Home / Rumah Tangga / Istri Kedua Tuan Presdir / Bab 5 Sungguh Menyayat Hati

Share

Bab 5 Sungguh Menyayat Hati

Author: Clavita SA
last update Last Updated: 2024-10-22 20:14:53

Beberapa wanita memasuki ruangan khusus yang telah disediakan dengan berbagai macam sajian yang terdapat di meja tamu. Tentu di tempat itu seperti biasa mereka saling memamerkan diri, saling menyanjung satu sama lain dengan segala kepalsuan yang terlontar keluar dari mulut manis mereka, bahkan terkadang membicarakan rumor yang beredar.

Tetapi begitu Camelina memasuki ruangan itu dengan membawa buah semangka di piring lonjong yang telah dipotong-potong kecil berbentuk segitiga, suasana mendadak hening. Ini sungguh aneh bagi Berliana sekaligus Camelina itu sendiri, karena tidak biasanya teman-teman arisan Berliana begini. Pandangan mereka langsung terfokus pada penampilan Camelina saat itu. Lalu, tampak sedikit berbisik satu sama lain.

”Hei, kalian lihat wanita itu? Apa kamu tidak salah informasi mengenainya?”

”Tidak. Selama ini aku tidak pernah salah kan dalam menyampaikan gosip terbaru.”

Mereka yang menunjukkan jelas dengan saling berbisik satu sama lain membuat Camelina tidak nyaman berada di sana. Camelina semakin merasa rendah diri dengan apa yang mereka bisikan, terlebih lagi pernikahan yang dijalaninya hanyalah kontrak dan mungkin akan segera berakhir.

“Oh ya, mungkin sebelumnya kalian menginginkan semangka manis. Dia sudah menyiapkannya, cicipilah itu sekarang!” pinta Berliana.

tatapan mereka kepada Berliana saat itu tampak sangat penasaran. Lalu, salah satu di antara mereka ada yang memberanikan diri untuk berbicara.

“Oh iya, jangan bengkok ya. Ada yang mau aku tanyakan terlebih dahulu padamu,” ungkap salah seorang teman arisan Berliana.

Berliana memicingkan mata pada wanita yang merupakan teman arisannya itu. “Tanya soal apa ya?” Berlian balasa, hingga dahi mengerut bingung. Karena dia sudah tahu pasti. Jika ada yang memberi aba-aba untuk mengajukan pertanyaan, pastinya ada gosip di belakangnya tanpa ia mengetahuinya lebih awal.

“Memang benar ya, kalau kamu jadikan pembantu kamu itu sebagai menantu?” tanyanya seraya menunjuk dengan mulutnya ke arah Camelina.

Lalu, teman arisannya yang lain hanya diam dengan pandangan mengarah ke Berliana seolah tengah menunggu jawaban dari wanita itu.

“Rumor dari mana itu?” tanya Berliana. Alih-alih menjawab, ia malah kembali bertanya. Dengan kata lain, ia seperti tengah menolak pertanyaan halus yang merupakan suara seperti pernyataan itu.

“Waktu itu aku tidak sengaja melihat penghulu keluar dari rumah ini. Tapi mungkin itu hanya sebatas rumor saja, ya, soalnya tidak mungkin orang terpandang menikahi wanita rendahan sepertinya,” celetuk teman arisannya itu dengan nada nyinyir. Ia bahkan tak sedikit pun menjaga perasaan Camelina yang masih berada di sana.

Berliana yang mendengar kata tidak nyaman di telinga itu sontak memungkinkan izin teman arisannya tersebut.

“Ah, tentu saja. Itu hanya rumor murahan yang tidak penting.”

Lalu, teman arisannya yang lain pun langsung berkata. “Syukurlah teman kita tidak salah pilih menantu.”

Camelina yang sejak tadi mendengarkan pembicaraan mereka seraya merapikan makanan yang ada di meja pun langsung buru-buru pergi meninggalkan ruangan tersebut. Ia sudah tidak tahan dengan segala penghinaan dari para wanita itu dan yang lebih membuatnya semakin terluka adalah cara Berliana berpura-pura – tidak mau mengakuinya sama sekali.

Saat tengah menyandarkan punggung di balik tembok dapur, tiba-tiba saja Sarah datang ke sana seolah ingin melihat langsung tangisan penderitanya.

“Camelina, Camelina...! Aku mungkin sudah bilang kalau kamu tidak cocok bersanding dengan suamiku. Pembantu seperti kamu itu cocoknya sama tukang kebun. Dengar sendiri kan? Bahkan yang tidak kenal aku saja sependapat denganku!”

