Share

Bab 6. Menikah

Ucapan Bara membuat Indah terdiam dan heran. Ia merasa tidak percaya jika pria yang ada di hadapannya bisa mengatakan hal itu tanpa beban. Apa ia pikir pernikahan itu hanya main-main? 

"Kenapa diam aja? Kamu mau enggak?" Bara tampaknya tidak sabar ingin tahu jawaban lndah.

 

Indah mengerjap beberapa kali saat Bara menatapnya penuh harap. Ia merasa bingung harus menjawab apa. "Saya tidak ...."

Belum selesai Indah menyelesaikan kalimatnya, Bara sudah lebih dulu menyela dengan menarik tangan Indah. Langkahnya sangat lebar dan cepat. Sehingga Indah hampir terseret andai tidak bisa menyeimbangkan.

"Ma! Pa!" Bara memanggil kedua orang tuanya begitu masuk ke dalam rumah.

Memang jarak antara gerbang dan rumah cukup jauh. Hal itu dikarenakan halaman yang begitu luas. Dona dan Roki yang berada di kamar pun segera keluar ketika mendengar Bara yang memanggil mereka.

"Ada apa, Bar?" tanya Roki dengan napas yang terengah-engah–khawatir sang putra kembali terkena musibah.

"Aku mau menikah dengan Indah."

"Hah?"

Mata kedua orang tua Bara langsung melebar begitu mendengar ucapan anaknya yang tiba-tiba. Mereka tercengang. Roki bahkan langsung memegang dadanya. Sementara Dona, wanita itu menatap anaknya dengan tatapan tidak percaya.

 

"Maksud kamu apa, Bara?"

 

"Aku mau menikah dengan Indah, Mom." Bara menjawab tanpa beban, sedangkan Indah hanya bisa menunduk dalam.

Tangan Indah memilin kerudung yang sedikit menjuntai. Dalam hati, ia menyesal karena sudah mengatakan tentang pernikahan kepada Bara. Indah tidak mengira jika penjelasannya malah ditangkap salah paham oleh Bara.

Niat hati ingin membuat Tara tahu batasan agar tidak seenaknya memegang tangannya. Namun, berujung petaka. Indah masih tidak habis pikir dengan jalan pikiran Bara.

"Kenapa tiba-tiba?" tanya Dona.

 

"Biar bebas pegang dan peluk Indah." 

Indah yang mendengar itu semakin menunduk dalam. Dia mencoba menyembunyikan semburat merah padam yang menghiasi wajahnya. Bara tanpa malu mengatakan hal itu kepada kedua orang tuanya. 

Sungguh, ia merasa malu dengan setiap ucapan Bara yang tanpa beban. Sementara Dona dan Roki hanya bisa diam, mereka merasa bingung harus mengatakan apa untuk membalas jawaban Bara.

"Kenapa kalian diam aja?"

"Emm ... begini, Bar. Menikah itu bukan perkara yang mudah, kamu enggak bisa main-main dengan pernikahan. Bukan soal pegangan tangan atau sekedar pelukan, tapi lebih dari itu." Dona berkata dengan hati-hati.

"Lebih dari itu? Emang apa lagi yang biasa orang lakukan jika menikah? Sepertinya, aku harus melihatnya di ponsel."

"Uhuk!"

Tiba-tiba Indah tersendat ludahnya sendiri kala mendengar ucapan Bara. Melihat itu, Bara segera pergi ke dapur. Tidak lama ia kembali dengan air segelas air putih. 

"Diminum dulu," ujar Bara sambil memberikan air tersebut kepada Indah.

Ragu-ragu Indah menerimanya. "Terima kasih, Pak."

"Sama-sama."

Hening, tidak ada yang bicara setelahnya.

Semua tengah sibuk dengan pikirannya masing-masing. Hingga akhirnya suara berat dari Bara kembali memecah keheningan.

"Jadi, gimana? Kapan aku dan Indah bisa menikah?" tanya Bara tidak sabar. 

"Bara, ayo kita duduk dulu." Roki yang sejak tadi diam pun meminta semua orang untuk duduk di sofa ruang tamu setelah bisa menguasai diri.

Tidak membantah, Bara mengajak Indah untuk duduk di sofa ruang tamu.

"Bara, yang Mama kamu katakan itu benar. Menikah bukan soal berpegangan tangan atau berpelukan, tapi menyatukan dua manusia yang berbeda karakter. Dan kamu, tidak bisa dengan mudahnya mengajak Indah menikah."

"Kenapa?" tanya Bara dengan serius.

 

"Karena Indah memiliki orang tua. Kamu harus meminta restu kepada orang tua Indah, dan kamu harus siap dengan segala kemungkinannya." 

"Kemungkinan?" Bara mulai gusar. Bukankah keinginannya harus terpenuhi?

"Ya, kamu pastikan jika Indah masih lajang atau tidak. Dan sebagainya," ujar Roki mencoba membuka jalan pikiran anaknya.

Bara terdiam mencerna setiap ucapan Roki tadi. Lama dengan posisi menunduk, akhirnya ia menoleh ke arah Indah. Ia menatap perempuan tersebut dengan serius.

"Apa kamu mau menikah denganku? Ah ... bukan, tapi apa kamu tidak memiliki suami?" tanya Bara menuntut jawaban pasti.

Indah menelan ludahnya kasar, ia merasa takut dengan tatapan Bara yang tajam. Tiba-tiba tenggorokannya tercekat. Sehingga sangat sulit baginya untuk mengatakan apa yang ada dalam pikirannya.

"Ayo jawab, Indah. Aku enggak tahu perasaan apa ini, tapi aku merasa kamu bisa melindungiku dari orang-orang jahat." 

Sontak ucapan Bara membuat Dona dan Roki tersentak. "Maksud kamu, Bara? Apa kamu sudah mengingat yang berbuat jahat sama kamu siapa?"

Ada harapan dari pertanyaan Dona dan Roki. Andai Bara mengingatnya, itu berarti teka-teki dibalik kecelakaan akan terungkap. "Bara, ayo jawab pertanyaan kami!" 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status