Share

Bab. 02

Penulis: Naura Shafa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-26 13:42:04

Semua yang ada di dalam ruangan tercekat mendengar pernyataan dari sang kakek termasuk Nadya.

“Bayi, kita baru saja menikah,” Bastian menyela percakapan keluarganya.

“Ya, kamu harus memberikan putra penerus keluarga kita, sebaiknya kalian rencanakan honeymoon ke luar negeri.” Kakek Baskoro beranjak pergi meninggalkan meja makan.

“Atau kalau tidak, kau akan kehilangan aset keluargamu.” Ancam Baskoro kembali.

“Sialan.” Bastian mengepal kedua tangan sorot mata penuh dendam melirik ke arah Nadya yang saat ini berada di sampingnya.

Bastian pergi tanpa meninggalkan sepatah kata pun, dia masuk ke dalam kamar memukul dinding tembok lalu berteriak.

“Bayi, kenapa harus punya keturunan dari wanita tidak aku cintai.” Bastian menjambak rambut miliknya, napas memburu jantung berdegup lebih cepat. Kedua mata memerah ia kemudian mengusap wajah gusar.

“Tuan, boleh kah saya masuk?”

Nadya kini berada di ujung ambang pintu. Bastian menoleh lalu menghiraukan perkataan yang keluar dari mulut Nadya.

“Dia semakin membenciku, apalagi kakek sangat menginginkan bayi dari pernikahan ini.”

Nadya yang berdiam diri kemudian Bastian menghampirinya dia mencekal wajah mungil Nadya kemudian tertawa kecil. Dia membuang wajah Nadya kasar lalu menghela napas panjang.

“Bahkan menyentuh tubuhmu pun saya tidak sudi, pernikahan tanpa cinta buat apa.” Ejek Bastian.

“Tuan, maafkan saya.” Nadya menangis tubuhnya terkulai ke bawah lantai. Air mata mulai berjatuhan dia tidak tahu harus berbuat apa sementara Nadya sendiri menjadi korban keegoisan orang tuanya.

“Untuk apa kamu meminta maaf?” Tanya Bastian menoleh.

“Pernikahan ini menjadi ancaman bagimu, tapi tolong saya pun korban dari pernikahan ini.” Nadya berusaha menjelaskan.

“Tidak, kau bahkan menikmati pernikahan ini, aku tidak mencintaimu bahkan tidak akan pernah jatuh cinta padamu.” Bantah Bastian.

Nadya mengeratkan eratan tangan ia mengusap air matanya lalu menghela napas berat. Wajahnya terlihat memerah Nadya tidak kuasa menahan diri untuk tidak menangis. Bahkan dia kehilangan banyak impiannya.

“Bangunlah! Sia-sia saja kamu menangis dihadapanku semua tidak akan bisa mengubah semuanya. Pergilah saya muak melihatmu,” Bastian berlenggang pergi menutup pintu kamar meninggalkan Nadya seorang diri.

Nadya mengusap kembali air matanya lalu menghela napas panjang, perlahan dia segera berjalan ke arah tempat di mana dia tidur. Membawa perasaan yang berkecamuk di dalam benaknya.

Pagi telah tiba. Nadya telah mengganti pakaian dia melihat Bastian masih tertidur pulas di tempat tidur. Dia enggan membangunkannya mengingat Bastian tidak pernah menganggap dirinya sebagai istri.

Bastian mulai membuka kedua mata lalu mengerjapkan dan melihat Nadya tengah membuka pintu.

“Mau ke mana kamu?” Tanya Bastian dengan suara parau karena baru saja bangun tidur.

Nadya tercekat dia menghentikan langkah kakinya lalu menghela napas berat, dia masih tetap berdiri enggan untuk memutarkan badannya supaya tidak melihat Bastian.

“Siapkan air hangat untukku, kau tidak boleh pergi sebelum selesai menyelesaikan pekerjaanmu.” Titah Bastian.

