Share

Bab 3. Kabur

Cekrek!

Sarah membuka jendela kamarnya perlahan. Namun, betapa terkejutnya dia saat melihat seseorang telah berdiri di balik jendela itu menatap Sarah.

"Mau ke mana kamu?"

"Se-sedang apa kau disini?" tanya Sarah kebingungan.

Alih-alih menjawab, orang itu justru mendorong tubuh Sarah beberapa langkah ke belakang menjauhi jendela. "Kau tidak bisa melarikan diri. Masuklah!"

“Apa maksudmu?” Sarah pun kembali mendekati jendela dan memaksa keluar dari kamarnya.

Hanya saja, orang itu kembali menahan tubuh Sarah sekuat tenaga.

Merasa keponakan Ali itu tak bisa dicegah, ia pun berteriak meminta bantuan yang lain.

Hal ini jelas menimbulkan keributan.

Layla dan Ali bahkan bergegas menuju sumber suara dan betapa terkejutnya mereka saat melihat Sarah tengah meronta berusaha melarikan diri.

"Lepaskan aku!" teriak Sarah lagi.

"Tidak bisa. Besok adalah hari pernikahanmu," sahut Ali tiba-tiba sembari berjalan ke arahnya.

"Apa?" Sarah menatap sang ibu yang mematung tidak jauh darinya. "Ibu, bagaimana dengan aku dan Arjuna?”

Ali tak memberi waktu untuk ibu dan anak itu berkomunikasi.

Diseretnya Sarah untuk kembali kedalam rumah melalui pintu belakang agar tak membuat malu bila terlihat oleh calon menantunya.

Bugh!

Tubuh Sarah dihempaskan ke ranjang oleh sang paman.

Ali bahkan meminta orang suruhannya untuk segera memasang penghalang di luar jendela kamar Sarah.

"Malam ini kami akan menjagamu. Jangan coba-coba melarikan diri lagi!" tegasnya pada sang keponakan.

"Dengar, Sarah! Kami melakukan ini untuk kebahagiaanmu. Mungkin saat ini kamu belum sadar. Namun suatu saat kamu akan berterima kasih pada kami," tambah Ali seolah paling mengetahui apa yang terbaik untuk keponakannya.

Sarah pun menggeleng. "Tidak. Ini bukan untuk kebahagiaanku. Ini untuk keegoisan dan keserakahan kalian semua."

"Tutup mulutmu, Sarah." Layla yang biasanya hanya diam, ikut membuka suara.

Kalimat sang ibu membuat Sarah sangat terkejut. Selama ini, perempuan itu telah berusaha mengabdi untuk kebahagiaan keluarganya, terutama untuk Layla.

Namun, mengapa ibu dan keluarganya justru tega menjual dirinya?

Air mata pun luruh di pipi gadis itu.

Melihatnya, tangan Layla mengepal. Ia pun pergi meninggalkan Sarah dan meminta sang kakak untuk mengurus sang putri.

“Maafkan Ibu, Sarah,” lirihnya perih sembari berjalan menuju kamarnya, “tapi, kamu akan berterima kasih nanti karena tak perlu hidup sulit menghidupi keluarga ini terus-menerus.”

Sayangnya, mereka tak menyadari jika Adipati dan Romi berdiri menyaksikan keributan itu dari kejauhan.

Adipati bahkan mendengar dengan jelas gadis itu tidak menerima pernikahan ini.

"Apa wanita itu yang akan menikah denganku?" tanyanya cepat.

"Benar, Tuan."

"Dia terlihat lebih muda daripada gambar di foto."

"Benar sekali. Sarah masih berusia 22 tahun. Berbeda 20 tahun dengan, Anda."

Adipati terdiam. Sempat, pria itu merasa iba. Namun, teringat akan masalahnya sendiri, pewaris keluarga Dharmawangsa itu segera menepisnya.

Dia di sini hanya perlu menikahi perempuan desa itu untuk mendapatkan keturunan keluarga Dharmawangsa. Lagipula, Adipati mengeluarkan biaya cukup besar untuk itu.

“Aku tak mau tahu. Pastikan semua berjalan lancar,” perintahnya cepat pada Romi.

***

Sarah terdiam.

Sejak semalam, ia tidak bisa tidur dan merutuki takdirnya.

Tak ia pedulikan penampilannya meski tahu siang ini adalah hari pernikahannya.

"Kamu cantik sekali, anakku."

Ucapan Layla menyadarkan Sarah dari lamunannya.

Dia menangkap kehadiran sang ibu yang berdiri di belakangnya dari cermin.

Hanya saja, Sarah mengalihkan pandangan dari Layla karena begitu kecewa pada wanita itu.

"Hari ini adalah hari bahagiamu, Sarah. Ibu selalu berdoa untuk kebahagiaanmu," tambah Layla.

Sarah menahan tangis. Apakah menurut sang ibu ia akan bahagia?

Seolah menyadari perasaanya, Layla mendekati Sarah. Dengan wajah penuh penyesalan, wanita itu mendekati sang putri. "Maafkan Ibu, Sarah.”

Lagi, Sarah hanya diam.

Melihat itu, Layla merasa sedih. Dia bahkan mulai merasa bimbang.

Sungguh, ia tidak siap menerima kekecewaan dan amarah Sarah padanya.

Layla juga takut, jika Sarah akan membencinya selama sisa hidupnya.

Menghela napas dan tangan bergetar, ia pun akhirnya memutuskan sesuatu. “Maafkan Ibu, Sarah. Ibu akan meminta pamanmu untuk membatalkan pernikahan ini."

Sarah terbelalak mendengar pernyataan itu.“Bu?”

Ia begitu bahagia. Segera, ia peluk sang ibu sampai Ali tiba-tiba muncul di hadapan keduanya. "Apa-apaan kamu, Layla? Pernikahan ini tidak akan bisa dibatalkan."

Tatapannya begitu tajam, hingga membuat siapapun yang melihatnya merinding.

“Dan Sarah, paman akan membuatmu menyesal jika kamu sampai berani mengacaukan acara ini,” ancamnya.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status