Zyan sempat menaikkan kedua alis tatkala netra cokelatnya mengamati seorang wanita yang mengekor tepat di belakang tubuh Lucas. Ia mengulas senyum lagi sambil melipat tangannya."Sangat menarik, membuatku semakin termotivasi saja," gumamnya terkekeh.Orang-orang yang melalui Zyan sempat melihat pria itu lalu menyingkir. Merasa aneh dan waspada karena sosok Zyan hadir di kantor lagi dan kini justru berbicara sendiri."Sepertinya dia sudah gila karena dibuang," bisik salah satu karyawan yang sontak mengalihkan perhatian Zyan. Kata 'dibuang' sangat sensitif di telinganya sekarang.Zyan menatap tajam sekilas ke arah asal suara tadi, lantas menggosok jenggotnya. Ia menyeringai. "Lihat saja nanti, kalian akan menyesal karena sudah mengejek berlian yang terbuang."Chiara agak kewalahan mengikuti jejak Lucas dan Albert yang cepat di depannya. Ia jadi sedikit lebih tertinggal. Jadi Chiara membuka mulut hendak mengatakan kedua pria itu harusnya pelan-pelan sedikit. Namun, ia harus mengunci bibi
Lucas mendudukkan tubuhnya di kursi di hadapan seorang pria paruh baya berkacamata. Di balik lensa itu, Lucas dapat menyaksikan sepasang mata yang sipit dan tajam. Pria itu berambut hitam, dengan sekali lihat Lucas dapat menebak jika pria di depannya sekarang memiliki genetik daratan Asia."Ada apa? Bukannya urusan dengan K Group sudah ditangani oleh ayahku," tohok Lucas langsung.Pria di depannya hanya tersenyum, kemudian mendesah panjang. "Anda tidak tahu kinerja ayahmu sendiri, ya?""Justru itu. Aku tahu semua."Pria di depannya menatap Lucas lekat. Berharap ada kalimat lagi yang keluar dari bibirnya."Aku tidak akan membuang waktuku. Cepat, langsung katakan to the point saja.""K Group sebenarnya ingin Anda yang menangani proyek ini, Tuan," jawabnya sambil mendecakkan lidah.Lucas menyugar rambutnya perlahan. Menunjukkan betapa tampan dan seksi dirinya. "Tapi aku tidak menyukai perjodohan di antara kerja sama kita. Profesionalitas lebih penting dibanding menyatukan dua keluarga pa
"Brengsek! Kau mendengarku tidak! Apa telingamu sudah tuli!"Gertakan keras Robert langsung membuat Zyan tersadar. Zyan lekas bangkit kemudian bertolak pinggang menantang Robert."Aku tidak tuli! Bahkan telingaku sudah terbiasa mendengar cacianmu!" Zyan mengangkat dagunya, tak ingin mengalah menghadapi Robert.Beberapa orang di belakang Robert langsung tercengung. Zyan benar-benar tipe anak pembangkang. Dan seluruh penjuru negeri tahu itu. Tapi menyaksikan sekarang secara langsung membuat mereka tak bisa menekan rasa terkejutnya.Robert mendengus, lalu meludah ke lantai secara kasar. "Omong kosong! Seharusnya tempatmu bukan di sini! Pergi saja kau yang jauh!"Zyan menyeringai. Meski bibirnya masih dipenuhi oleh luka berdarah dan sebagian menodai gigi putihnya. Zyan mendekati Robert yang hanya setinggi dagunya, kemudian menuding tepat di depan hidung pria paruh baya tersebut."Lihat saja, Robert! Kau akan menyesali semua perbuatanmu! Akan aku hancurkan kehidupanmu sama seperti kau meng
Tampak di kedua netranya, Lucas mengulum senyum sembari mengangkat gelas martini yang telah terisi sampanye tinggi-tinggi demi menyambut kedatangan Chiara.Chiara terpukau. Matanya berbinar saat mengedarkan pandang ke sekelilingnya. Dekorasi dan bunga-bunga segar yang indah. Ini persis seperti di dunia dongeng impian Chiara sejak kecil. Dan lagi, pria di hadapannya sangat seksi dan memesona, menjadikannya semakin larut akan suasana malam yang penuh damai.Perlahan Chiara melangkahkan kaki menghampiri Lucas. Lampu-lampu yang bertebaran indah seakan mendukung dan menyorotnya. Ini mimpi, Chiara yakin ia sekarang menjadi seorang putri yang bertemu pangeran tampan impian. Chiara tersipu sendiri membayangkan hal itu."Kemarilah, suasananya indah. Tak boleh kau lewatkan," ucap Lucas tetap mempertahankan senyum yang luar biasa efeknya bagi Chiara. Chiara seperti tengah melambung tinggi mengangkasa."Kau yang menyiapkan semua ini?" tanya Chiara tanpa berkedip saking kagumnya. Mulutnya terbuka