“Baik, Tuan. Saya akan segera menyiapkan semuanya.” Sahut Nadya.

“Lihat saja apa dia akan bertahan dalam pernikahan ini, wanita ini memang lemah.” Desis Bastian memicing wajahnya.

“Tuan, airnya sudah siap.” Nadya memberitahu dia membungkukan tubuhnya.

Bastian segera memasuki kamar mandi lalu perlahan kakinya ia masukkan ke dalam bathub.

“Uuhh!”

“Tuan, ada apa?” Tanya Nadya panik mendengar lenguhan Bastian dia segera menghampirinya.

“Apa kau gila!” Bastian berteriak.

“Air ini masih panas! Apa kau mau membunuhku!” Bastian kembali bersuara.

“Tuan, ta-pi. Air ini tidak panas dan hangat.” Bantah Nadya berusaha member pengertian.

“Wanita gila, pergilah saya tidak akan segan-segan menghukummu.” Gerutu Bastian lalu menutup pintu kamar mandi cukup keras hingga membuat Nadya ketakutan.

Tiga puluh menit kemudian, Nadya duduk termenung menunggu Bastian keluar dari kamar mandi. Dia bergegas berdiri menundukan wajahnya karena suaminya telah keluar membersihkan diri.

“Pilihkan pakaian untukku,” titah Bastian dengan lilitan handuk melingkar di bagian pinggangnya.

Nadya menelan saliva susah payah dia berusaha untuk tetap menuruti apa yang Bastian inginkan.

Nadya merasa dirinya bukanlah seorang istri melainkan pelayan, akan tetapi dia jalani mengingat mereka bukanlah pasangan kekasih.

“Pernikahan kita akan segera berakhir setelah saya mendapatkan apa yang saya inginkan.” Ujar Bastian.

Nadya meletakan pakaian di atas tempat tidur lalu menjauhinya, Nadya menjaga jarak dia tidak akan mengusik Bastian atau pun mengganggunya.

“Apa yang tuan katakan?” Tanya Nadya menatap penuh tanda tanya.

“Setelah saya mendapatkan apa yang seharusnya didapatkan kau bisa pergi dari kehidupanku jangan pernah menampakkan wajahmu lagi.” Jawab Bastian.

“Pergilah ke bawah dan sajikan saya sarapan.” Titah Bastian.

Nadya hanya bisa mengangguk dan berlalu pergi meninggalkan kamar, dia merasa pernikahannya tidak akan lama. Nadya merasa sangat senang akhirnya dia bisa bebas dari belenggu ini.

“Apa yang kamu lakukan di tempat seperti ini?” Tanya Serly menegur Nadya yang tengah menyiapkan sarapan untuk Bastian.

“Mamah, eemm.. saya lagi menyiapkan sarapan untuk, Tu-an. Ahh, maksud saya Bastian,” jawab Nadya dengan gugup.

Serly terkekeh dia sangat lucu mendengar jawaban dari menantunya itu.

“Kamu sangat menggemaskan, biarkan pembantu di rumah ini yang menyiapkan semua untuknya. Kau duduklah,” titah Serly terkekeh dan berlalu pergi.

Nadya tersenyum karena sangat gugup Nadya tidak bisa menyebut Bastian dengan benar.

“Akhem..”

Bastian tiba di meja makan dia melihat Nadya tengah menikmati hidangan roti di hadapannya. Dia menatap dingin dan tidak menegurnya.

“Kalian sudah bangun, syukurlah. Kakek sangat senang melihat kalian berdua. Bastian, bagaimana apa kau sudah menentukan jadwal honeymoon kalian berdua?” Tanya Baskoro.

“Uhuk.”

Bastian tiba-tiba tersedak dia tidak bisa menjawab pertanyaan sang kakek, yang jelas Bastian tidak memikirkan hal itu.

“Kita tidak akan pergi,” tegas Bastian.

“Apa yang kamu katakan?”

“Kita tidak akan pergi honeymoon.” Jawab Bastian menghentikan kegiatannya saat menyantap roti yang ada di tangannya.

