Beranda / Romansa / Istri Kontrak Sang Miliarder Terkutuk / Bab 6 Mantra Pembersih dan Kunjungan Tak Terduga

Share

Bab 6 Mantra Pembersih dan Kunjungan Tak Terduga

Penulis: Luna Maji
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-13 20:08:39

Meri mendesah panjang sambil menggulung lengan bajunya. “Baiklah, dunia,” katanya ke mug teh di tangannya, “Hari pertama jadi istri. Rumah masih didominasi abu-abu, aura pacar masih nempel di perabotan, dan suami kontrakku baru saja berangkat kerja seolah semalam nggak ada adegan mesum di lorong.”

Dia menyesap tehnya. Hambar.

“Kurasa ini waktu yang tepat untuk pengusiran energi negatif pakai asap.”

Setengah jam kemudian, dapur dan ruang tengah mulai bertransformasi jadi zona semi-ritual. Ada dupa lavender menyala, garam laut tersebar di empat penjuru ruangan. Meri mengenakan jubah satin hitam dengan tulisan bad witch energy only di punggungnya.

Ia mengangkat mangkuk kecil berisi campuran daun sage, rosemary, dan serpihan batu pembersih aura.

“Dengan kekuatan tiga elemen: teh herbal, sarkasme, dan batas pribadi yang jelas, aku usir semua energi toxic dari rumah ini,” gumamnya penuh khidmat.

Saat Meri mulai mengayunkan asap ke arah sofa monokrom—yang menurutnya pasti menyimpan trauma jejak pangkuan semalam—tiba-tiba terdengar suara ting dari arah lift.

Ia membeku, mangkuk herbal masih di tangan. Kalau itu Cassie lagi, aku bersumpah demi semua penyihir di silsilah keluargaku—

Pintu lift bergeser terbuka.

Dan yang berdiri di sana… Nenek Montclair. Elegan. Tersenyum tipis. Mengenakan mantel bunga-bunga dan menggenggam keranjang rotan penuh sesuatu yang mencurigakan.

“Selamat pagi, Sayang,” sapa sang nenek, langkahnya mantap memasuki penthouse. Ia menurunkan keranjang rotan ke meja kaca, lalu mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan yang sekarang penuh aroma lavender.

“Aku suka sentuhanmu,” katanya ringan, nada suaranya geli. “Rumah ini selalu terlalu… steril. Seperti museum pria lajang yang takut komitmen.”

Meri terkekeh gugup. “Saya… sedang cleansing. Ada aura residu dari masa lalu.”

Nenek mengangguk seolah itu penjelasan yang sangat ilmiah. Ia duduk di sofa, lalu menatap Meri dengan pandangan yang tajam, menembus pertahanan Meri.

“Kau sudah bertemu Cassie, ya?”

Meri membeku. Satu tangan masih menggenggam dupa, satu lagi mencengkeram mangkok.

“Sedikit,” jawabnya hati-hati, memilih kata-kata. “Dan cukup... interaktif.”

Nenek Montclair hanya mengangguk pelan, mengambil satu biskuit dari keranjangnya, menggigitnya perlahan.

“Jangan khawatir soal Cassie,” ujarnya sambil mengunyah. “Gadis itu sudah terlalu lama merasa seperti nyonya rumah. Sudah waktunya untuk berubah.”

Ia memandang Meri, matanya jernih dan tak tergoyahkan. “Bagaimanapun juga, hanya ada satu Nyonya Montclair sekarang. Dan itu kau.”

Meri terdiam. Untuk pertama kalinya sejak masuk penthouse ini, udara terasa sedikit lebih hangat. Aura dukungan yang mengejutkan.

“Aku bawa selai stroberi buatan sendiri,” ujar nenek sambil mengeluarkan toples kaca kecil. “Adrian sangat suka selai ini. Sering-seringlah buatkan sarapan untuknya. Dan ini, sedikit teh Chrysant. Bagus untuk pikiran yang keruh.”

