganya. Beberapa menit kemudian, dia bangkit dari tempat tidur. Dia berjalan ke arah kamar mandi, pria itu membersihkan diri. Di sisi lain, Jihan tiba di perusahaan lebih awal. Dia melakukan hal itu karena kesal dengan suaminya. Sepanjang malam dia tidak bisa tidur. Dia begitu gelisah karena memikirkan rumah tangganya. Wanita itu melangkah masuk ke dalam lift. Pikirannya sedang begitu kacau saat ini. "Bagaimana kabarnya? Apa dia laki-laki atau perempuan?" Jihan menoleh dan melihat pak Tony yang sedang tersenyum kepada dirinya. "Apa kamu ada masalah dengan Nathan?" Pria paruh baya itu kembali bertanya. Jihan menghemb
"Kamu benar, aku berharap jika kita akan di takdirkan untuk bersama Kirana. " Kini Zakki benar-benar telah memiliki harapan kepada wanita di sampingnya itu. Pria itu menoleh dan berharap jika wanita di sampingnya itu akan berubah pikiran suatu saat nanti. Kini pria itu mulai merasa lega setelah mendengar ucapan dari wanita di sampingnya itu. Lima belas menit kemudian, mobil mereka kembali melaju dengan kecepatan sedang. Sesekali Zakki melirik ke arah Kirana yang tidak mengatakan sepatah kata pun lagi. Setibanya di depan rumahnya, Kirana pamit kepada Zakki dan masuk ke dalam rumah. Sebelum turun dari mobil, wanita itu mengucapkan terima kasih terlebih dahulu. "Terima kasih Kirana, Aku berharap suatu saat kamu akan mencintai ku seperti aku mencintaimu."Gumam pria itu sebelum meninggalkan Kediaman Kirana. Pria itu kembali ke Kediaman miliknya dengan perasaan senang. Setelah bertahun-tahun lamanya akhirnya dia telah memiliki harapan untuk mendapatkan wanita yang dia cintai.
"Silahkan di nikmati pak Zakki dan bu Kirana. " Ucap pak Tony mempersilahkan mereka berdua. Nathan dan Jihan hanya diam dan tidak mengatakan sepatah kata pun. Mereka berdua jelas tidak ingin banyak bicara dan menimbulkan kecurigaan Zakki. Jauh dari lubuk hatinya, Jihan merasakan sakit hati ketika melihat bagaimana orang-orang menghormati Kirana. Wanita yang selalu ia rendahkan dan merasa dirinya paling sempurna. Tapi justru hal tidak terduga terjadi. Wanita yang dia rendahkan justru adalah orang yang memiliki jabatan penting. Bahkan dia tidak akan pernah mampu menandingi wanita itu. Jihan terus saja larut dengan pemikirannya. Dia tidak begitu Fokus hingga dia tidak tahu apa yang telah mereka bicarakan. Tiga puluh menit berlalu.. "Sebaiknya kami pergi. Terima kasih atas jamuan makan malamnya pak Tony. " Ucap Kirana tersenyum kecil. Wanita itu kemudian mengajak Zakki dan meninggalkan ruangan tersebut. Begitu Kirana pergi, pak Tony menghancurkan ruangan itu. Nathan
"Assalamualaikum, Zakki."Ucap Kirana tersenyum kecil memandang ke arah laki-laki yang tengah berdiri di hadapannya. Pria itu mengenakan jas berwarna hitam dan juga dasi kupu-kupu yang semakin menunjang penampilannya. Senyuman pria itu sejenak membuat hati Kirana berdebar. Tapi hal itu tidak berlangsung lama, Kirana tersentak ketika pria itu membuka pintu mobilnya dan memegang tangannya. Spontan wanita itu menarik tangannya hingga membuat Zakki tersenyum tipis. Sejenak wanita itu merasa bingung dengan sikap pria di hadapannya itu. Kirana masuk ke dalam mobil begitu pria itu memberi isyarat. Sedangkan pria di hadapannya itu tidak hentinya tersenyum hingga keduanya masuk ke dalam mobil. Di perjalanan, Zakki berusaha mencairkan suasana. Bahkan pria itu melontarkan candaan yang membuat Kirana tertawa kecil. Tanpa mereka sadari kini, mereka sudah tiba di depan restoran. Begitu turun dari mobil, seorang pelayan wanita menyambut kedatangan mereka berdua. "Nona Kirana?" Pelayan
"Tidak ada salahnya membuka hati untuk seseorang yang begitu tulus. Aku mengerti bagaimana perasaan anda tapi setidaknya terima ajakan makan malamnya. Ini udah kesekian kalinya. "Ucap Ana tersenyum tipis. Ana meninggalkan ruangan atasannya dan kembali ke meja kerjanya. Sementara Kirana hanya menatap buket bunga itu. Hatinya di penuhi dengan perasaan gundah. Entah dia harus menyetujuinya atau tidak. Ada keraguan di dalam hati wanita itu. "Ya ,allah.Tunjukkan jalan yang benar untukku. Aku tahu jika Zakki adalah laki-laki yang baik tapi aku belum siap untuk semuanya." Tatapan wanita itu begitu sendu. Dia tidak bisa menyembunyikan kesedihannya saat ini. Dia sudah berusaha untuk bersikap biasa saja tapi tetap saja dia tidak bisa menghilangkan rasa trauma di dalam hatinya. Wanita itu menghembuskan nafas kasar sebelum dia menyalakan komputer miliknya. Dia terus saja berusaha menenangkan dirinya. Kirana menyalakan komputer miliknya dan mulai melakukan pekerjaannya yang sempat
Ke esokan paginya.. Kirana baru saja tiba di depan perusahaan miliknya. Mobil wanita itu berhenti ketika seseorang melambaikan tangan ke arahnya. Orang itu tidak lain adalah Zakki. Pria itu sedang duduk manis di dalam mobilnya memandang ke arah Kirana yang baru saja turun dari mobilnya. Wanita itu tersenyum tipis ke arahnya. "Assalamualaikum. '' Kirana menghampiri Zakki yang masih berada di dalam mobilnya. "Waalaekum salam. Apa aku mengganggu?" Pria itu tersenyum tipis, tatapannya begitu dalam memandang wanita cantik di hadapannya itu. Rambutnya yang tertutupi hijab semakin menimbulkan kesan elegan dan anggun kepada wanita di hadapannya. Terakhir mereka berdua bertemu, empat tahun yang lalu. Wanita itu masih belum mengenakan hijab. Pakaian masih belum tertutup, Zakki tahu kebiasaan wanita itu mengerai rambut panjangnya. Sekarang, penampilan wanita di hadapannya sangat tertutup. Sejenak pria itu terpesona, tatapannya begitu dalam. Siapa pun yang melihatnya pasti bisa t







