Beranda / Mafia / Istri Pengganti Sang Mafia / 03. Tapi Aku Tidak Suka

Share

03. Tapi Aku Tidak Suka

Penulis: Dedew Eirysta
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-12 22:39:43

Hari pernikahan itu akhirnya tiba. Di luar, dunia menyaksikannya sebagai sebuah perayaan mewah dua keluarga terpandang. Tetapi bagi Qey, ini adalah hari pemakaman dari kehidupan lamanya. Dia berdiri di balik tirai sutra putih kamar pengantin, tubuhnya dibalut gaun pernikahan rancangan eksklusif dari Milan, namun hati dan pikirannya terasa terkubur dalam peti yang tak bernafas.

Dari luar jendela, dia bisa mendengar suara musik klasik mengalun dan tawa tamu-tamu terhormat. Rafael memang tahu caranya mengatur pertunjukan. Pernikahan itu dijaga ketat, disiarkan diam-diam ke media, dan diperlihatkan sebagai simbol persatuan dua dinasti besar. Tidak ada yang tahu bahwa sang pengantin perempuan berdiri di sana karena terpaksa.

Pintu kamar terbuka. seseorang mengetuk pintu lalu Qey mempersilakannya untuk masuk. Dean muncul sambil tersenyum mendekatinya.

“Apakah Kakak tidak bisa membantuku untuk kabur?” pinta Qey dengan penuh harapan.

Gelengan diberikan oleh Dean sambil mengelus kepala adiknya dengan lembut. “Maaf, kali ini kakak tidak bisa membantumu seperti saat menyembunyikanmu dari Rafael. Terima saja pernikahan ini.”

“Aku … takut.”

“Tidak ada yang perlu kamu takutkan,” balas Dean masih tersenyum untuk menenangkan adiknya. “Rafael tidak akan menyakitimu. Dia masih Rafael yang sama seperti yang kamu kenal dulu.”

Kali ini Qey yang menggelengkan kepalanya. Kakaknya salah, Rafael yang dia kenal sudah tidak ada sejak meninggalkannya tanpa berpamitan. Memang waktu Qey masih kecil, tetapi dia ingat jelas kenangan masa kecilnya bersama Rafael.

“Kakak keluar dulu,” seru Dean mengusap lembut pipi adiknya.

Selepas kepergian Dean, pintu kembali terbuka. Rafael muncul langsung mendekati Qey yang menunjukkan wajah masamnya.

"Kamu terlihat luar biasa," puji Rafael memperhatikan penampilan calon istrinya.

Qey menatap sinis lelaki itu. "Kamu pasti bangga dengan kerja tim desainer-mu."

Rafael tersenyum kecil. "Tentu saja, tapi aku bangga karena kamu tetap di sini."

"Seandainya aku punya pilihan,” ucap Qey sambil mendesah pasrah.

"Sayangnya tidak ada!" Rafael makin mendekat kemudian menyelipkan sehelai rambut yang terlepas dari sanggul Qey ke balik telinga. "Setelah hari ini, kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Aku harap kamu siap untuk masa depan kita."

Qey menggigit bibir. "Aku tidak pernah siap."

“Kita jalani saja.”

Qey tidak tahu lagi bagaimana cara untuk menjalani rumah tangga bersama Rafael yang tidak pernah dia cintai. Bahkan dia tidak pernah membayangkan kalau akan menikah dengan lelaki itu.

Pernikahan pun dilangsungkan di ballroom mewah hotel milik keluarga De Luca. Di hadapan puluhan tamu penting dari dunia bisnis dan politik, Qey melangkah menuju altar sambil dituntun oleh kakaknya yang menatap Rafael dengan pandangan tajam. Kakaknya tahu ada sesuatu yang tidak beres, tapi tidak punya cukup bukti untuk menentang pernikahan ini.