Meri duduk di seberangnya, membiarkan dupa terus menyala di pojok ruangan. “Terima kasih, nenek.” jawab Meri sambil mengangguk, berusaha tersenyum.

Seolah menangkap sesuatu dari getaran di udara, nenek mendekat sedikit. “Kau terlihat... lelah.”

Meri nyaris tertawa. “Baru satu malam jadi istri Montclair, ternyata melelahkan juga.”

Nenek tersenyum, tapi matanya tetap fokus. “Adrian bilang sesuatu tentang kutukan padamu?”

Sedetik, Meri ragu. Tapi akhirnya ia menjawab pelan, “Dia bilang... kalau dia akan mati dalam empat bulan kalau tidak menikah. Dan kalau pernikahan ini bisa memperlambat efeknya.”

Nenek mengangguk perlahan, seolah itu hanya informasi yang sudah ia ketahui sejak lama. Tidak ada kejutan.

“Dan apakah dia juga bilang kalau kutukan itu bukan jenis yang bisa dipecahkan dengan logika atau uang?”

Meri memicingkan mata, rasa penasaran mengalahkan kekesalannya. “Dia tidak terlalu rinci soal itu.”

Nenek meletakkan cangkir tehnya. “Tentu saja tidak. Cucu kesayanganku itu lebih suka menantang badai tanpa jas hujan.”

Ia mencondongkan tubuh ke depan, suaranya merendah, penuh rahasia. “Kutukan seperti ini, Sayang, tidak akan patah hanya karena kau menandatangani surat nikah. Itu butuh... sesuatu yang lebih dalam. Sesuatu yang sering ditolak oleh orang-orang modern.”

Meri menatapnya, ragu. “Seperti apa?”

“Seperti cinta,” jawab sang nenek ringan, namun dengan bobot yang tak terduga. “Atau keajaiban. Tapi biasanya dua hal itu datang beriringan.”

Ia meneguk tehnya, lalu berdiri sambil merapikan syalnya. “Aku tidak akan memaksamu percaya sekarang. Tapi saat waktunya tiba, kau akan mengerti. Dan jangan terlalu lama, Meri. Waktu Adrian terbatas.”

Sebelum Meri sempat bertanya lebih jauh, nenek Montclair sudah melangkah ke lift.

“Oh, dan satu lagi,” katanya sebelum pergi, menoleh sebentar, senyumnya kembali licik. “Jangan terlalu baik pada Cassie. Gadis itu punya gigi yang tajam.”

Meri tidak menjawab.

Ia berdiri diam cukup lama di tengah ruangan setelah lift tertutup. Ia menatap toples selai buatan nenek itu. Manis. Tapi kalimat terakhir sang nenek terngiang lebih kuat daripada aroma lavender di udara.

‘Gadis itu punya gigi yang tajam.’

Dengan pelan, Meri membuka keranjang rotan yang ditinggalkan sang nenek. Di balik lapisan kain renda, tergeletak secarik kertas lipat, nyaris tersembunyi di bawah biskuit.

Dengan hati-hati, Meri membukanya.

Tulisannya tangan, bergaya elegan. Hanya satu kalimat:

Cassie bukan satu-satunya ancaman.

Meri menatap kata-kata itu lama, lalu mengangkat kepalanya pelan. Matanya menyipit penuh kecurigaan.

