Share

Bab 05

Author: Norwinda
last update Last Updated: 2025-11-16 17:23:03

Kelopak mata perempuan itu perlahan terbuka, samar-samar ia melihat bayangan dua orang yang tengah memperhatikannya. Begitu matanya terbuka sempurna, ia terkejut melihat dua laki-laki yang menatapnya dengan pandangan yang berbeda. Salah satunya laki-laki yang terakhir kali bersamanya di lift sampai akhirnya ia pingsan.

Anya bangun dari pembaringannya di sofa, tapi tubuhnya tidak bisa diajak kompromi. Karna ia merasa lemas dan pusing.

Ia kembali menatap laki-laki di hadapannya dan ruangan yang tampak asing baginya. Perlahan ia menundukkan kepalanya, tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Tapi ia ingin keluar dari tempat ini.

“Kamu hamil.”

Mata Anya membesar dan kembali mendongak menatap laki-laki bermata grey green itu.

“Apa Anda sudah merasa gejala kehamilan ini sebelumnya? Atau dari minggu belakangan ini?” tanya laki-laki satunya, yang diyakini seorang dokter yang dipanggil datang ke sini.

Anya memegang perutnya dan menggeleng lemah.”Saya tidak hamil.” Suara pelan dan hati-hati.

“Tetapi saat saya periksa kamu sedang hamil muda.”

Anya tertegun, namun tidak menelan mentah-mentah perkataan laki-laki itu.

“Tidak, itu tidak mungkin,” jawabnya tersendat-sendat.”Saya sulit hamil.”

“Benarkah? Tapi dalam pemeriksaan saya kamu memang hamil. Kalau ingin tahu lebih jelas kita bisa ke rumah sakit.”

Anya diam dengan tubuh menegang, perkataan laki-laki itu yang serius membuatnya antara percaya dan tidak. Sudah beberapa bulan ini ia tidak berhubungan dengan suaminya, tapi tunggu.

Anya kembali mengingat saat dirinya sempat berhubungan dengan laki-laki asing di club. Apa ia hamil karna laki-laki itu? Bagaimana bisa? Bahkan saat berhubungan dengan suaminya ia tidak hamil-hamil.

“Jadi kamu sudah berbohong pada saya?”

Anya mendongak menatap laki-laki di hadapannya yang menatap dirinya tajam dan seperti ingin menguliti.

Ia menatap sejenak wajah laki-laki itu sampai sebuah ingatan membuatnya terkejut. Bukankah laki-laki di hadapannya sekarang, laki-laki yang sama di club itu?

Anya tidak bisa menyembunyikan wajah tegang dan terkejutnya.

“Kamu mengatakan bahwa kamu mandul, lalu bagaimana bisa kamu hamil? Apa kamu ingin menjebak saya?” tuding laki-laki bernama Rayden Alijah Wiratama tersebut.

Tatapan Rayden menelisik pakaian seragam yang perempuan itu kenakan, membuatnya berdecih. Seakan penampilan Anya sangat rendah di matanya.

“Aku tidak percaya bisa berhubungan dengan perempuan rendahan,” gumamnya pelan, tapi masih bisa Anya dengar dan itu menyakitkan.

“Saya tidak mengerti dengan maksud Anda, Pak.” Anya memberanikan diri membalas di saat tubuhnya masih lemas.

“Jangan pura-pura bodoh. Kamu pasti bagian dari orang-orang yang ingin menghancurkan saya, dengan sengaja agar bisa mengandung anak saya.” Rayden menekan dan menyudutkan Anya yang semakin ketakutan.

Dokter laki-laki yang memperhatikan bagaimana arogan dan kejamnya Rayden menyudutkan perempuan malang itu hanya mampu menonton tanpa bisa menolong.

“Saya mengandung anak suami saya. Ya, ini anak suami saya.” Anya memeluk erat perutnya sendiri, menciptakan kerutan kasar di kening Rayden.

“Jangan mencoba bermain-main dengan saya, saya tidak akan pernah melepaskan perempuan sepertimu.” Ucapan Rayden jelas tidak main-main.

Anya bangun dari sofa dan berusaha berdiri tegak.”Saya sudah bersuami, kalaupun saya hamil sangat kecil kemungkinan kalau ini anak, Bapak.”

Anya melangkah pergi hendak keluar dari ruangan ini, namun cekalan yang tajam dan kasar di pergelangan membuat tubuhnya limbung dan nyaris hampir menghantam tubuh laki-laki di hadapannya.

