Share

Bab. 03

Author: Naura Shafa
last update Last Updated: 2025-04-26 13:42:14

“Apa yang Bastian katakan benar adanya?” tanya kakek Baskoro kepada Nadya yang saat ini tengah duduk diam menundukan wajah.

Perlahan Nadya menelan saliva susah payah dia menoleh ke arah Bastian, pria itu memberi isyarat untuk mengatakan kata Ya kepada sang kakek.

“Emm.. ya, saya tengah datang bulan.” Jawab singkat Nadya merasa takut.

Baskoro menghela napas panjang dia merasa kecewa dan segera pergi meninggalkan ruang makan. Baskoro menoleh ke arah Nadya dan segera beranjak dari tempat duduknya lalu menarik pergelangan tangan Nadya.

Mereka kini berada di dalam kamar pria itu masih tetap diam mencekal tangannya lalu mendorong tubuh Nadya sampai menempel di dinding tembok. Kedua wajah mereka beradu pandang Bastian menatap dalam namun dingin.

“Tuan, apa yang kamu lakukan? Kumohon lepaskan saya.” Nadya memberontak lalu mengalihkan pandangannya.

“Surat perjanjian! Kau harus menyetujui perjanjian pernikahan kita.” Bastian mulai melonggarkan tubuhnya lalu menjauh. Nadya merasa lega akhirnya pria itu menjauh juga dari hadapannya.

“Perjanjian?” Tanya Nadya penuh tanya.

“Ya, kita akan berpisah setelah kakek meninggal, saya muak dengan semua sandiwara ini.” Jawab Bastian.

"Sa---saya menyetujui permintaanmu, Tuan,” balas Nadya menunduk kembali.

“Kau tidak boleh mengusikku, selama kita menikah kau harus menuruti apa yang saya inginkan, termasuk mengulur waktu honeymoon. Kau mengerti? kalau sampai kamu tidak menuruti apa yang saya inginkan kau tahu akibatnya.” Ancam Bastian.

Nadya mengangguk tanda mengerti dia tidak bisa melawan atau pun mengeluarkan suara, hari ini hampir saja kakek curiga padanya.

Beberapa hari kemudian kakek Baskoro pamit pulang bersama Serly. Mereka akan meninggalkan Bastian dan juga Nadya di rumah besar milik putranya itu.

“Akhirnya kakek telah pergi, bawa pakaianmu dari kamarku dan tidur di kamar bawah, semua pembantu di rumah ini sudah saya pecat. Semua pekerjaan kau yang mengurusnya.” Bastian menatap. Nadya tercekat dia langsung menoleh tidak percaya, dirinya sekarang tidak bisa berbuat apa-apa.

“Di pecat?? Kenapa di pecat Tuan?” Tanya Nadya penuh.

“Apa kau tidak mengerti, kita memang menikah tapi kita bukan suami istri yang saling mencintai. Sekarang sikap baikku tidak perlu saya tunjukkan kepadamu lagi karena kakek dan mamah sudah pulang.”

Nadya merasa sangat sedih tangannya bergetar jantungnya berdegup lebih cepat, dia tidak bisa membayangkan akan mengerjakan pekerjaan rumah sebesar ini. Bagaimana bisa selama di rumah miliknya Nadya tidak pernah bekerja terlalu berat, bahkan dia belum pernah memasak. Wajah wanita itu memucat seketika tubuhnya merasa lemas.

“Pergilah,” titah Bastian kembali.

Pria itu tidak segan-segan menutup keras pintu kamar, Nadya membawa koper miliknya menuruni anak tangga yang cukup tinggi. Dengan susah payah Nadya menggusur koper yang berat.

Hari demi hari Nadya jalani di rumah besar Bastian pria itu selalu bersikap dingin dan kasar, dia tidak pernah mau mencicipi masakan buatannya. Akhirnya Nadya menyerah dia tidak akan memasak lagi karena semua perjuangannya sia-sia.