Upacara berlangsung cepat. Kata-kata janji suci terasa seperti duri yang menembus dada. Rafael mengucapkannya dengan nada rendah dan tenang, sementara Qey nyaris tak mendengar suara sendiri ketika mengulang janji pernikahan itu.

Cincin disematkan.

“Selamat datang di dunia barumu, Istriku,” ucap Rafael memberikan ciuman di bibir Qey.

Dengan itu, Qey resmi menjadi Nyonya De Luca. Tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya, Qey hanya perlu menjalani hukuman yang sepertinya akan seumur hidup diberikan oleh Rafael untuknya.

Hingga waktu berlalu dan berganti. Malam ini adalah malam pertama bagi Qey dan Rafael, namun tidak seperti malam pertama yang dibayangkan banyak orang. Rafael hanya duduk di kursi, melepas jas, dasi, dan sepatunya, lalu menatap Qey yang masih berdiri canggung di sisi ranjang.

"Kamu takut padaku?" tanyanya datar.

"Kamu ingin aku jawab jujur?" balas Qey dengan tatapan kesal.

"Selalu."

"Ya!” jawab Qey sesuai dengan isi hatinya. “Ka-kamu menakutkan, tapi yang lebih kutakuti adalah kehilangan semua orang yang kucintai karena aku tidak mematuhi perintahmu."

Rafael menatapnya lama, lalu bangkit dan berjalan ke arahnya. Lelaki itu tidak menyentuhnya, hanya berdiri cukup dekat hingga Qey bisa mencium aroma aftershave-nya.

"Kamu akan belajar hidup denganku, Qey. Dan suatu hari mungkin kamu akan menyadari bahwa berada di sisiku tidak seburuk yang kamu kira,” serunya sampai membuat Qey terduduk di sisi ranjang.

"Dan jika hari itu tak pernah datang?" tantang Qey berani menatap mata Rafael.

"Maka aku akan memastikan kamu tidak pernah bisa pergi."

Rafael mengukung tubuh Qey yang masih mengenakan pakaian pengantinnya. Dia memperhatikan bibir Qey yang begitu menggoda dan rasanya masih bisa dia ingat saat menciumnya pertama kali.

Cup

Sekali dia mengecupnya dengan pelan dan dia ingin kembali merasakannya hingga melumat bibir perempuan di bawahnya. Tangan Rafael memegang bahu Qey yang memejamkan matanya.

“Sial!” umpatnya sadar atas perbuatannya.

Rafael berdiri, kemudian meninggalkan Qey yang sudah membuka mata seraya memegangi bibinya yang basar.

“Owh, my first kiss.” Qey membalikkan tubuhnya hingga terkurap.

*****

Beberapa minggu berlalu. Rafael mulai menunjukkan sisi dirinya yang lain—bukan sebagai penguasa yang ditakuti, tetapi sebagai pria yang sangat protektif, hampir posesif. Lelaki itu selalu memastikan Qey aman, memberinya segala yang dibutuhkan, tetapi tidak pernah memberinya kebebasan. Qey merasa seperti burung dalam sangkar emas.

Namun, dalam diam, Qey mulai menyusun rencana. Dia memanfaatkan waktu-waktu luangnya untuk berbicara dengan pelayan, membangun jaringan kepercayaan, dan diam-diam mencatat siapa saja di dalam mansion yang bisa dibujuk atau didekati.

"Kamu ingin kabur lagi?" tanya Rafael saat baru pulang kerja dan melihat istrinya duduk di ranjang sambil membaca buku.

Qey terkejut lalu bersikap biasa dengan bersikap masih membaca novelnya. “Ehem, tidak!”

"Kamu terlalu tenang, terlalu sopan. Itu artinya kamu menyembunyikan sesuatu.” Rafael menatap Qey dengan mata menyipit curiga. “Atau kamu sedang merencanakan sesuatu, iya ‘kan?”

Qey menatapnya dengan penuh tantangan. "Apa gunanya kabur kalau kamu selalu bisa menemukanku?!"

