Home / Romansa / Istri Muda Sang Presdir / Bab 1 : Direnggut Paksa

Share

Istri Muda Sang Presdir
Istri Muda Sang Presdir
Author: Adinasya Mahila

Bab 1 : Direnggut Paksa

last update Last Updated: 2022-08-15 18:11:54

“Siapa kalian? Apa yang mau kalian lakukan, Ha?”

Gadis dengan tubuh ramping dan mata cokelat itu meronta. Dia bahkan berusaha menggigit tangan salah satu pria yang menariknya masuk ke dalam mobil dan langsung membekap mulutnya. Ayudara baru saja keluar dari hotel tempatnya menginap dan hendak pergi membeli makanan, tapi tiba-tiba saja dua orang pria tak dikenal menariknya paksa.

“Diamlah Nona Arra!” titah salah satu pria itu. Setelahnya memberi kode ke temannya - yang langsung menyumpalkan kain ke dalam mulut gadis yang biasa dipanggil Ayuda itu.

Ayuda tidak bisa lagi bergerak, di dalam mobil van mewah berwarna hitam itu kaki dan tangannya diikat. Dia bahkan tidak bisa melihat dengan jelas kemana mobil itu membawanya pergi. Dua pria yang mengapitnya ini seolah tidak memberinya kesempatan untuk melihat ke luar mobil. Ayuda terus mengumpat, tapi suaranya tak terdengar jelas karena kain yang ada dimulutnya. Ia kebingungan, terlebih mereka memanggilnya Arra, meski dia bernama Ayudara tapi tidak pernah ada yang memanggilnya dengan nama Arra selama ini.

“Siapa orang-orang ini? apa mereka orang suruhan musuh papa?” gumam Ayuda di dalam hati. Dia terus saja memberontak hingga membenturkan kepalanya ke dada pria yang dia yakini sedang menculiknya ini. Namun, alhasil kepalanya sendiri yang pusing.

Ayuda menyadari bahwa mobil itu menjauh dari kota. Ia melihat clutch merah yang dia bawa saat pria-pria ini menyeretnya berada di bawah kaki. Ia berusaha mendekatkan clutch itu dengan kaki, tapi ketahuan dan langsung dilempar oleh pria  yang duduk di samping kanannya ke belakang kursi.

“Sialan! siapa kalian? Apa kalian tidak tahu siapa aku?” Ayudara mengumpat, tapi sayang yang didengar oleh para pria itu hanya seperti gumaman.

Satu jam kemudian, lagi-lagi Ayuda dipaksa turun dari dalam mobil, dia diangkat bak karung semen oleh salah satu pria itu, sesaat setelah memasuki sebuah rumah besar. Ayuda yakin tempat itu adalah rumah singgah atau villa. Pria itu menaiki anak tangga, sedangkan satu temannya membuka salah satu pintu kamar yang ada di lantai itu. Ayuda dibanting ke ranjang, sumpalan di mulutnya dilepas dan dia mulai memaki dengan kecepatan cahaya.

“Dasar brengsek, apa yang kalian lakukan? siapa kalian? Bajingan! Apa kalian pikir aku akan melepaskan kalian setelah ini?”

Ayuda melonggarkan tali yang baru saja lepas dari tangan, dia membuka cepat ikatan kakinya lalu menjambak rambut pria yang membopongnya tadi, pria yang juga melepaskan ikatan tangannya.

“Agh … agh … agh, apa Anda sudah gila? sialan! bukankah VIP bilang dia lemah dan penakut.” Pria itu berbicara pada temannya, berharap agar segera ditolong sebelum Ayuda membuat rambutnya tercabut sampai akar dan kulit kepala.

Ayuda tercengang, matanya menyipit lalu menatap nyalang. “VIP? Siapa VIP? Katakan siapa yang menyuruh kalian melakukan ini padaku!” teriaknya.

Dua pria itu hanya menatap tanpa mau menjawab, setelahnya bergegas keluar kamar dan mengunci Ayuda dari luar. Gadis itu menggedor-gedor pintu dan berteriak meminta untuk dibukakan. Namun, pria-pria tadi seolah menulikan pendengaran. Ayuda menoleh, dia memindai kamar itu lalu mendekat ke arah jendela, tapi sayangnya jendela itu ditralis besi.

“Apa yang terjadi? siapa yang berani menculikku?” Ayuda menyugar rambut frustrasi. Dia bahkan menghentakkan kaki karena kesal.

