Share

Bab 7_SEBATAS ISTRI?

Sebegitu tidak pentingkah dirinya dalam kehidupan pria itu? Pertanyaan demi pertanyaan hanya menambah rasa ketidaknyamanannya menjadi kekecewaan kian mendalam yang ia coba singkirkan tanpa ingin mempertanyakan. Dirinya semakin sadar akan posisi di dalam kehidupan sang suami.

Sesi makan malam berlangsung selama kurang lebih tiga puluh menit, lalu dilanjutkan dengan berpindah ruangan. Dimana Tuan Matthew ingin memberikan sambutan atas kedatangan menantu pertamanya, meski pria itu tidak menyukai Darian karena alasan tertentu. Ia tetap menjalankan tradisi leluhur dengan melakukan rapat keluarga.

"Siapa namamu?" Tuan Matthew mengulurkan tangan kanan seraya melirik menatap ke arah sang menantu mencoba memberikan kode Naya untuk menyambut tangannya, tetapi sang menantu justru menoleh ke arah Darian yang duduk di depan bar dan sibuk menuang minuman.

Sementara tuan Matthew menyadari dimana ia memiliki menantu yang takut pada putranya. Melihat itu, tentu tak ingin ambil pusing sehingga dengan santai menggenggam tangan Naya. Kemudian mengajak sang menantu untuk ikut bersamanya duduk di sofa. Keduanya duduk bersebelahan yang mana menghadap pemandangan sebuah pigura besar membingkai lukisan pemandangan alam.

"Dia tidak akan membelamu, meski tangan lembut ini ada yang membakar," Tuan Matthew tersenyum simpul penuh arti tetapi lirikan mata terpatri pada wajah sang putra. Ia tahu, saat ini Darian menyimak pembicaraan sekaligus tindakannya meski sang putra tidak bereaksi dan bahkan sibuk meneguk segelas sampanye dingin.

Sementara Naya mengerjapkan mata tak memahami maksud dari pernyataan ayah mertuanya. Lagi pula kenapa tuan Matthew membahas tentang tangan yang dibakar? Di sisi lain perhatian teralihkan akan hawa dingin yang menyergap mencoba untuk mengatakan agar dirinya tetap diam tanpa harus melakukan pembelaan. Akan tetapi, rasa penasaran justru datang menyapa.

Niat hati ingin mengajukan pertanyaan agar bisa memahami keadaan tetapi di saat bersamaan terdengar suara langkah kaki memasuki ruangan. Siapa lagi jika bukan ibu mertuanya, wanita itu datang dengan tangan membawa sebuah kotak berbentuk persegi panjang. Entah apa isi di dalam kotak yang malah langsung diletakkan ke atas meja kaca di depan ayah mertua.

"Mas, bukankah kotak ini yang kamu maksud?" tanya Nyonya Aya yang memilih tetap berdiri di sisi lain meja.

Tuan Matthew memeriksa kode yang ada di atas kotak, lalu mengangguk mengiyakan pertanyaan sang istri, kemudian membuka kotak di depannya menggunakan kode brankas yang sesuai dengan tanggal lahir sang putra. Enam digit angka menjadi kunci dari kotak tersebut hingga terbuka secara otomatis.

"Kalung leluhur keluarga Matthew untuk menantu pertama," Dikeluarkannya kalung batu permata dari dalam kotak dimana ia sengaja menunjukkan pada Naya akan keindahan seni dari sebuah benda mati. Lalu, ia melepaskan pengait, kemudian dengan santai memakaikannya ke leher sang menantu.

Kalung melingkar indah di leher Naya seolah memang diciptakan hanya untuk sang menantu pertama. Sesaat mengingat wajah cantik mendiang istrinya. "Ini bukan hadiah, tetapi kehormatan keluarga kami. Jadi ingatlah untuk selalu menjaga warisan keluarga!"

Kalung yang begitu cerah dengan penuh warna dari brand Harry Winston. Dimana merupakan merek perhiasan berlian klasik dan elegan memiliki benar-benar tidak ada alternatif. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1932 bahkan memiliki reputasi untuk selalu memberikan kualitas terbaik dan batu permata paling langka untuk pelanggan global.

Setiap bagian diletakkan bersama-sama dengan keahlian para master perhiasan dan perusahaan ini menjamin daya tahan produk-produknya. Wajar saja setiap produk yang ditawarkan akan selalu bernilai tinggi dengan seni berkelas. Tidak akan ada yang kecewa ketika memesan perhiasan dari brand Harry Winston.

"King, apa kamu tidak mau mengajak Naya untuk bertemu dengan mamamu?" Nyonya Aya bertanya, tapi lebih tepatnya mengingatkan sang putra akan tugas yang harus ditunaikan.

Nyonya Aya mengingatkan sang putra agar melakukan tugas yang memang menjadi keharusan bagi King. Dimana Naya harus tahu tentang silsilah keluarga orang tua dari pihak suaminya. Hal itu dikarenakan kekuasaan orang-orang besar sangatlah mudah digoyahkan dengan isu buruk dalam sekali terpaan.