“Apa yang kamu lakukan di sini?” Tanya Bastian dingin dengan suara dalam Nadya menoleh lalu menunduk.

“Tuan, saya tengah membersihkan guci ini, maaf saya tidak bisa melakukan banyak pekerjaan.” Jawab Nadya dengan lembut sambil mengusap guci yang ada di hadapannya. Nadya perlahan mengusap Guci yang terlihat indah dengan garis yang melingkar. Tangan cantiknya itu terus mengusap-usap dengan lap di tangannya. Tidak sengaja Nadya menyenggol Guci yang tengah dia bersihkan.

Prang…!

Nadya tidak sengaja memecahkan guci kesayangan Bastian, keduanya tampak kaget begitu pun Nadya. Kedua mata melotot tangan bergetar jantung berdegup kencang seakan berhenti dari tubuhnya. Kedua tangan menutup mulut tutup, menatap penuh pada guci yang berserakan di bawah lantai. Matanya melotot wajah memucat.

“KAMU!” Pria itu berteriak melihat kejadian tidak terduga di depan mata kepalanya sendiri.

“Apa yang kamu lakukan pada Guci milikku?” Tanya Bastian berteriak, sorot mata tajam menatap ke arahnya.

Tidak segan-segan pria itu menarik pergelangan tangan Nadya lalu menghempaskannya ke bawah lantai.

Bugh!

Tubuh wanita itu jatuh dan meringis kesakitan, Nadya menangis dia tidak kuasa menahan rasa sakit yang di deritanya.

“Kau memecahkan Guci kesayangan apa kau tahu? Guci ini pemberian mendiang papa!” Bastian emosi dia tidak kuasa menahan rasa marah. Hatinya sangat hancur kala melihat serpihan guci yang berantakan di bawah lantai.

“Maafkan aku, Tuan tolong maafkan aku!” Nadya memohon dia bersujud di bawah kaki Bastian sambil terisak tangis.

Akibat kecerobohannya Nadya menghancurkan hadiah spesial milik Bastian.

“Apa yang harus aku lakukan untuk menebus semua kesalahanku?” Nadya kembali menangis.

Bastian mengepal kedua tangan, rahangnya mengeras sorot mata tajam, dia tidak segan-segan menampar wajah Nadya.

Plaak!

“Kamu menghancurkan kenangan dalam hidupku, setelah kau datang dalam hidupku, semuanya berubah kesialan selalu datang. Mulai dari kau menggantikan Jeni, sekarang kau menghancurkan Guci pemberian mendiang papa. Saya tidak akan mengampunimu, pergilah jangan pernah menampakan wajahmu lagi, mulai sekarang kau tidur di rumah sebelah yang ada di sekitar rumah ini. Kau tidur di sana dan jangan pernah datang ke sini lagi. Kau akan saya hukum selama dua hari ini saya tidak akan memberikanmu makanan.” Bastian menekan dengan suara bergetar dia segera pergi meninggalkan Nadya yang tengah menangis.

“Ini memang kesalahanku,” Nadya merintih dia menangis. Terlihat pipi manisnya memerah akibat tamparan yang diberikan Bastian padanya.

Akhirnya Nadya segera membawa semua pakaian miliknya keluar rumah membawa perasaan yang berkecambuk.

“Siapa yang akan menolongku? dia sangat membenciku.”

Malam telah tiba.