***

Ayuda masih berdiam diri di kamar, dia tidak tahu apa yang terjadi di luar sana, sesekali dia masih berusaha berteriak minta dilepaskan sambil menggedor pintu, tapi tetap saja tidak ada yang peduli. Perutnya bahkan kelaparan karena belum makan seharian ini.

“Apa ini alasan papa melarangku kembali?” gumam Ayuda. Ia hempaskan tubuhnya dan duduk di tepian ranjang sambil memijat kening, dia bahkan tak menyalakan lampu padahal hari sudah gelap. Hingga Ayuda samar mendengar suara dari luar kamar. Ia pun membeliakkan mata.

Ayuda berdiri, dia melihat seorang pria masuk. Pria itu mengunci pintu setelahnya menyalakan lampu kamar. Ayuda menunduk lalu merapatkan kelopak mata, peralihan gelap ke terang membuat matanya silau, dia sampai tidak melihat pria itu membuka botol lalu membuang tutupnya.

Pria itu mendekat, Ayuda mendengar dengan jelas derap langkah kaki. Namun, belum juga dia menoleh untuk menatap, pria itu sudah mencengkeram rahangnya dan mau tak mau Ayuda harus mendongak. Gadis itu kaget saat mendapati pria dengan wajah tegas tapi tampan menatapnya tajam. Pria itu memegang sebuah botol di tangan lalu menuangkan isi di dalamnya ke mulut Ayuda, tak hanya itu dia melepaskan cengkeraman di rahang dengan kasar, membuat Ayuda terduduk di tepian ranjang.

Ayuda reflek batuk-batuk, dia ketakutan berpikir cairan yang baru saja diberikan oleh pria itu adalah racun. Namun, dia kaget karena pria itu ikut menenggak cairan yang sama.

“Si-siapa kamu?” tanya Ayuda terbata, tubuhnya terasa lemas karena belum mendapat asupan makanan sejak siang.

Jiwa – pria itu tak berkata apa-apa, hanya nampak sibuk melepas jasnya lalu melempar ke sembarang arah. Ayuda pun menelan saliva, dia beringsut naik ke atas ranjang untuk menjauh, sedangkan Jiwa mulai melepas kancing kemeja, pria itu menunjukkan dada bidang dan lengannya yang kekar.

“Siapa kamu? Aku sama sekali tidak mengenalmu.” Ayuda memejamkan mata, dia menggigit bibir bawahnya merasakan sensasi aneh yang kini menggerayangi tubuh. “A-a-pa yang kamu berikan ke aku tadi?” tanyanya. Ayuda mulai menggesekkan pahanya dan menggeliat.

“Aku sudah membayar mahal, jadi kamu tidak bisa lari sampai kamu bisa memberi apa yang kami mau,” kata Jiwa dengan wajah memerah menahan birahi. Ia terus melucuti pakaiannya sampai tak tersisa sehelai pun yang melekat di badan.

“Mem-memberi? Ka-kami?” Ayuda terbata-bata. “A-a-apa maksudmu?” tanyanya.

Ayuda tak bisa meneruskan kalimatnya, Jiwa sudah naik ke atas ranjang bahkan membuka kemeja yang dikenakannya dengan kasar. Ayuda merasa aneh, dia tidak bisa menolak perlakuan Jiwa saat pria yang bahkan dia tidak tahu namanya itu melumat bibir. Ayuda memberontak, dia memukul dada Jiwa agar mau melepaskan, tapi entah kenapa ada dorongan yang tidak bisa Ayuda kendalikan dari dalam diri. Hingga pria itu tanpa aba-aba menarik penutup bagian bawah tubuhnya sampai ke betis.

Ayuda menjerit tertahan, dia bahkan menggigit bibir Jiwa. Pria itu menjauhkan wajah mereka lalu meremas kembali rahang Ayuda.

“Bajingan, apa yang kamu lakukan?” tanya Ayuda dengan wajah sendu, dadanya naik turun menahan rasa sakit bercampur nafsu. Cairan dalam botol yang Jiwa berikan padanya ternyata obat perangsang.

Jiwa tak menjawab, dia malah mendorong pingang  hingga Ayuda kembali tercekat. Gadis itu mencengkeram lengannya kuat-kuat.

-

-

Ayuda merintih di bawah kendali Jiwa, dia tidak lagi memberontak karena efek obat perangsang itu membuatnya juga ingin dipuaskan. Begitu juga dengan Jiwa yang terus saja menumbuk Ayuda hingga peluh nampak membasahi keningnya.