“Berani sekali kamu mencoba pergi dari tempat ini tanpa seizinku!” desisnya tajam.

Anya meringis merasakan cengkraman yang menusuk dan menyiksa dari laki-laki itu di pergelangan tangan, membuat matanya berair menahan sakit.

“Tuan Rayden.”

Teguran seorang laki-laki yang baru memasuki ruangan memotong ketegangan dan fokus Rayden buyar.

Cengkeramannya mengendur. Kesempatan itu tak disia-siakan Anya. Dengan sisa tenaga yang dimiliki, ia menghentakkan tangan Rayden, melepaskan diri, lalu berlari keluar dari ruangan yang mengerikan ini.

Melihat perempuan itu berhasil kabur Rayden meradang. Matanya melotot tajam seakan telah melepaskan mangsanya.

Tubuh Anya langsung meluruh ke lantai setelah berhasil kabur dan bersembunyi dalam toilet. Keringat bercucuran membasahi wajahnya yang terlihat memerah menahan ketakutan yang membuat rongga dadanya sesak.

Air mata yang berusaha ia tahan-tahan kini meluruh. Ia mencengkram erat perutnya.

“Ini pasti bohong, aku tidak mungkin hamil.”

Anya terisak-isak dalam toilet yang sunyi dan hening itu. Sangat sulit baginya mempercayai ini semua. Dua tahun ia menunggu kehamilan ini dan kenapa ia baru hamil? Bukan ia tidak bahagia, ia pasti sangat bahagia bila itu benar.

Masalahnya ia takut, takut janin yang ia kandung bukan darah daging suaminya. Melainkan…

Membayangkan wajah laki-laki itu sudah menciptakan ketakutan yang semakin membuat tubuhnya gemetar. Ia tidak bisa berbuat apapun bila benar mengandung darah daging dari laki-laki yang ternyata bos besar di perusahaan ini.

“Heh! Ternyata kamu di sini.”

Suara bentakan seseorang membuat Anya terkejut dan spontan langsung bangkit dari lantai. Mata berairnya mengerjap melihat Amel yang menatap tajam padanya.

“Aku sudah bilang kamu bersihkan toilet di lantai bawah, kenapa di sini huh? Ingin menghindari tugas? Begitu?”

Anya menundukkan kepalanya sambil berusaha mengendalikan perasaannya yang hancur.

“Maaf, Mbak. Aku tidak enak badan _”

“Alah! Alasan. Baru sehari bekerja di sini sudah begini. Lemah banget jadi perempuan!” Amel mendorong kasar bahu Anya yang hanya diam menerima ini semua. Ia tak mempunyai tenaga untuk membela dirinya saat ini. Semuanya terlalu rumit.

“Sekarang kamu bersihkan toilet di lantai bawah sekarang. Awas saja tidak dilakukan!” Amel menunjuk dengan tatapan penuh kecaman di sana.

Anya menghela napas pelan, suasana yang tegang dan penuh emosi kini kembali sunyi setelah Amel keluar dari toilet ini.

“Anya, kamu sakit?” Ayu meraba-raba dahi perempuan itu yang terasa panas.

“Aku baik-baik saja, Yu.” Perlahan Anya menyingkirkan tangan temannya itu.”Aku hanya tidak enak badan.”

Tatapan Ayu menyendu dan mengusap bahu perempuan itu.”Kalau tidak enak badan, kamu bisa istirahat dulu tidak perlu melakukan tugas.”

“Tidak. Nanti bu Lidia marah, aku baru bekerja sehari di sini. Kalau aku tidak kerja bisa-bisa dipecat.” Sungguh, Anya takut kehilangan pekerjaannya. Dirinya yang hanya tamatan sekolah menengah atas, sangat sulit mencari pekerjaan di kota besar ini.

“Ya sudah, sekarang kamu makan dulu. Setelah itu minum obat. Oke?”

Anya mengangguk sambil tersenyum tipis. Ia mulai memakan makan siangnya di sebuah rumah makan yang tidak jauh dari perusahaan.

Baru beberapa suapan Anya tersedak. Buru-buru ia mengambil segelas air putih dan meminumnya. Pandangannya tiba-tiba terpaku pada sosok laki-laki yang ia kenali.

Kevin, suaminya terlihat keluar dari area perusahaan tempat ia bekerja. Yang membuat hatinya pedih suaminya terlihat mesra dengan seorang perempuan yang menunggu di luar perusahaan.