Kalau Cassie bukan satu-satunya… Lalu siapa yang lain?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Kontrak Sang Miliarder Terkutuk   Bab 61 Detik-Detik yang Terasa Abadi

    Malam sudah turun saat mereka tiba di manor. Lampu-lampu taman menyala temaram, menyambut langkah mereka berdua yang hening tapi saling menggenggam erat.Adrian membuka pintu utama dan membiarkan Meri masuk lebih dulu. Hawa rumah besar itu terasa lebih hangat dari biasanya—entah karena sistem pemanas atau karena Nenek Montclair kini kembali, berbaring di kamarnya dengan nyaman, dikelilingi staf yang siaga.Meri memutuskan untuk menginap di sana. Ia berkata alasannya karena ingin memastikan nenek benar-benar pulih, tapi sebenarnya... ia hanya ingin merasakan rumah ini seutuhnya. Sekali lagi. Untuk terakhir kalinya—jika memang itu yang harus terjadi.Setelah memastikan Nenek Montclair benar-benar stabil, Meri kembali ke penthouse keesokan harinya. Angin malam membawa aroma asin dari laut. Gemuruh ombak samar terdengar dari kejauhan, seperti bisikan waktu yang tak bisa dihentikan.Meri berdiri di balkon penthouse, berbalut kaus tipis dan celana tidur longgar. Kedua tangannya menggenggam

  • Istri Kontrak Sang Miliarder Terkutuk   Bab 60 Keputusan yang Terpaksa

    Koridor rumah sakit berbau antiseptik dan terlalu terang. Meri berjalan cepat menyusuri lorong Unit Gawat Darurat, seolah langkahnya tak cukup cepat untuk mengejar detak jantungnya sendiri.Di depan ruang observasi, Adrian berdiri dengan kedua tangan terlipat, wajahnya pucat dan mata sembab. Saat melihat Meri, ekspresinya mencair sedikit, tapi kecemasan tak hilang dari sorotnya.“Meri.”“Di mana dia?” suara Meri tercekat.Adrian menunjuk ke balik tirai kaca. Di dalam ruangan, Nenek Montclair terbaring dengan selang infus di tangan dan monitor detak jantung di sisinya. Matanya terpejam. Terlihat rapuh—terlalu rapuh dibanding biasanya.“Kata dokter, dia sempat kehilangan kesadaran beberapa menit. Gula darahnya turun drastis. Tapi... sekarang sudah stabil.”Meri menempelkan tangannya ke kaca, lalu menoleh ke Adrian. “Dia akan baik-baik saja, kan?”Adrian mengangguk pelan, tapi tak menjawab langsung. “Dia tadi manggil namamu. Bahkan pas di ambulans. Kayak... dia tahu kamu harus ada di san

  • Istri Kontrak Sang Miliarder Terkutuk   Bab 59 Pilihan Mustahil

    Meri tidak menjawab. Tangannya mengepal di sisi gaunnya. Matanya menatap lurus ke wajah Julian, dingin dan penuh waspada.Julian tersenyum miring. “Kutukan itu tidak hilang hanya karena kalian saling cinta, Meri. Ini bukan dongeng.”“Dan kamu pikir dengan menakutiku, aku akan lari?” suara Meri tajam tapi pelan.“Aku tidak menakutimu.” Julian melangkah mendekat, setengah berbisik. “Aku memberimu pilihan. Satu yang... manusiawi.”Ia berhenti hanya beberapa langkah dari Meri. “Kau tahu sendiri sekarang, kan? Bahkan sihirmu tidak bisa menyelamatkannya saat kutukan itu aktif. Dan itu... bukan kejadian terakhir, kalau kau tetap di sisinya.”Meri menahan napas.“Aku tahu siapa kamu,” lanjut Julian, suaranya nyaris lembut. “Marigold Vale. Cucu dari Rose. Darah keluarga yang sama yang menentang perjanjian ulang dulu... dan orangtuamu dibunuh karena itu. Dan, ngomong-ngomong… ternyata kita juga sepupu ya. Dunia memang sempit.”Dia mencondongkan tubuh. “Apa kamu pikir nenekmu menyembunyikan semu

