Layla hanya bisa mematung saat Ali melewatinya dan menarik tangan Sarah begitu saja.
“Pengantin pria dan petugas pernikahan sudah siap dan menunggu,” tambahnya, “jangan buat malu.”Mendengar itu, dada Sarah terasa sesak.Pamannya benar-benar tidak peduli pada perasaannya, sedangkan ibunya tidak punya kekuatan dan keberanian untuk menyelamatkannya.Tidak ada sorot kebahagian sama sekali yang tampak pada wajahnya.Sarah memindai ruangan sekejap saat keluar dari kamarnya.Tampak beberapa tamu undangan yang merupakan tetangga terdekat rumahnya.Pandangan Sarah menetap pada sosok wanita seusia ibunya.Dia adalah ibunya Arjuna, kekasihnya. Rasanya, ia ingin berlari ke arah wanita itu dan menjelaskan kejadian sebenarnya.Sayang, Ali begitu kuat menahannya."Wah, cantik sekali pengantin wanitanya," celetuk pegawai kantor pernikahan untuk menghidupkan suasana bahagia."Benar, ternyata dia sangat cantik. Selama ini, kita tidak pernah melihat Sarah berdandan secantik ini," timpal salah satu tetangganya."Dia memang cantik. Sayang, dia harus bekerja keras menguli di pasar. Jadi, kalian tidak menyadarinya," sanggah tetangga lainnya.Hanya saja, pujian itu tak dipedulikan Sarah yang telah duduk di kursi bersanding dengan Adipati.Tak sekalipun, ia mau memandang wajah “suaminya itu”.Bagi Sarah, pria itu adalah sumber kehancuran hidupnya.Sementara itu, Adipati hanya mengamati Sarah tanpa mengatakan apapun. Baginya, kecantikan Sarah tidak akan mampu disandingkan dengan istri pertamanya."Baiklah kalau begitu. Kini pengantin sudah hadir. Akan saya mulai prosesi pernikahannya," ucap petugas kantor pernikahan langsung memulai.Adipati mengangguk setuju.Demikian juga para saksi pernikahan dan keluarga Sarah.Tidak sampai lima menit proses mengikat janji pernikahan telah usai. Keduanya sudah saling menyematkan cincin di jari manis mereka. Mereka juga mendapatkan surat nikah dari negara. Menandakan mereka adalah pasangan resmi dan sah sebagai suami istri.Romi sempat mengambil foto keduanya yang tidak menunjukkan raut wajah bahagia sama sekali.Meski demikian, ia tetap mengirimkan bukti itu pada Tuan besar Dharmawangsa yang sedang berada di Eropa."Romi. Aku ingin langsung kembali ke penginapan. Banyak pekerjaan menungguku," ucap Adipati mendadak.Wajah tampan pria itu memang menunjukkan wajah lelah."Baik, Tuan,” ucap Romi patuh, “Nyonya Sarah, kita akan langsung pergi ke penginapan."Sarah sontak menggeleng. "Tidak. Aku tidak perlu ikut bersama kalian. Aku akan tetap tinggal."Mendengar penolakan itu, Adipati tidak bereaksi.Pria itu hanya beranjak pergi. Namun, saat melewati Romi, ia menepuk pundak bawahannya itu sebagai isyarat untuk “mengurusnya”.Di sisi lain, Romi menghela napas panjang sebelum menemui Ali kembali.“Ada apa?” tanya paman dari Sarah itu penasaran.“Ini koper berisi uang tunai 50 juta dari Tuan Adipati.”“Lima puluh juta?” pekik Ali penuh binar, “di mana? Aku akan menyimpannya.”“Ini hanya DP. Kami akan berikan 500 juta yang dijanjikan bila Sarah sudah bermalam dengan Tuan Adipati.”Mendengar itu, Ali langsung menghampiri Sarah menarik pergelangan tangannya. Dia tidak peduli dengan para tamu yang masih berkumpul di rumahnya."Paman, aku tidak mau pergi. Lepaskan aku, Paman!" pinta Sarah, panik.Namun, Ali justru menatapnya tajam. "Kau harus ikut ke manapun suamimu pergi."Kejadian itu jelas disaksikan para tamu yang bertukar pandang bingung.Sementara itu, Layla hanya mematung–tidak bisa mengatakan apapun.Wanita itu menyaksikan Sarah masuk dalam mobil mewah milik Adipati dengan perasaan pedih. “Maaf, Nak.”