“Brengsek! Apa yang kamu lakukan, ha?” Ayuda ingin marah, tapi tubuhnya serasa ingin terus dipuaskan. Obat perangsang itu mengambil alih kesadarannya.

Jiwa tak peduli. Ia terus menekan, hingga Ayuda lagi-lagi harus meremas sprei ranjang. Jiwa baru berhenti saat ke tiga kalinya berhasil menyirami Ayuda. Pria itu berguling ke samping, sedangkan Ayuda hanya diam tak bergerak karena kehabisan tenaga, hingga kakinya yang masih tertekuk perlahan lemas dan menyentuh ranjang.

“Jangan berani-berani kabur! Aku sudah bilang, semuanya akan selesai dengan cepat jika kamu hamil. Kamu bisa pergi dan mendapat kebebasanmu lagi,” ucap jiwa.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (14)
goodnovel comment avatar
Bocil Kentang
Diculik pas Hang Out. Buat para Lanang ini plot nya kurang cerita ini, detail, saya ingin detail.
goodnovel comment avatar
Devi Pramita
kasian ayuda gk tau apa apa
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
lumayan seru utk awal cerita,tapi sayang, berhubungan bukan atas dasar saling suka
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Muda Sang Presdir   Bonchap : Ayuda Jiwa

    Pelukan, kasih sayang dan senyuman tulus kini bisa Jiwa rasakan setiap hari. Hidupnya sudah lengkap dengan kehadiran istri yang sangat dia cintai, juga putri cantik yang semakin hari semakin pintar. Jiwa berdiri sambil memegang cangkir kopi di tangan, dia memandang ke arah Nala yang sudah mulai belajar berjalan bersama bik Nini. Sementara itu, Ayuda bertelanjang kaki menemani dengan perut yang nampak membuncit. Nala, dia pasti terlihat seperti saudara kembar dengan adiknya nanti. “Nala pintarnya!” puji Ayuda, putrinya itu tertawa dan memeluk kakinya. Dia sedikit kesusahan untuk mengusap punggung sang putri karena terganjal perutnya yang sudah besar. Dengan bantuan bik Nini, Ayuda akhirnya bisa menggendong Nala. Namun, tak diduga Jiwa langsung berlari dan meminta Ayuda untuk tidak melakukan itu. “Sayang, kasihan adik Nala nanti,”ucap Jiwa. Bik Nini yang melihat tuannya sangat posesif pun tersenyum. Ia bahkan dibuat malu sendiri dengan tingkah Jiwa yang over protective. “Dari pada

  • Istri Muda Sang Presdir   Bonchap : Aldi Dira

    Aura pengantin baru terpancar jelas dari wajah Dira. Kembaran Ayuda itu nampak sedang duduk bersama mertua dan saudara-saudara Aldi di teras sambil bercanda. Ibunda Aldi menceritakan bagaimana masa kecil pria itu, sampai aibnya yang masih suka minum susu menggunakan dot meski sudah kelas 5 SD.“Besok kalau kamu hamil banyak-banyak sugesti calon bayimu, jangan sampai kayak bapaknya.”Dira tertawa, dia tak sadar Aldi sedang memandanginya. Pria yang sudah resmi mempersuntingnya itu sibuk membantu merapikan kursi yang dipinjam dari RT untuk acara pengajian.“Lha … gimana nggak kayak bapaknya, Bu? Kalau aku hamil ‘kan memang anak mas Aldi, kalau nggak mirip nanti bisa-bisa malah menimbulkan fitnah,”kata Dira.“Maksudnya sifatnya yang jelek-jelek itu lho, Ra!”“Mas Aldi nggak punya sifat jelek, Bu. Mas Aldi itu sempurna buatku.”Aldi yang mendengar pujian sang istri seketika malu. Pipinya bahkan merona merah sedangkan Dira terlihat sangat santai meski orang-orang bersorak menggoda.“Ya begi