Lucas mendesah frustasi sambil menatap ke arah jendela luas di depannya. Ia tak tahu jika sekarang Chiara ada di balik pintu kamar dan sedang menguping pembicaraannya bersama pihak rumah sakit."Siapa bendahara rumah sakit? Aku ingin bicara padanya. Waktu aku ke sana dan menyuruh kau menekan wali dari si pasien, aku sudah mentransfer uang," sengit Lucas. Ia tak ingin membahas masalah yang sudah lumayan lama itu.Mata Chiara membelalak lebar. Apa maksud Lucas menekan wali dari Olivia Palmer adalah dirinya?Chiara kemudian teringat hari dimana rumah sakit menghubunginya dan menekan biaya yang cukup besar hingga mau tak mau membuatnya mencari Lucas lagi. Hari itu ia memohon-mohon serta mengesampingkan harga diri demi kontrak yang pernah ditawarkan oleh pria dingin tersebut. Chiara juga ingat, Lucas sempat bersikap sombong dengan mengatakan bahwa kesempatannya sudah habis.Jadi selama ini Lucas sengaja mempermainkannya?Lalu kedua mata Chiara berkaca-kaca dan merebak begitu saja. Pembuluh
Chiara termangu, seketika dunianya berhenti begitu saja. Dadanya sesak, ia segera meraup udara sebanyak-banyaknya.Chiara menggeleng. Mengingat potong demi potong momen dimana Lucas mengganti namanya menjadi Lala Cordelia Esme. Juga saat pria itu sering menyebut nama Lala ketika terlelap."Tidak… tidak mungkin." Chiara mengatupkan bibirnya rapat. Jadi, wanita yang selama ini dicintai oleh Lucas adalah kembarannya sendiri?Tapi bagaimana mungkin ia tak tahu jika punya kembaran. Selama ini ia terlalu bahagia dengan kehidupannya bersama Ernest dan Olivia. Apakah mereka sengaja menyembunyikan kenyataan ini darinya?Chiara menutup mulutnya dengan sebelah tangan. Mendelik mengamati sosok gadis yang ada di dalam foto. Siapa lagi yang bisa ia tanyai soal ini? Air mata Chiara merembes lagi. Ia sedih, tapi juga kecewa.Baik Lala, Olivia dan Ernest sudah tidak ada lagi di dunia. Lalu, kedua orang di foto sebelumnya itu siapa?Tangan Chiara bergerak lincah membuka halaman sebelumnya. Mengamati du
"Siapa?" Chiara mencoba bertanya. Ia agak bingung ketika menyaksikan Zyan yang justru terkejut dan termenung selama sepersekian detik.Zyan menoleh ke arah Chiara, lalu menunjuk sebuah pintu tertutup di sana. "Chiara, kau sembunyi dulu."Chiara mengerjapkan mata. Siapa yang datang hingga ia harus bersembunyi? Tapi semakin ke sini bel apartemen Zyan berbunyi semakin sering. Sepertinya orang itu tak sabaran.Mau tak mau, Chiara kemudian menuntun langkahnya ke tempat yang ditunjuk Zyan. Chiara membuka pintu lantas menyelinap di sana.Sebelum membuka pintu, Zyan menarik napas panjang. Ia mulai menarik kenop, lalu muncul seorang wanita dewasa berambut panjang cokelat bergelombang."Hai, Sayang…" ujar si wanita langsung berhambur memeluk Zyan.Zyan panik, sesekali matanya melirik ke arah kamar. Ia segera melepas pelukan sang wanita."Kenapa kau ada di sini?!" desis Zyan protes.Wanita itu tetap bergelayut manja. Ia kembali memeluk dan mencumbu mesra Zyan. Zyan tak sabar, lalu mengurai dekap
"Eh?"Zyan tertawa lalu mengubah tampangnya menjadi lebih serius dari yang tadi. Wajahnya semakin mendekat. Ia mengamati Chiara yang mengerjap."Atau… jangan-jangan kau masih terbayang-bayang oleh badanku yang seksi ya?"Chiara buru-buru melambaikan tangannya. "Eh, bukan." Wajahnya langsung memerah menahan malu. "Aku hanya kepikiran ternyata kau bisa memasak, ya?"Sontak Zyan menegakkan tubuhnya lagi. Kini bahunya bergetar karena terbahak-bahak. Tawanya semakin menjadi-jadi."Kau meremehkanku, huh?" Zyan mengangkat alis. Tatapannya tajam, namun lebih hangat dibanding sebelumnya."Bukan begitu—""Iya, aku bisa masak. Aku jauh dari rumah, tidak ada pelayan yang mengurusku. Jadi aku harus bisa melakukan apapun sendiri," jawab Zyan lugas.Chiara manggut-manggut. Teringat bahwa Zyan sengaja dibuang dari keluarga Knight. Entah apa yang menyebabkannya. Chiara merasa tak perlu tahu lebih jauh. Ia hanya orang luar yang sementara waktu terkontrak oleh Lucas. Meskipun itu semua gara-gara campur