Setelah sebulan tanpa kabar ternyata suaminya bersama perempuan itu?

“Anya, kamu kenapa?” Ayu menyadari perubahan raut wajah perempuan itu.

Anya bangkit dari kursinya.”Aku keluar sebentar.”

“Mau ke mana, Anya?”

Perempuan itu buru-buru keluar dari rumah makan itu dan segera menyeberang jalan menghampiri suaminya yang sudah hendak masuk ke dalam mobil taksi.

“Mas!”

Kevin terkejut melihat kemunculan Anya yang kini menahan tangannya.

“Mas, kamu ke mana saja selama satu bulan ini? Aku mencari kamu.” Anya menangis terisak-isak menatap suaminya.

Lagi, Kevin masih bersikap kasar dan menepis genggaman tangan istrinya tersebut.”Ini bukan urusanmu, Anya!”

Kevin melirik seragam yang Anya kenakan, raut wajahnya sedikit terkejut.

“Mas Kevin ayo kita pergi.” Suara manja Yulia yang berada dalam mobil mengalihkan perhatian Anya. Tidak ada sedikitpun raut bersalah di wajah perempuan itu, yang telah menghancurkan rumah tangganya dan merebut suaminya.

“Kamu…” Anya menunjuk Yulia dengan suara gemetar.”Apa tidak ada laki-laki lain di dunia ini sampai kamu merebut suamiku?”

Yulia justru memperlihatkan ekspresi menyebalkan dan tak suka dengan perkataan Anya.

“Jangan salahkan Yulia, yang salah itu kamu!” sentak Kevin tajam.”Kamu mandul, seharusnya itu sudah cukup membuatmu sadar kenapa aku memilih Yulia.”

Yulia tampak tersenyum pongah mendengar itu, tersenyum lebar melihat wajah penuh kesakitan Anya.

“Minggir!”

Kevin mendorong Anya dan bergegas masuk ke dalam mobil. Perempuan itu menangis tersedu-sedu memandangi mobil itu pergi. Hancur, hatinya dihancurkan tanpa sisa oleh suaminya sendiri.

Tubuh Anya tersentak ketika merasakan pelukan dan ia melirik Ayu kini memeluknya dengan sangat erat.

“Ayu… apa aku memang pantas mendapatkan ini semua?”

“Tidak. Kamu sangat tidak pantas diperlakukan buruk seperti ini. Kamu perempuan baik.”

Ayu perlahan melepaskan pelukannya dan mengusap air mata di wajah Anya.

“Jadi, dia suamimu?” tanya Ayu, ia tidak tahu bila Anya telah menikah setelah mereka bertahun-tahun tidak bertukar kabar.

Anya mengangguk dengan tatapan kosong.

“Kamu tahu, suamimu bekerja di perusahaan ini juga. Aku kira perempuan yang tadi istrinya, karna mereka sering terlihat bersama.”

“Ayu, aku sebenarnya baru tahu mas Kevin bekerja di sini juga.”

“Apa? Suami macam apa dia itu.” Ayu semakin geram.

Anya menundukkan kepalanya semakin dalam dan menyeka air mata yang kembali ingin meluruh.

“Sekarang kamu tenangkan dirimu, ya. Aku yakin laki-laki seperti suamimu itu akan mendapatkan karmanya,” ucap Ayu berusaha untuk menghibur.

Anya hanya tersenyum hambar. Keduanya kini memilih untuk kembali ke tempat kerja. Meskipun begitu, Anya semakin banyak melamun dan sesekali menangis. Terlalu menyakitkan bila menyangkut tentang suaminya.

Pukul setengah delapan malam, Anya baru kembali ke rumah. Langkahnya gontai dan raut wajahnya lesu berbalut kesedihan. Ia menjatuhkan dirinya ke sofa. Melamun beberapa saat, sampai ia mengingat sesuatu dan mengeluarkan dua bungkus benda yang ia beli di apotek. Tespeck.

Ia ingin memastikan dirinya benar-benar hamil atau tidak. Karna pernyataan dokter tadi kurang meyakinkan baginya.

Anya bangkit dari tempat duduknya dan segera menggunakan dua benda itu sekaligus untuk memastikan.

Napasnya tertahan begitu melihat hasil tespeck yang baru saja ia gunakan. Dua garis merah muncul dengan jelas, seakan menampar semua keraguan yang ada dalam benaknya.