***Cekrek!"Nyonya, silakan pakai semua yang sudah disiapkan. Ini semua milikmu."Setelah berkata demikian, Romi meninggalkan Sarah dalam satu kamar dengan Adipati.Keduanya tidak saling bicara.Perlahan, perempuan itu mengedarkan pandangan ke seluruh sudut kamar hotel yang sangat besar itu.Kamarnya sudah dihias sangat indah, seperti kamar pengantin yang berbahagia. Sayangnya, itu tak terjadi pada keduanya."Aku tidak mau memakainya," ucap Sarah melihat pakaian wanita, tas, sepatu, hingga aksesoris untuknya.Mendengar itu, alis Adipati naik sebelah. "Kamu tidak boleh menolak atau membuang pemberianku," timpalnya tegas.Sarah terdiam seketika.Ia begitu terkejut mendengar ucapan ‘sang suami’.Drrt!Suara ponsel milik Adipati memecah kecanggungan keduanya.Segera, pria itu mengangkat sambungan telepon yang masuk. "Halo?”"Sayang, aku sedang menunggumu. Kapan kamu akan pulang?" rengek sang istri manja. Tampak sekali, Anna tidak ikhlas jika suaminya menghabiskan malam dengan madunya."Besok aku akan pulang. Jangan menggerutu begitu. Aku akan memberimu hadiah yang bagus besok."Adipati berbincang dengan istrinya seolah tidak menghiraukan keberadaan Sarah.Perempuan itu pun terpaksa mendengar percakapan mereka yang konyol.Keduanya sangat tidak waras.Bagaimana bisa seorang istri membiarkan suaminya dibagi dengan wanita lain?Apa sebenarnya yang mereka inginkan darinya?Apa mungkin … kehidupan orang kaya memang sudah tidak waras semua?Tanpa disadari, Adipati telah menutup teleponnya.Pria itu pun membuka laptopnya untuk mengecek beberapa pekerjaan."Mandilah lebih dulu. Aku akan menyelesaikan pekerjaanku sebelum kita melakukannya." Tiba-tiba, Adipati menoleh ke arah Sarah yang duduk di atas ranjang."Me-melakukan apa?" tanya perempuan itu mengernyitkan dahi.Adipati membuang nafas kasar. "Haruskah aku mengatakannya? Tentu saja, malam pertama kita.""Tu-tunggu! Jangan macam-macam denganku. Dengarkan aku, Paman. Aku tidak akan melakukan apapun denganmu,” ucap Sarah panik, “bahkan, Anda lebih pantas menjadi Ayah atau pamanku daripada suamiku."Adipati menatap tajam perempuan muda di hadapannya yang tampak sulit diatur.Hanya saja, ia tidak ingin berdebat dengan Sarah. Jadi, Adipati memilih tidak menjawab dan kembali fokus dengan pekerjaannya."Paman, kenapa Anda tidak menjawabku? Katakanlah sesuatu,” pinta Sarah, “Apakah kita bisa untuk tidak melakukannya?"Adipati melirik Sarah sekilas, lalu kembali mengabaikan pertanyaan tak masuk akal itu.Di sisi lain, Sarah merasa kesal karena tak mendapatkan jawaban sama sekali dari Adipati.Ia pun menyadari gaun yang ia pakai begitu tak nyaman. Oleh sebab itu, Sarah mengambil sebuah dress simpel berwarna hitam yang sudah disiapkan.Sarah segera menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Di sana dia berpikir keras bagaimana cara agar bisa kabur dari pria itu. Tidak sia-sia dia berdiam d