Rafael tersenyum miring. "Itu jawaban paling jujur darimu sejauh ini. Setelah ini bersiaplah.”

“Ke mana?”

“Tidak perlu bertanya! Gunakan gaun hitammu dan penatarias akan-- .”

“Aku bisa merias wajahku sendiri!” seru Qey malas kalau menggunakan jasa perias.

Rafael terlihat tidak yakin, selalu saja dia merasa curiga kalau Qey bersikap baik.

Tahu arti tatapan lelaki itu, Qey berkata, “Aku akan merias wajahku dengan baik dan cantik, tidak mungkin aku mempermalukanmu.”

Walau dalam hati ingin sekali Qey membuat Rafael kesal, namun dia harus mencari moment yang tepat. Kalau lelaki itu sudah memerintahkan untuk mengenakan gaun dan merias wajah, berarti acara yang akan mereka datangi cukup penting. Kemungkinan besar kakak atau ayahnya pun akan datang ke sana. Tidak mungkin kalau dia mempermalukan keluarganya sendiri.

“Baiklah, kali ini aku percaya,” ucap Rafael melepaskan jas lalu kemejanya.

Melihat tubuh atas Rafael yang terbuka, Qey mengalihkan pandangannya. Selalu saja Rafael melakukannya, padahal Qey sudah sering protes agar tidak sembarangan melepaskan pakaian.

“Kamu harus membiasakannya, Qey. Apalagi saat bulan madu kita,” kata Rafael berlalu masuk ke kamar mandi.

Tidak mau terpengaruh dengan ucapan lelaki itu soal bulan madu yang tidak diketahui kapan pastinya, Qey mencari pakaian yang akan dia kenakan. Dress hitam yang sederhana dan terbuka bagian belakangnya. Dia segera mengganti pakaian dan mulai merias wajah di depan cermin. Walaupun Qey malas mengenakan skincare seperti banyak perempuan lainnya, dia bisa merias wajah hanya untuk acara-acara tertentu saja.

Ceklek!!

Pintu kamar mandi terbuka, Qey yang sudah tahu kebiasaan Rafael tidak menoleh dan focus pada make up yang sedang dia aplikasikan di wajahnya. Dari sudut matanya, dia bisa melihat Rafael yang masih mengenakan handuk di pinggulnya menatap dengan intens.

Tanpa menoleh pada leleki itu, Qey berkata, “Kenapa kamu tidak siap-siapa?”

“Berdiri!” seru Rafael bukannya menjawab pertanyaan istrinya.

Qey berdiri seraya menghadap Rafael yang melipat kedua tangannya di depan dada. Mata Qey begitu nakal melihat tubuh atletis Rafael yang seperti akan membuatnya mimisan. Dia memejamkan mata sambil menggeleng pelan.

“Kenapa? Ada yang-- .”

“Ganti pakaianmu!”

Qey memperhatikan penampilannya kemudian melihat pada Rafael. “Tidak mau! Aku suka dengan dress ini.”

“Tapi aku tidak suka!” balas Rafael dengan ketus. “Baju pinggang bolong tidak jelas seperti itu, jelek sekali!”

“Ini ada di lemari pakaian yang kamu siapkan!”

Rafael mengumpat pelan, siapapun yang sudah membeli pakain itu akan dia beri peringatan. “Sudahlah, cepat ganti atau … .”

“Atau apa?!” tantang Qey yang malas untuk ganti pakaian.

Lelaki itu semakin mendekat pada Qey yang mau mundur tetapi malah kembali duduk di kursi meja rias.

“Kita tidak usah pergi!” ucap Rafael membungkukkan tubuh agar wajahnya sejajar dengan wajah Qey. “Apalagi -- .”

Sreeeeekkkk!!

Rafael dengan cepat merobek bagian depan pakaian Qey.