Nadya terdiam dia menoleh ke arah Bastian lalu menghela napas berat, perlahan Nadya menurunkan wajahnya lalu memejamkan kedua mata. Dia sangat takut sekali berada di sekitar keluarga ini.

“Nadya tengah datang bulan, kita tidak bisa pergi.” Jawab Bastian mencari alasan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Pengganti   Bab. 07

    Siang ini Nadya bersiap mengantarkan makan siang untuk suaminya ia bersemangat karena memang sudah kewajibannya sebagai seorang istri memberikan masakn lezat untuk suaminya. Seperti yang Serly katakan dia harus memasakan kesukaan Bastian supaya pria itu bisa luluh kepadanya.Nadya pergi menaiki taksi online ia bahkan tidak diberikan fasilitas mewah oleh Bastian. Akhirnya setelah beberapa menit Nadya kini berada dihadapan gedung yang menjulang tinggi ke atas langit. Wajahnya tersenyum terlihat ceria memancarkan kebahagiaan. Gedung itu milik perusahaan suaminya dia menghela napas panjang memejamkan kedua mata lalu berjalan menuju ke arah gedung. Satpam dan semua karyawan di sana memberi hormat kepada Nadya seolah mereka memberikan sambutan untuknya, karena semua orang yang ada di sana tahu bahwa Nadya istri dari pemilik perusahaan tersebut. “Nyonya, Tuan tidak ada di sini dia tengah menghadiri rapat penting sebaiknya kamu bisa menunggunya di ruangan.” Ucap sal

  • Istri Pengganti   Bab. 06

    Nadya berdiri di depan pintu ia tersenyum kala melihat seorang pria tengah berjalan ke arahnya menenteng tas yang ada di tangan. Nadya mulai menghela napas lalu tersenyum dan membungkukan tubuh sedikit. “Tuan, kau sudah pulang! Sini biar saya ambilkan tasnya.” “Hmmm.” Nadya segera mengambil tas yang ada di tangan Bastian, kemudian ia berjalan dari arah belakang mengikuti Bastian. Nadya kembali mengeluarkan suara dan bertanya kepada Bastian. “Tuan, makan malam sudah siap, apa kau mau makan sekarang?” Tanya Nadya. “Tidak usah, saya tidak lapar,” Bastian membalasnya singkat bahkan dia enggan melihat ke arah istrinya. Pria itu terus berjalan menaiki anak tangga lalu Nadya menyusul untuk menyimpan tas yang dia pegang. Cukup berat karena memang isi tas itu berkas penting milik Bastian. “Tuan.” Bastian terdiam dia menghela napas panjang lalu membalikan tubuhnya dan menatap tajam merah menyala. Nadya mencengkram tas oleh kedua tangan menundukan wajah seakan dia akan di terkam ol

  • Istri Pengganti   Bab. 05

    Nadya tengah merias wajahnya, ia melihat di cermin luka wajahnya masih terlihat jelas, lembam di bagian pipi kiri. Dia mengingat kembali betapa kasar dan menakutkan Bastian. Rambut panjang berwarna hitam terurai sempurna, tidak lupa Nadya mencatok bagian pinggirnya, bibir tipisnya ia oleskan sedikit agar terlihat fresh. Kemudian Nadya mulai mengusap wajahnya dengan make up, ia tersenyum melihat lukanya tertutup oleh conceller dengan sempurna. Tidak lupa Nadya memakai pakaian rapih dengan celana levis dan baju kameja berwarna denim corak bergaris kecil melekat pada tubuhnya. Nadya kemudian mengambil tas berwarna hitam yang tergeletak di atas tempat tidur.“Kau mau pergi?” Tanya dingin Bastian menggetkan Nadya yang tengah merapihkan dirinya. Nadya terdiam dia mendengar suara suaminya lalu menoleh ke arah belakang. Bastian tengah menyenderkan tubuhnya ke bagian dinding tembok lalu memeluk dada oleh kedua tangannya. “Tu-an.” Gumam Nadya menundukan wajahnya.Perlahan Bastian melangkah