Bukankah kita semua setuju, jika hanya bermodalkan suara saja maka sebuah kepemimpinan bisa diruntuhkan. Pada dasarnya manusia memiliki akal sehat, meski begitu tetap saja harus sadar diri bahwa dunia tak selalu dikuasai oleh ego dan keserakahan.

Terkadang ada suara yang menegakkan keadilan. Ya, seperti beberapa kasus yang bisa menjadi contoh, tetapi hal itu akan selalu menjadi bahan perbincangan orang-orang selama dunia masih berputar dan alam masih bisa dipijak. Benar 'kan?

"Apa aku harus memperkenalkan pada anggota keluarga? Kurasa tidak perlu! Dia hanya menjadi istri Darian KIngsley dan bukan menantu keluarga Matthew. Camkan itu!" putus King membuat nyonya Aya tersenyum kecut.

Siapa yang bisa membujuk seorang KIng? Tak seorangpun bahkan jika dunia berhenti, maka pria itu akan tetap kaku dan keras kepala. Sifat dingin dan acuh bak puncak gunung mount everest sudah begitu mendarah daging. Pria itu menuruti keberanian sang mendiang nyonya Alisha Matthew.

Nyonya Alisha Matthew merupakan istri pertama dari tuan Matthew, tapi wanita itu telah berpulang sejak sepuluh tahun yang lalu. Secara tidak sengaja nyonya Aya hanya ingin King membawa Naya untuk ke makam yang berada di belakang kediaman mereka. Ya, semua anggota keluarga yang telah tiada akan dimakamkan di area khusus.

Kata leluhur agar mereka tidak jauh dari masa kehidupan yang sudah memberikan banyak kenangan dan kebahagiaan. Hanya saja ketika seseorang memiliki jiwa penakut, maka bisa menganggap kediaman matthew sebagai mansion horor. Padahal setiap dinding memiliki desain dan arsitektur perpaduan dari beberapa negara.

Kembali lagi pada kenyataan malam ini. Dimana penolakan King bersambut penarikan paksa pada Naya, keduanya berjalan meninggalkan ruang rapat yang menjadi tradisi. Kondisi King sendiri masih aman karena hanya meneguk dua gelas minuman. Kesadaran enggan pergi karena selalu menuntut kewarasan tetap bersamanya.

Suara pintu terbuka, lalu tertutup kembali hanya sesaat tapi tia-tiba King menghempaskan tangan Naya tanpa perasaan. Pria itu benar-benar tidak peduli ketika tubuh wanita yang ia campakkan tersungkur jatuh ke atas sofa. Langkah kaki berjalan menuju balkon membiarkan pintu kaca tetap terbuka lebar.

Rasa sesak di dada atas hubungan yang kini membelenggu hati serta kehidupannya mengubah kebebasan menjadi tanggung jawab. Andai saja boleh memilih, sudah pasti dirinya hanya ingin menikmati pekerjaan tanpa harus memikirkan makhluk yang di matanya hanya bisa merepotkan. Sekali lagi mencoba melepaskan beban pikiran hingga tak peduli akan suara teriakan yang menggema menantang keheningan malam.

Naya yang melihat kegelisahan King, wanita itu merasa suaminya memiliki masalah yang serius. Ingin rasanya ia datang menghampiri, lalu memeluk dari belakang menyandarkan kepala ke punggung King. Akan tetapi sayang, semua itu hanya keinginan dari khayalan semata. Ia sendiri bahkan tak berani menyentuh raga si pria kejam.

King, masihkah ada tempat diriku di hatimu? Jika iya, kumohon menoleh sekali saja ke arahku dan sepenuh hati, jiwa, ragaku akan berjuang membuat hubungan kita membaik.~pinta Naya seraya menangkupkan kedua tangan di depan dada dengan tatapan mata tertuju pada pria di luar kamar di depan sana.

Embusan semilir angin yang menerpa membuai meriapkan helaian rambut hingga tak sengaja menyentuh netra, membuat King menoleh ke belakang seraya menyibakkan anak rambut ke belakang. Lalu mengikatnya menjadi satu, gerakannya tak terencana tetapi justru semakin menampakkan aura kharisma nan menggoda.

Sayangnya tindakan King yang tidak disengaja malahan membuat Naya percaya akan satu isyarat alam dimana dianggap wanita itu sebagai sebuah pertanda agar berjuang demi hubungan mereka berdua. Wanita itu terlalu naif menganggap dunia berputar sesuai keinginan hati, sedangkan di dalam benak King hanya tertuju pada kepentingan sendiri.

Dunia King yang awalnya baik tiba-tiba saja diselimuti kabut kegelapan dan merenggut kehidupan bebas seorang pria dalam sekejap mata. Setiap insan pasti ingin menikahi orang terkasihnya, tapi bagaimana jika mendadak badai datang tanpa permisi. Lalu, menyodorkan jodoh tanpa bisa ditolaknya. Pada akhirnya ia hanya bisa menerima keadaan tanpa ingin menciptakan masalah baru. Satu kata penggambaran yang tepat yaitu terpaksa.

"Kuharap pengorbanan ini tidak sia-sia. Cepatlah sadar dan ambil hakmu. Aku tidak ingin terjebak terlalu dalam pada ikatan yang sekedar titipan," King memandang langit malam nan temaram ditemani bintang bertebaran.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status