Hujan turun sangat deras, Nadya kedinginan tidak ada selimut atau pun tempat tidur di rumah kecil itu, hanya beralaskan kardus bekas. Nadya memeluk tubuhnya dia sangat ketakutan dengan suara petir yang terus bergema di daun telinganya. Wajah manis Nadya mulai memucat, tubuh wanita itu bergetar hebat. Napasnya memburu, batuk tiada henti karena memang di dana banyak sekali debu. Dadanya sangat sakit Nadya berusaha bangkit dari tempat tidur ia sangat kehausan tenggorokannya kering. Nadya mencoba bangkit dari tempat duduknya ia segera melangkah maju, akan tetapi pandangannya mulai gelap kepalanya pusing dan seketika tubuhnya ambruk jatuh ke bawah lantai.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Pengganti   TAMAT

    Satu bulan kemudian. Nadya meringis merasakan sakit yang amat di bagian perut buncitnya, mungkin sudah saatnya dia melahirkan. Dirinya membangunkan Bastian yang baru saja tertidur karena sejak siang tadi dia menemani Serly berobat ke rumah sakit. Hingga sekarang Bastian baru tertidur pulas, Nadya membangunkan suaminya untuk meminta bantuan karena perutnya sudah merasakan kontraksi yang luar biasa. “Sayang, perutku sakit tolong bawa aku ke rumah sakit.” Rintih Nadya. Ia terkejut karena cairan bening mulai merembes ke seluruh pakaian yang dia kenakan, Bastian dengan sigap langsung membuka kedua mata lalu melihat kondisi istrinya. Di sana Nadya tengah mengelus-elus perutnya sambil menangis karena kontraksi yang dia alami sangat luar biasa. “Kamu mau melahirkan?” Tanya Bastian. “Sepertinya sayang, karena memang sudsh waktunya aku melahirkan.” Ucap Nadya dengan suara terengah menahan rasa sakit. Tanpa menunggu w

  • Istri Pengganti   Bab. 205

    Laura malah cemberut dia tetap ingin duduk di kursi yang Nadya duduki membuat Arga jengkel dan kesal. Walau bagaimana pun Laura harus dia ajarkan tatakrama karena ia akan meninggalkannya cukup lama, Arga tidak mau Laura tidak tahu sopan santun apalagi kepada keluarga Nadya. “Laura pengen duduk di sana.” Rengek Laura menunjuk ke arah kursi yang Nadya duduki.Bi Ayu yang melihat dari arah dapur merasa jengkel atas sikap yang Laura perlihatkan, ia merasa anak itu sangat menyebalkan.“Sayang, kamu tidak boleh merebut hak orang lain apalagi kursi itu sudah tante Nadya duduki.” Arga menatap tajam ke arah Laura. “Sudah-sudah, hanya kursi, Laura kalau kamu pengen duduk di sini boleh sayang biar tante duduk di tempat lain.” Ucap Nadya merayu. “Pergilah.” Titah Laura membuat Arga terkejut atas apa yang anak itu lontarkan kepadanya.“Laura.”“Sudah, Arga. Namanya juga anak kecil, kamu tidak boleh bersikap keras, biar nanti aku yang urus.” Ucap Nadya.Nadya hanya bisa menggelengkan kepala ia m

  • Istri Pengganti   Bab. 204

    Arga datang malam-malam untuk menemui Bastian dan keluarganya dia ingin meminta maaf atas segala kesalahan yang telah ia perbuat. Malam ini Arga ingin menitipkan Laura kepada mereka karena dia yakin bahwa Bastian dan Nadya bersedia merawat putri kandungnya. Sampai dia benar-benar bisa menerima segalanya, Arga menahan rasa malu dan memutuskan untuk datang ke rumah mereka. “Arga, ada apa ini?” Tanya Nadya terlihat cemas. Arga membawa tas jinjing dan koper berisi pakaian Laura. “Maafkan, aku.” Ucapnya sambil menghampiri Nadya. Koper dan tas ia taruh kemudian Arga langsung mendekati Nadya dan bersujud dihadapannya. Nadya menggelengkan kepala dia tidak mengerti apa yang telah terjadi kepada pria itu, sampai-sampai Arga bersujud di kakinya.“Apa yang kamu lakukan, bangunlah.” Titah Nadya.“Apa yang kamu lakukan, Arga berhenti bersikap seperti itu.” Nadya mulai meninggikan suaranya karena Arga masih bersujud di kakinya.“Maafkan atas segala kesalahanku, aku tahu kalian pasti tidak akan mau