Ada bahagia yang meletup, setidaknya kini ia bisa membungkam semua tudingan suaminya yang menganggapnya mandul. Namun, kebahagiaan itu langsung terpangkas oleh satu kenyataan getir, besar kemungkinan janin yang kini bertumbuh di rahimnya bukan milik suaminya.

Perkataan laki-laki bernama Rayden itu terus terngiang-ngiang dalam telinganya. Membuatnya tanpa sadar menutup telinganya.

Namun, semuanya buyar ketika terdengar ketukan keras dari luar pintu rumah. Anya tersentak, buru-buru menaruh tespeck di sisi wastafel, lalu melangkah cepat menuju sumber suara.

Saat pintu dibuka, dadanya langsung mengencang. Suaminya berdiri di ambang, wajahnya kaku dengan tatapan tajam di sana. Di tangan laki-laki itu, sebuah map merah mencolok, seakan membawa kabar yang tidak akan mungkin berpihak padanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Mandulmu, Hamil Anak Bosmu   Bab 07

    Suara berisik yang mengganggu membuat Kevin yang tengah tertidur terbangun. Ia melirik ke kamar mandi dan melihat Anya baru keluar dari sana dengan wajah yang tampak pucat.Meskipun begitu ia memilih untuk kembali melanjutkan tidurnya, namun sentuhan lembut di lengannya membuatnya berdecak dan kembali membuka matanya.“Mas, kepalaku pusing. Bisa tolong pijat kepalaku sebentar. Aku juga muntah-muntah sejak tadi,” adu Anya dengan rengekan manja.“Tinggal minum obat kalau pusing, kenapa manja sekali!” Anya tampak terkejut dengan bentakan suaminya.”Mas, aku sedang hamil.”“Lalu, aku harus memanjakanmu begitu karna hamil?”Kevin memilih kembali tidur dan mengeratkan selimut di tubuhnya. Anya terdiam sambil menahan pedih dalam benaknya. Ia bangkit dan melangkah keluar sambil memegangi perutnya yang masih terasa bergejolak.“Kenapa Mas Kevin masih kasar padaku? Apa kehamilan ini tidak membuatnya bahagia?” gumamnya pilu. Anya berusaha menenangkan perasaannya dan segera melakukan kegiatan da

  • Istri Mandulmu, Hamil Anak Bosmu   Bab 06

    “Mas Kevin.” Suara Anya terdengar lirih dan hampir tak terdengar. Senyuman getir terbit di bibirnya yang pucat.“Aku datang ke sini bukan untuk pulang,” ucap Kevin sambil melangkah masuk ke dalam rumah. Ia meletakkan map di tangannya ke meja.“Kamu harus tanda tangani surat cerai ini agar perceraian kita cepat diproses,” tekannya.“Mas… berapa kali aku bilang, aku tidak mau cerai. Mas, kan, tahu, aku hanya punya kamu. Aku tidak punya siapa-siapa selain Mas.”“Aku tidak peduli. Kamu tidak bisa memberikan apa yang aku inginkan, jadi lebih baik kita cerai. Ibuku pun mendukung keputusanku ini.”Anya tertunduk, tangannya menyentuh perutnya dan sesuatu terbesit dalam pikirannya.“Kalau aku bisa hamil, apa Mas tidak akan menceraikanku?” tanya Anya dengan suara gemetar.Kevin tersenyum meremehkan.”Yakin bisa hamil?”Anya berbalik dan melangkah masuk ke dalam toilet membuat Kevin mengernyit keningnya. Tidak lama perempuan itu kembali dan menyodorkan dua benda pipih yang dengan ragu Kevin ambi

  • Istri Mandulmu, Hamil Anak Bosmu   Bab 05

    Kelopak mata perempuan itu perlahan terbuka, samar-samar ia melihat bayangan dua orang yang tengah memperhatikannya. Begitu matanya terbuka sempurna, ia terkejut melihat dua laki-laki yang menatapnya dengan pandangan yang berbeda. Salah satunya laki-laki yang terakhir kali bersamanya di lift sampai akhirnya ia pingsan.Anya bangun dari pembaringannya di sofa, tapi tubuhnya tidak bisa diajak kompromi. Karna ia merasa lemas dan pusing.Ia kembali menatap laki-laki di hadapannya dan ruangan yang tampak asing baginya. Perlahan ia menundukkan kepalanya, tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Tapi ia ingin keluar dari tempat ini.“Kamu hamil.”Mata Anya membesar dan kembali mendongak menatap laki-laki bermata grey green itu.“Apa Anda sudah merasa gejala kehamilan ini sebelumnya? Atau dari minggu belakangan ini?” tanya laki-laki satunya, yang diyakini seorang dokter yang dipanggil datang ke sini.Anya memegang perutnya dan menggeleng lemah.”Saya tidak hamil.” Suara pelan dan hati-ha