Saat itu Camelina tidak langsung menoleh, ia menyeka air matanya yang sempat menetes ke pipi. Ia tidak mau jika Sarah semakin besar kepala dan senang dengan penderitaannya.

“Tapi sekarang aku juga tidak terlalu peduli dengan hal itu karena sudah tahu kalau kamu akan melahirkan anak untukku, lalu setelah itu akan bercerai darimu.”

Sarah menatap wajah Camelina lalu mengelus pipi Camelina. “Selamat melanjutkan tugasmu kembali, pembantu murahan….”

Camelina menjawab. Ia pun merasa terhina jika terus menerus diinjak oleh keluarga tempatnya bekerja.

“Sebaiknya aku kembali bekerja daripada terus memikirkan hal itu,” gumamnya.

Waktu berjalan cepat. Camelina yang telah menyelesaikan pekerjaannya pun langsung duduk di sebuah kursi kayu yang terdapat di belakang rumah untuk istirahat sejenak. Rasa lapar pun menyelimuti, tetapi rasa lelah membuatnya malas pergi ke mana-mana dan memilih istirahat sejenak.

“Kalau saja bukan tujuanku sejak awal, aku sudah pasti kabur dari rumah ini. Tidak peduli meski aku sudah menandatangani kontrak,” batin Camelina.

Pada saat Camelina tengah memasak sesuatu untuk ia makan hari itu, tiba-tiba Berliana datang dan membuatnya langsung terhenyak kaget sampai matanya membelalak nyaris keluar.

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                     

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 62 Sedikit Dicurigai

    "Mana mungkin buang air selama ini!" sergah Sarah, tidak setuju dengan pendapat Tio. Camelina fokus makan pesanan sebelumnya yang memang sudah ada di meja makan. Ia tak mendengar segala keresahan Sarah karena dirinya berpikir bahwa itu bukan urusannya. "Kalau dia tahu aku bersama Mas Aderson, dia past akan sangat murka, aku yakin itu," batin Camelina. Ia menghentikan kunyahannya sejenak dan terbuai pada pikirannya selama beberapa detik lamanya.Baru saja Camelina selesai mengatakan demikian dalam hatinya, Aderson kembali ke meja itu. Ia berdiri di depan Sarah sambil berkata, "Makannya sudah selesai, 'kan? Aku antar kamu pulang!" ungkapnya.Tanpa sedikitpun melirik ke arah Camelina, bahkan saat Camelina melirik ke arah suaminya. Aderson pergi begitu saja, Sarah yang melihatnya berjalan lebih dulu, membuat ia bergegas menyusul."Kenapa cepat-cepat pulang?" tanya Sarah. "Aku harus ke kantor. Kalau kamu masih mau disini, berarti kamu pulang sendiri."Aderson tidak pedulikan apapun, ia

  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 61 Berpendirian Teguh atau Keras Kepala

    "Kenapa kamu memilih pekerjaan dibanding uang?" Aderson masih tidak paham dengan pola pikir wanita yang ada di hadapannya. Wanita aneh yang sangat sulit didekati dan tak bisa ditebak sama sekali."Kalau tidak mau memberikannya tidak masalah. Tapi ..., saya tidak menyangka kalau hal sesederhana itu saja ternyata tidak mampu diberikan."Kalimat yang terlontar keluar dari mulut Camelina saat itu membuat Aderson merasa tertantang untuk membuktikan bahwa dirinya tidak seperti yang Camelina katakan.Aderson ingin membuktikan bahwa perkataan Camelina sangat keliru. "Kamu sedang hamil. Nanti bagaimana kalau terjadi sesuatu dengan janin itu? Apa kamu sanggup mempertanggungjawabkan semuanya?" balas Aderson.Camelina terdiam sejenak, lalu setelah itu kembali bicara. "Kehamilan dan pekerjaan tidak bisa disangkut pautkan! Tidak ada hubungannya sama sekali!"Tekad yang kuat membuat Camelina tampak keras kepala di kata Aderson. Tetapi, karena hal itu pula suaminya kewalahan dan tak mampu membuat C

  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 60 Walau Beda Tipis, Tapi Berbeda