  • Istri Muda Sang Presdir   Bonchap : Raga Sienna

    Pernikahan adalah impian setiap wanita, apalagi menikah dengan pria yang sangat dicintai. Begitu juga dengan Sienna, dia tidak pernah menyangka hatinya akan tertambat pada pria casanova seperti Raga. Meski tahu bagaimana sepak terjang pria itu, tapi Sienna yakin, suaminya itu kini sudah berubah. Ibarat panci bertemu tutupnya, mereka saling melengkapi. Membangun pernikahan yang sebenarnya mereka sendiri masih belum begitu yakin.Namun, Raga dan Sienna yakin mimpi-mimpi dan rencana akan mereka temukan seiring berjalannya waktu. Seperti saat ini. Mereka harus menunda bulan madu karena Sienna harus menghadapi ujian semester."Boleh aku bicara serius?" tanya Raga saat mereka berada di dalam salah satu kamar villa milik Ramahadi.Raga teringat akan Ayuda yang mual-mual tadi, setelah ditanya kakak iparnya itu menjawab dia memang belum datang bulan sejak melahirkan Nala. Kata Linda, kemungkinan besar Ayuda pasti hamil lagi."Bicara serius? Apa?"Sienna yang memakai paha Raga sebagai bantalan

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 223 : Adik Nala (TAMAT)

    Tiga bulan kemudianHari yang membahagiakan untuk semua orang akhirnya tiba. Ramahadi mengajak seluruh keluarganya pergi ke villanya yang dulu digunakan Ayuda untuk bersembunyi.Raga baru seminggu menikah dengan Sienna. Bulan madu mereka pun tertunda karena Sienna harus menghadapi ujian semester minggu ini. Raga tidak mau kalau sampai kuliah istrinya itu terganggu hanya karena bulan madu - yang sejatinya sudah sering mereka lakukan sebelum menikah.Affandi juga hadir, dia menerima undangan dari Ramahadi dengan penuh suka cita. Awalnya Affandi ingin mengajak Dira ke sana, tapi putrinya itu lebih dulu menerima ajakan dari sang mertua untuk berkumpul di rumah keluarga besar Aldi.Ayuda nampak memangku Nala, dia menyusui putrinya sambil menatap keluar jendela di mana papanya tengah sibuk mengobrol dengan sang mertua. Ayuda menepuk pantat Nala lembut, dia menoleh kaget kala Jiwa keluar dengan membawa buku - yang dulu selalu menjadi teman saat dirinya merasa kesepian tinggal sendiri di sana

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 222 : Sayang!

    Di saat putra putri mereka sedang berdua dan kembali meleburkan asa, Affandi dan Ramahadi duduk bersama. Ramahadi tak menyangka pria yang seumur hidup terus menganggapnya musuh kini mengajaknya bicara. Affandi bahkan mengeluarkan satu kata yang dia rasa mustahil untuk didengar. “Maaf!” Ramahadi tentu tak bisa percaya begitu saja, setelah hampir berpuluh-puluh tahun menganggapnya musuh, kini Affandi mengucap kata maaf dan terdengar begitu sangat tulus. “Aku tahu perbuatanku salah, dan selama ini aku terlalu malu untuk mengakuinya. Mungkin, pertemuan Ayuda dan Jiwa adalah takdir yang memang sudah ditetapkan, hingga akhirnya aku bisa sadar,”ungkap Affandi panjang lebar. Hening, Ramahadi tak langsung membalas permintaan maaf Affandi. Ia mencoba mencerna dulu, menimbang apakah pria itu tulus atau hanya sekadar meminta maaf agar dirinya tak lagi menaruh prasangka. “Aku sudah lelah bekerja, aku ingin menyerahkan perusahaan ke anak-anakku, dan aku ingin hidup tenang bermain bersama cucu,”

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 221 : Penuh Kasih

    Terkesan nakal, tapi begitulah naluri manusia dewasa. Mereka memiliki birahi yang butuh disalurkan. Ayuda tahu perbuatannya membuat Jiwa semakin ingin menerkamnya. Namun, bukankah itu yang mereka inginkan? Ayuda memindai manik mata Jiwa, di sana terlihat penuh cinta, berbeda dengan tatapan mata pria itu saat pertama kali menyentuhnya. Tak ada perasaan hangat seperti ini, Jiwa bahkan mencekoki dirinya obat perangsang agar nafsunya tersalurkan tanpa perlu ikatan seperti saat ini. Jiwa membelai pipi Ayuda, mencium setiap bagian wajahnya seolah setiap incinya tak ingin terlewatkan untuk dia cicipi. Pria itu menghentikan sapuan bibir di hidung bangir sang istri, sorot matanya seolah meminta izin. “Bisakah aku bisa melakukannya jauh lebih dari ini.” Ayuda tersenyum tipis, tangannya menarik tengkuk Jiwa hingga bibir mereka kembali bertaut. Mereka sama-sama memejamkan mata, menyelami setiap perasaan cinta yang membara. Perlahan tangan Ayuda melonggar dan beralih membuka kancing kemeja Jiw

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status