  • Istri Pengganti   Bab. 203

    Nadya segera menyusul suaminya di mana Bastian langsung melihat kondisi Serly yang tiba-tiba pingsan. Serly tergeletak di bawah lantai membuat Bastian sangat terkejut dan sedih sekali, padahal tadi pagi Serly baik-baik saja. ”Mamah, bangun, Mah.” Ucap Bastian. Tidak terasa air matanya mengalir begitu deras, hal yang Bastian takutkan akhirnya terjadi kepada Serly di mana kondisi sang Mamah sudah tidak terkendali. Penyakit yang di deritanya semakin parah membuatnya sangat takut kehilangan orang tuanya. Bastian segera menyiapkan mobil untuk membawa Serly ke rumah sakit. “Sayang, bagaimana kondisi Mamah?” Tanya Nadya menghampiri.“Kepalanya berdarah, sepertinya Mamah jatuh dan terbentur.” Ucap Bastian. “Ya ampun, Mamah.” Lirih Nadya. Serly tengah berbaring dengan kondisi sangat mengenaskan padahal Bastian sudah berusaha melindungi orang tuanya. Akan tetapi hal tidak terduga terjadi di mana Serly tidak sengaja terjatuh mengakibatkan dirinya jatuh pingsan.“Aku harus membawa Mamah ke r

  • Istri Pengganti   Bab. 202

    Nadya perlahan duduk di kursi lalu memandangi Jeni yang tengah berbaring lemah, dia masih ingin mengandung dan melahirkan. Walau pun penyakit yang dia derita sangat parah tapi Jeni tetap bersikeras untuk melahirkannya.“Nadya, maafkan aku.” Ucapnya dengan suara lemah. Kedua matanya tertutup rapat napasnya terengah. “Kenapa kamu masih mau mempertahankan kehamilanmu, Kak?” Tanya Nadya.Terdengar suara napas berat dari Jeni, dia meneteskan air mata kemudian mulai membuka kedua matanya. Kemudian ia langsung menoleh ke arah Nadya yang kini ada di sampingnya. “Aku tidak mau anakku April tidak memiliki adik, aku tidak mau dia kesepian. Jadi aku putuskan untuk tetap mempertahankan kehamilanku supaya dia memiliki adik kandung. Aku merasakan bagaimana hidup sendiri tidak punya kakak atau adik, itu sebabnya aku ingin mempertahankan kehamilanku. Tinggal menunggu satu bulan lagi aku akan melahirkan anak ini. Nadya, aku percaya kepadamy kau akan menyayangi anakku juga sama seperti anakmu, kan?” T

  • Istri Pengganti   Bab. 201

    Beberapa hari kemudian.Nadya mencari-cari ke mana perginya Jeni, sampai-sampai orang yang berada di rumahnya tidak memberitahu bahwa Jeni berada di rumah sakit. Bastian tidak mau terus-terusan seperti ini di mana dirinya membohongi istrinya tentang keadaan Jeni. Semua yang dia lakukan untuk kesehatan Nadya karena dia sedang mengandung. Hari ini Nadya tengah duduk termenung pikirannya sangat kacau padahal sebentar lagi dia akan melahirkan tinggal menunggu satu bulan lagi. Tapi Jeni pergi entah ke mana, dia juga tidak pamit membuatnya sangat mencemaskannya.“Sayang, aku mau bicara sesuatu kepadamu,” ucap Bastian mendekatinya. Nadya masih duduk menatap ke arah jendela hatinya sangat hancur karena beberapa setelah kejadian mereka tidak tegur sapa. Ia enggan mempertanyaan siapa yang membuat suaminya berubah. “Aku tahu kamu pasti marah kepadaku, aku juga tahu kamu menjauhiku. Aku khawatir tentang keadaanmu karena kamu sedang hamil besar.” Ucap Bastian ia duduk tepat di pinggir Nadya la

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status