“RAFAEEELL!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Pengganti Sang Mafia   10

    Suasana di ruang makan itu langsung memanas. Suara sendok yang beradu dengan piring pun terdengar begitu nyaring di tengah keheningan yang menekan. Qey menunduk, dadanya bergemuruh. Kata-kata "hanya pengganti" itu seperti belati yang menusuk langsung ke ulu hatinya. Dia sudah tahu keluarga Rafael tidak sepenuhnya menerimanya, tetpi mendengar sindiran seterang itu di hadapan semua orang membuat wajahnya terasa panas, nyaris terbakar malu dan kesal sekaligu. Rafael yang duduk di samping Qey langsung mengangkat kepala, rahangnya mengeras. Tangannya yang tadi menggenggam lembut tangan Qey kini berubah menjadi cengkeraman protektif. Matanya yang tajam menatap lurus pada pamannya, penuh amarah yang ditahan dengan susah payah.“Ucapkan itu sekali lagi,” suara Rafael serak, dalam, namun jelas terdengar ancamannya.Pamannya tertawa kecil, nada meremehkan yang membuat suasana makin menegang. “Aku hanya bicara kenyataan, Rafael. Semua orang di sini tahu siapa yang seharusnya duduk di kursi itu

  • Istri Pengganti Sang Mafia   9

    Udara di dalam mobil terasa pekat, seolah semua oksigen tertarik ke satu titik di antara Qey dan Rafael. Lampu jalan melintas seperti sapuan kuas yang mencoret-coret malam. Qey menghela napas, mencoba merangkai kembali kepingan-kepingan peristiwa yang baru saja memecah hidupnya menjadi serpihan tajam. Bisa dia rasakan tangan Rafael yang besar ada di punggungnya, menekan lembut, seolah ingin menenangkannya. “Aku tidak mau menghancurkan mereka,” Qey berbisik, suaranya parau. Matanya menatap kaca jendela, memantulkan siluet wajahnya sendiri yang kini tidak lagi utuh. "Tidak heran mereka berpikiran seperti itu, orang lain pun pasti akan berpikir kalau aku sengaja bantu Gianna pergi dan menggantikan posisinya." Rafael berdecak lalu bibirnya mengerut. Tangan kirinya meremas setir, jari-jari tersembunyi di balik kulitnya yang tebal. Ada sesuatu di mata pria itu yang membuat Qey menoleh, bukan hanya kemarahan, melainkan sesuatu yang sulit Qey terka. “Nyatanya kamu gak pernah berniat se

  • Istri Pengganti Sang Mafia   8. Ancaman Rafael

    Suara tamparan itu menggema di aula besar rumah keluarga Lissandro. Qey terhuyung ke samping, pipinya memerah seketika. Udara seakan membeku. Semua yang ada di rumah itu membelalak tidak percaya dengan apa yang baru saja dilakukan istri dari Tuan Lissandro, ibu Gianna, kepada tamunya sendiri yaitu kepada Nyonya De Luca. Rafael sontak meraih bahu istrinya, menahan tubuh Qey agar tidak jatuh. Mata dinginnya menatap tajam ke arah wanita paruh baya yang berdiri dengan dada berdegup penuh emosi. Aura keangkuhan dan kebencian terpancar jelas. “Berani-beraninya kamu masuk ke rumah ini setelah merebut segalanya dari putriku!” suara ibu Gianna bergetar, antara marah, benci, sekaligus getir. Qey menatapnya dengan mata membelalak, terkejut, juga sakit hati. “Aunty, a-aku tidak merebut apa pun,” suaranya pelan, nyaris tercekat. Tangannya refleks menyentuh pipi yang terasa panas akibat tamparan itu. “Kamu pikir aku buta?” teriak ibu Gianna, menunjuk Qey dengan telunjuk gemetar. “Kamu sengaja m