    "Kamu kenapa, Melina? Apa kamu lapar?" tanya Tio. Ia menepuk bahu Camelina, hingga terbangun dari lamunannya. Sadar bahwa air matanya sempat keluar, ia menyekanya segera. Namun, Tio yang sudah memperhatikan Camelina diam sejak tadi melihat sendiri matanya yang basah dan bekas air mata mengalir. Camelina tidak menyadari keberadaan Tio karena terlalu hanyut dalam pikiran yang terus dihantui oleh kesedihan. "Yuk, kita sarapan dulu!" ajaknya. Camelina memang merasa lapar. Ia tidak menolak. Ketika Tio bangkit dari duduknya, Camelina juga ikut berdiri. "Di bawah ada makanan yang enak. Kita sarapan di sana saja!" "Iya," sahut Camelina dengan lirih. Ia terus menyeka bekas air mata yang sempat terjun ke pipi itu. Tio membantunya menyeka air matanya. Mereka menaiki lift. Di sana pun Camelina hanya diam. Tidak banyak bicara dan sesekali meng'iya'kan tawaran yang dilontarkan Tio kepadanya. Sementara Aderson, ia yang sudah berada di sebuah cafe di bawah. Dirinya duduk menyantap

  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 59 Cahaya Yang Seakan Hilang

    [Kamu di mana, Mel? Tadi malam aku ke rumah, tapi tidak ada.] Pertanyaan singkat dalam sebuah pesan yang baru Camelina buka saat itu.Saat hendak mengetik, Aderson melirik ke arah ponsel Camelina. Tetapi, Camelina menjauh dan mengetik tanpa diketahui sang suami mengenai apa yang diketiknya pada pesan tersebut.[Aku sekarang ada di rumah sakit hampera. Hah, kamu ke rumah? Serius?]Pesan itu pun dikirimnya. Baru beberapa detik terkirim, balasan pesan pun datang lagi hingga suara notifikasi pesan kembali terdengar di telinga, baik itu Camelina maupun Aderson -- suaminya.[Iya. Harusnya kamu bilang ke aku kalau kamu lagi di rumah sakit. Sekarang aku kesana, tunggu, ya!]Tio saat itu mengira bahwa Camelina yang sakit, sehingga tidak bertanya yang lainnya lagi. Ia pergi membeli buah-buahan untuk Camelina."Dia sakit apa, ya?" gumam Tio dalam diamnya.Setelah tahu bahwa Tio akan datang ke sana, Camelina memasukkan kembali ponselnya. Ia mencari toilet terdekat karena belum mencuci muka, s

  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 58 Jangan Memberikanku Harapan

    "Mas, mau sarapan sama apa, biar aku yang siapkan?" tanya Sarah. Ia coba berbaik hati setelah tadi mengomeli suaminya.Namun, Aderson yang fokus mengancingkan bajunya dan merasa sudah siang, tidak mempedulikan lagi sarapan di rumah."Aku sarapan di luar saja. Sekalian mau ke rumah sakit sebentar. Kamu mau ikut jenguk Mama?" "Ikut, Mas. Aku sudah rapih."Sarah memperhatikan suaminya yang tengah sibuk dengan dirinya sendiri. "Aku memang tidak ada niat memasak juga. Malah, gara-gara wanita itu tidak ada disini, aku juga harus sarapan di luar," batin Sarah dalam diamnya.Setelah siap, Sarah memegang lengan Aderson. Ia berjalan mengikuti suaminya. "Mas, kamu kenapa tidak bilang dari awal kalau Mama dan Papa kena musibah. Oh iya, tadi .... Untuk tadi aku minta maaf karena langsung menginterogasi kamu dengan pertanyaan."Aderson menoleh. "Lain kali tanya dulu sebelum curiga."Sarah kemudian teringat pada Camelina yang belum pulang sampai pagi ini. "Mas, Camelina di rumah sakit juga?""Iya.

  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 57 Tidak Bisa Dipercaya

    Malam dingin tak dapat dihentikan. Kali ini, Camelina tidak menolak apapun yang ditawarkan Aderson kepadanya. Seperti jas yang bisa menghangatkan tubuhnya."Aku tidak bisa tidur nyenyak," gumamnya.Camelina membuka matanya setelah beberapa saat mencoba memejamkan matanya agar bisa istirahat dari penatnya kegiatan."Tidurlah nanti di rumah," kata Aderson. "Saya juga akan pulang dahulu."Refleks Camelina menoleh. "Lalu, yang menunggui mereka siapa?" tanya Camelina.Aderson terdiam sejenak. Hari ini adalah hari dimana dirinya akan sangat sibuk. Banyak pekerjaan yang harus ia urus dan ....Pria itu memeriksa ponselnya sejenak. Ia baru ingat bahwa terlalu fokus dengan orang tuanya, hingga melupakan ponselnya yang mungkin saja ada pesan atau telepon yang tak sengaja ia abaikan."Sebentar ...."Aderson membuka pesannya. Ia melihat ada beberapa pesan yang menumpuk dan sekitar lima panggilan yang tak terjawab dari Sarah.Setelah membaca pesan sebentar, ia berdiri dan kemudian bergegas pergi.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status