Setelah pergumulan panas itu, Sarah langsung menepi dan menuju kamar mandi.Adipati jelas tahu bahwa perempuan itu menangis di sana. “Hah…” Pria itu menyugar rambutnya kasar. Mereka belum sampai klimaks.Sebenarnya, Adipati tidak tega melanjutkannya. Ia justru ingin segera pulang menemui istrinya. Namun, jika ia tidak bisa menjamah Sarah secepatnya, keduanya harus menghabiskan malam lebih lama.“Tidak. Aku harus segera pulang dan menemui Anna,” lirih Adipati mengabaikan perasaan iba pada istri mudanya itu.Tok tok tok!Adipati mengetuk pintu kamar mandi, meminta Sarah keluar. Dia juga berjanji tidak akan melanjutkan permainan kecuali Sarah yang memintanya.Setelah beberapa saat, Sarah yang mempercayai perkataan Adipati pun keluar dari kamar mandi. Namun, perempuan itu tidak mengatakan apapun. Sarah tampaknya benar-benar takut untuk berada di dekat pria itu. Meskipun mereka tidak melakukannya hingga klimaks, namun kesuciannya telah direnggut.Adipati mengetahui apa yang sedang pe
“Hei, kenapa kau justru menangis?" "Semua ini gara-gara kamu, Kak. Kini aku tidak pantas disebut seorang Ibu. Aku telah menjual anakku sendiri. Semua tetangga mencelaku sekarang," marah Layla."Jadi gara-gara itu kamu menangis? Sudahlah Layla, abaikan mereka. Kita tidak makan dari tetangga, bukan?""Bukan tentang mereka. Tapi ini tentang menjadi seorang Ibu. Aku gagal Kak. Aku gagal menjadi Ibu yang baik."Layla merutuki penyesalannya. Namun, Ali mengabaikannya. Bagi pria itu, yang terpenting kini adik dan keponakannya telah naik derajatnya. Tentu saja, Ali meminta sedikit bagian sebagai upah menjodohkan mereka.Sarah menutup kedua telinganya, tidak ingin mendengar perdebatan Ibu dan pamannya.Drrt!Sarah meraih sebuah ponsel baru yang sengaja ditinggalkan suaminya untuk memudahkan komunikasi. Sejujurnya, ia sempat bimbang untuk mengangkatnya. Namun, Sarah penasaran apa yang akan dikatakan suaminya itu padanya."Maaf, aku pergi tanpa berpamitan.""Anda tidak perlu melakukannya, P
"Sudahlah, Nak. Mungkin kalian memang tidak berjodoh," ujar ibu Arjuna menenangkan."Aku sangat mencintai Sarah, Bu. Tapi bagaimana bisa dia meninggalkanku begitu saja demi menikahi pria kaya itu?"Sang ibu terdiam sejenak. Ia mengetahui rahasia yang sebenarnya atas pernikahan itu. Namun ia ragu mengatakan pada putranya.Ia tak ingin putranya menimbulkan masalah dalam rumah tangga orang lain. Selain itu, mungkin saja Sarah sudah menerima takdir seperti nasehatnya saat itu. Sehingga ia mengatakan hal keji, yang membuatnya seolah menjadi pelaku utama dalam ketidakadilan kisah cinta mereka."Sarah menikah bukan karena keinginannya."Kejujuran sang ibu lolos juga. Ternyata hati kecilnya menolak untuk memendam kebenaran itu sendiri.Arjuna sontak menatap sang ibu. Kedua netra mereka saling menatap. Sang ibu mengangguk, lanjut menjelaskan."Keluarganya telah menjualnya pada pria kaya itu. Pria itu hanya menginginkan Sarah untuk melahirkan anak untuknya, karena istri pertamanya mandul. Jadi
“Glek."Sarah sebenarnya tidak terlalu terkejut saat melihat suaminya sudah berada di kamarnya. Ia telah melihat mobil mewah milik sang suami terparkir di halaman rumahnya.Hanya saja, ia tiba-tiba merasa kahwatir melihat tatapan menyelidik pria itu di kamarnya.Perlahan, Sarah masuk dan mengunci pintu kamar itu. Lalu, ia mendekat ke arah Adipati yang sedang duduk di tepi ranjang menunggunya. "Apa yang Paman lakukan dengan barang-barang itu di kamarku?""Itu semua oleh-oleh untukmu.""Paman tidak perlu membawanya. Aku tidak butuh apapun dari Paman!""Kamu tahu 'kan, aku tidak menerima penolakan? Bukalah!"Sarah mendengus kesal. Terpaksa ia membuka satu per satu tas belanja yang suaminya bawa."Lingerie?" ujarnya melongo.Sarah menatap suaminya, yang tengah sibuk menata laptop di meja riasnya. Adipati ke mana saja selalu sibuk bekerja. Sikapnya benar-benar seperti orang tua yang gila kerja."Apa dia ingin aku memakai baju yang seperti sarang nyamuk ini?" protes Sarah lirih."Tidak, ak