  • Istri Kontrak Sang Miliarder Terkutuk   Bab 58 Masa Lalu yang Kejam

    Lampu gantung di langit-langit ruang bawah tanah itu berpendar redup. Bau logam, darah kering, dan dupa sihir memenuhi udara. Beberapa artefak tua berserakan di meja panjang—botol darah, pecahan kristal, dan satu gulungan kontrak sihir yang mulai rapuh.Lysander Vale duduk di kursi tinggi, tubuhnya membungkuk lelah. Tangan kanannya gemetar saat menuangkan cairan ungu pekat ke cawan kecil. Wajahnya pucat, mata kelabunya tenggelam dalam lingkaran hitam yang dalam.Julian berdiri di sisi ruangan, memandangi ayahnya dengan raut gelisah.“Ayah,” katanya akhirnya. “Kau tak kelihatan baik.”Lysander mengangkat cawan, meneguk cairan itu tanpa ragu. Rasa pahit menyeringai di wajahnya, tapi ia menahannya.“Serangan tadi malam,” gumamnya. “Menghabiskan lebih banyak dari yang kupikirkan. Kutukannya... tidak seperti dulu lagi.”Julian mendekat. “Bukankah efeknya berhasil?”Lysander menggeleng pelan. “Itu hanya ilusi, dibentuk dari sisa-sisa kontrak darah lama. Tapi ikatannya dengan si gadis—dengan

  • Istri Kontrak Sang Miliarder Terkutuk   Bab 57 Manipulasi Mematikan

    Langit di luar jendela gelap pekat, hanya dihiasi kilat sesekali di kejauhan. Meri berdiri di dapur, menuang teh chamomile ke cangkir. Tangannya bergetar sedikit, bukan karena panas... tapi karena pikirannya belum berhenti memutar ulang kata-kata pria tadi siang."Kalau kau tidak percaya... perhatikan malam ini."Suara itu masih mengendap di telinga. Dingin. Yakin. Mengancam.Ia menatap jam dinding. Hampir tengah malam.Adrian sudah tidur. Meri memutuskan untuk tetap terjaga, berjaga-jaga. Ia duduk di sofa, cangkir teh di tangan, mata tak lepas dari Adrian yang sedang terlelap.Lima menit berlalu. Lalu sepuluh.Lalu—Kutukan BangkitJeritan.Bukan suara. Tapi rasa. Gelombang tekanan tiba-tiba menghantam seluruh ruangan seperti angin dari neraka. Lampu berkedip satu kali sebelum padam total.Meri langsung berlari mendekat.Adrian menggeliat di ranjang, tubuhnya kejang-kejang, keringat membanjiri dahinya. Matanya terbuka tapi kosong—terpaku ke langit-langit dengan pupil menyusut jadi ti

  • Istri Kontrak Sang Miliarder Terkutuk   Bab 56 Kebenaran yang Menyakitkan

    Beberapa jam setelah Adrian bangunRuang kerja utama di penthouse nyaris gelap, hanya cahaya dari layar besar yang menyala menampilkan berkas-berkas terenkripsi.Adrian duduk di kursi dengan hoodie gelap. Tatapannya tajam menelusuri deretan nama, tanggal, dan angka yang terhubung dengan satu perusahaan: Blackmoor Ltd.Dia sengaja tidak ke kantor Montclair Group, supaya pihak lawan masih mengira dirinya lemah.Lucien berdiri di belakangnya, lengan menyilang. “Aku baru dapat salinan dokumen dari partner legal kita di Frankfurt. Blackmoor baru buka dua anak cabang dalam tiga bulan terakhir. Tapi semua dana awalnya masuk dari—” ia menunjuk layar, “Montclair East Asia.”Adrian menggeram pelan. “Jalur investasi offshore. Mereka nyamar lewat proyek energi. Tapi dananya ngalir ke eksperimen.”“Dan bukan cuma eksperimen.” Lucien meletakkan tablet kecil ke meja. Layar menampilkan blueprint bangunan bawah tanah. “Fasilitas ini ada di bawah kantor utama Blackmoor. Sistem keamanan independen. Ada

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status