  • Istri Mandulmu, Hamil Anak Bosmu   Bab 04

    Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, Anya datang lebih pagi ke perusahaan besar yang ada di pusat kota. Ia melangkah memasuki area perusahaan dan di sana ia melihat Ayu sudah menunggu dirinya.Ia tersenyum dan semakin mempercepat langkahnya.“Aku kira kamu akan datang lebih lambat dariku,” ucap Anya begitu sampai menghampiri Ayu.“Tentu saja tidak. Aku sengaja berangkat pagi saat tahu kamu hari ini masuk bekerja.”“Setelah ini apakah aku akan langsung melakukan tugasku?”“Tentu saja, biasanya setiap tugas akan diatur oleh leader yang akan mengawasi pekerjaan kita. Kamu tenang saja, pekerjaannya tidak berat.”Anya mengangguk. Mereka berdua pun masuk ke dalam perusahaan yang mulai ramai oleh karyawan yang berdatangan. Ketika Ayu menggiringnya memasuki lobi langkahnya terhenti ketika dua orang laki-laki melewati mereka berdua. Ayu membungkuk singkat pada dua laki-laki itu.Melihat itu, sejenak Anya memandangi wajah dua lelaki itu yang melangkah dengan ekspresi tegas dan datar. Hanya

  • Istri Mandulmu, Hamil Anak Bosmu   Bab 03

    Satu bulan kemudian…Anya dibuat gelisah dan semakin digantung oleh suaminya sendiri yang jarang pulang ke rumah, bahkan suaminya sudah menghentikan kiriman uang ke rekeningnya. Bagaimana bisa ia memenuhi kebutuhannya bila suaminya sendiri hilang entah ke mana.Untuk kesekian kalinya ia menelpon suaminya yang selalu tidak mengangkat. Ia menggigit ujung jarinya. “Mas, tolong angkat sebentar saja,” gumam Anya lirih.Semuanya sia-sia, beberapa kali ia menelpon, namun telponnya tidak pernah diangkat. Ia duduk di kursi dengan hati yang resah. “Aku harus bagaimana? Kenapa mas Kevin bersikap seperti ini padaku? Apa dia memang tidak ingin bersamamu lagi?”Anya menelungkupkan wajahnya di lipatan tangannya. Antara menangisi nasib dirinya dan sikap suaminya yang kejam.Bahkan uang simpanannya sudah mulai menipis, ia tidak mungkin hanya mengharapkan uang pemberian suaminya yang belum tentu akan memberikan uang bulan ini. Suaminya benar-benar berubah dan tentu setelah berhubungan dengan perempu

  • Istri Mandulmu, Hamil Anak Bosmu   Bab 02

    Alis laki-laki itu berkerut, tidak mengerti dengan keberanian perempuan di depannya. Namun, sebelum ia memulainya, bibir lembut itu tiba-tiba menyentuh bibirnya lebih dulu. Seketika darahnya berdesir, sensasi panas menjalar cepat ke seluruh tubuhnya.Ia terdiam, menahan gejolak yang mulai menguasai dirinya. Ada pergulatan di matanya antara menolak dan menjauh. Tapi pada akhirnya, godaan itu terlalu kuat. Ia menunduk, membalas kecupan itu dengan dalam, sementara Anya memejamkan mata, membiarkan pikirannya melayang membayangkan suaminya, lah, yang saat ini tengah mencumbu dan mengecupi lehernya.Kedua tangan Anya langsung membuka kancing laki-laki itu yang sibuk mencumbu dadanya. Ada rasa bahagia dalam benaknya seakan ia termakan mentah-mentah dengan halusinasinya sendiri. Ia terlalu merindukan sentuhan suaminya dan kenikmatan seperti ini.Sampai suara desahan keras tidak bisa Anya rendam ketika milik laki-laki itu menembus liangnya, besar dan sangat sesak dalam tubuhnya. Rasanya Anya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status