"Lepaskan! Aku tak mau mandi denganmu!""Jangan bicara lagi."Adipati langsung melumat bibir Sarah. Awalnya Sarah memberontak sekuat tenaga. Namun ciuman hebat dari sang suami membuatnya kalah.Milik Adipati kini semakin mengeras. Sarah dapat merasakannya.Dengan tidak sabar, Adipati membuka semua kain yang melekat di tubuh Sarah dengan kasar.Mereka melakukannya penuh dengan hasrat yang menggelora pada setiap sentuhan dan gerakan ….****"Sarah, ambilkanlah makanan untuk suamimu lebih dulu."'Bukankah dia punya tangan? Mengapa harus aku yang mengambilkannya?'"Terima kasih." ucap Adipati seraya menyodorkan piringnya untuk diisi.Sarah mengambil sesendok nasi dan beberapa lauk pauk untuk sang suami.Mereka makan malam dengan tenang, tidak ada yang berbicara, karena mereka segan jika bukan Adipati yang memulainya.Sedangkan Sarah tampak biasa saja meskipun mereka tahu, Sarah masih tidak menyukai sang suami.Sial bagi Adipati. Hasratnya yang menggelora masih tersisa, ia begitu menikmati
"Aku tidak mau, ranjangku masih bagus."Adipati mengernyitkan dahi. Apa wanita itu tidak merasa sakit setiap bangun tidur? Sedangkan dirinya selalu merasa sakit dan tidak nyenyak karena kasur yang keras.Adipati tidak menghiraukan Sarah yang menolak permintaannya.Pria itu berkeliling mencari barang yang dia inginkan. Ia terlihat sedang melihat dan mempertimbangan mana ranjanh yang akan dia ambil."Aku beli yang ini," Adipati menunjuk kasur dengan ukuran king untuk mengganti kasur keras di kamar Sarah.Adipati ingin merasa nyaman saat ia menginap dirumah Sarah. Selain itu, ia memutuskan untuk membeli sofa, lemari es, lemari pakaian dan banyak perabotan rumah lainnya."Paman, kau tidak perlu membeli semua itu.""Aku membeli dengan uangku, mengapa kau melarangku?"Sarah meneguk salivanya, memang benar perkataan pria itu. Namun, untuk apa membeli semua itu, jika dia saja tidak tinggal di rumahnya.Akhirnya Sarah membiarkan suaminya melakukan semaunya. Lagi pula ia tak dirugikan apapun."
"Dasar orang tua mesum!" Sarah mendengus kesal. Menatap Adipati dengan mata menyalang.Adipati menyeringai. "Aku tahu, kau juga menikmatinya, bukan?"Sarah memalingkan muka, tidak menjawab pertanyaan Adipati. Ia mulai kesal dengan dirinya sendiri, ia memang ikut menikmati, namun ia tentu tak sudi mengakuinya. Baginya melakukan itu hanyalah kewajibannya. Namun ia tetap mengukuhkan cinta di hatinya untuk Arjuna tercintanya."Apa kita akan melakukannya lagi di kamar mandi?"Sarah tidak menjawab. Adipati yang merasa gemas dengan wanita susah diatur itu lantas menggigit dagu Sarah, bercanda.Seketika Sarah melemparkan lirikan mautnya pada Adipati. Ia tak suka pria itu terus menggodanya.Adipati menyeringai sombong."Pakailah baju dinasmu yang sudah kubelikan. Jangan melawan perintah suamimu."Sarah lantas pergi meninggalkan Adipati. Jantungnya berdegup sangat cepat. Pria tua itu sangat membuatnya