  • Istri Pengganti   Bab. 04

    Setelah berperang dengan pikirannya sendiri, Bastian memutuskan untuk melihat keadaan Nadya. Dia bergegas menerobos hujan deras hingga tubuhnya basah kuyup, dia membuka pintu dan melihat Nadya tergeletak tidak jauh dari pintu utama.“Nadya.” Bastian tidak sadar memanggil nama wanita itu, dia bergegas merangkul dan memanggil namanya.“Nadya, apa kau baik-baik saja?” Tanya Bastian panik.Tubuhnya ia guncangkan wajahnya ia usap dengan penuh kasih sayang. Hatinya merasa sedih melihat keadaan istrinya yang terkurai lemah. “Nadya.” Bastian terus memanggil namanya. Tidak mau terjadi apa-apa kepada Nadya Bastian segera membawa pulang menggendong tubuhnya yang basah kuyup kena guyuran air hujan. Sampai saat ini Nadya belum sadarkan diri, seharian Bastian menghukumnya untuk tidak memberikan makan dan minum. Dia mengurung di tempat kotor hingga menemukan Nadya tergeletak di bawah lantai.“Dokter, segera datang ke rumah saya!” Perintah Bastian panik.“Ia berhasil menggeletakan tubuh Nadya di

  • Istri Pengganti   Bab. 03

    “Apa yang pria itu katan benar adanya,” tanya kakek Baskoro kepada Nadya yang saat ini tengah duduk diam menundukan wajah. Perlahan Nadya menelan saliva susah payah dia menoleh ke arah Bastian, pria itu memberi isyarat untuk mengatakan kata Ya kepada sang kakek. “Emm.. ya, saya tengah datang bulan.” Jawab singkat Nadya merasa takut. Baskoro menghela napas panjang dia merasa kecewa dan segera pergi meninggalkan ruang makan. Baskoro menoleh ke arah Nadya dan segera beranjak dari tempat duduknya lalu menarik pergelangan tangan Nadya. Mereka kini berada di dalam kamar pria itu masih tetap diam mencekal tangannya lalu mendorong tubuh Nadya sampai menempel di dinding tembok. Kedua wajah mereka beradu pandang Bastian menatap dalam namun dingin. “Tuan, apa yang kamu lakukan, lepaskan saya.” Nadya memberontak lalu mengalihkan pandangannya.“Surat perjanjian! Kau harus menyetujui perjanjian pernikahan kita.” Bastian mulai melonggarkan tubuhnya lalu menjauh. Nadya merasa lega akhirnya pria

  • Istri Pengganti   Bab. 02

    Semua yang ada di dalam ruangan tercekat mendengar pernyataan dari sang kakek termasuk Nadya. “Bayi, kita baru saja menikah,” Bastian menyela percakapan keluarganya. “Ya, kamu harus memberikan putra penerus keluarga kita, sebaiknya kalian rencanakan honeymoon ke luar negeri.” Kakek Baskoro beranjak pergi meninggalkan meja makan. “Atau kalau tidak, kau akan kehilangan aset keluargamu.” Ancam Baskoro kembali.“Sialan.” Bastian mengepal kedua tangan sorot mata penuh dendam melirik ke arah Nadya yang saat ini berada di sampingnya. Bastian pergi tanpa meninggalkan sepatah kata pun, dia masuk ke dalam kamar memukul dinding tembok lalu berteriak.“Bayi, kenapa harus punya keturunan dari wanita tidak aku cintai.” Bastian menjambak rambut miliknya, napas memburu jantung berdegup lebih cepat. Kedua mata memerah ia kemudian mengusap wajah gusar.“Tuan, boleh kah saya masuk?”Nadya kini berada di ujung ambang pintu. Bastian menoleh lalu menghiraukan perkataan yang keluar dari mulut Nadya. “

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status