  • Istri Pengganti Sang Mafia   07. Orang Tua Gianna

    Ancaman berikutnya datang dalam bentuk yang jauh lebih jelas, beberapa menit setelah Qey dan Rafael keluar dari ruangan sebuah peluru tajam menembus jendela ruang kerja itu. Para pengawal panic dan alarm dibunyikan. Seluruh rumah dikunci secara otomatis. Qey yang syok refleks menjerit, lalu langsung dibawa ke ruangan bawah tanah oleh Rafael. “Ini bukan sekadar ancaman. Ini adalah deklarasi perang,” ucap Rafael kepada salah satu pengawalnya. Dia memanggil Kenji lewat sambungan terenkripsi. Elara juga ikut dalam pembicaraan, menyarankan Rafael untuk memindahkan Qey sementara ke tempat lebih aman. Atau mungkin ke rumah mereka di Jepang, namun Rafael menolak. “Jika mereka ingin menyerangnya, mereka harus melewati aku terlebih dahulu.” Dilihatnya Qey yang masih syok, tetapi tidak menangis. Hanya diam sambil menghembuskan napas dengan pelan. “Semua akan baik-baik saja,” ucap Rafael menenangkan Qey. Perempuan itu menoleh dengan wajah datar. “Bohong! Tidak ada yang baik-baik saja

  • Istri Pengganti Sang Mafia   06. Tidak Akan Pernah Normal

    Rafael menatap kosong ke cangkirnya. "Awalnya dendam, tapi sekarang aku ingin menjaganya. Dia satu-satunya yang membuat hidupku lebih berwarna."Bukan hanya setelah menikah, Qey memang membuat hidup Rafael lebih berwarna sejak menengenal Qey kecil yang menggemaskan. Dia yang merupakan anak tunggal selalu dituntut untuk melakukan yang keluarganya inginkan. Hingga akhirnya pindah sekolah dan berteman dengan Dean. Keluarga Dean tidak sekaya keluarganya, namun mereka begitu harmonis dan tidak menuntut banyak hal pada anak-anaknya. Lalu Rafael mengenal Qey yang terus melihat ke arahnya sampai memberikannya sebuah permen sambil tersenyum. Sejak saat itu Rafael selalu datang ke rumah Dean membawa cemilan untuk Qey dan selalu membela anak itu jika bertengkar dengan Dean. Dan seketika semuanya berubah saat Rafael harus pergi.Kenji menyipitkan mata. "Jangan sampai kamu jadikan dia kelemahan. Dunia kita tidak punya tempat untuk kelembutan, De Luca.”"Aku mengerti.”Kenji tertawa singkat. "Kamu

  • Istri Pengganti Sang Mafia   05. Dia Belum Menyerah

    Tokyo menyambut Qey dan Rafael dengan kemegahan yang berbeda dari Kyoto. Di sini, gedung pencakar langit berdiri angkuh, lampu-lampu kota menyala bahkan di siang hari, dan keheningan pegunungan berganti dengan hiruk-pikuk metropolitan. Rafael menggandeng tangan Qey erat ketika mereka keluar dari bandara Haneda.Limusin hitam sudah menanti. Sopir membukakan pintu dan Rafael mengajak Qey masuk tanpa sepatah kata pun. Di dalam mobil, Qey memperhatikan wajah Rafael yang kembali tegang. Dia tahu, pertemuan hari ini bukanlah sekadar silaturahmi biasa."Kenji Hayama dia benar-benar membantu mencariku waktu itu?" tanya Qey pelan.Rafael menoleh. "Tanpa dia, kamu mungkin masih tersembunyi di sudut kota dengan identitas palsu. Dia menemukanmu lebih cepat daripada timku. Dia juga memjagamu dari hal-hal yang mungkin terjadi, dan … .” Tatapannya begitu intens. “Aku membayar mahal untuk semua itu!”“Cih, bukan aku yang menyuruhmu untuk mencariku!” balas Qey dengan nada mencibir. “Memangnya apa yang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status