Share

Sisi lain Ayana

"Orang yang terlihat sangat bahagia, menyimpan luka besar di dalam dirinya."

-

Ayana duduk disamping kursi kemudi. Sudah dua jam ia menghabiskan waktu untuk pemotretan hari ini, dan kini mereka sedang dalam perjalan untuk melihat rumah yang akan mereka tinggali.

            Sepanjang perjalanan, pikiran Ayana terus bergelut pada sikap Adira yang tiba-tiba memeluk pinggangnya dengan erat, alih-alih ia kesal pada Ryan yang terus menggoda Ayana.

Mau makan dulu? tanya Adira memecah keheningan antara mereka berdua.

            Ayana menoleh kesamping dan mendapati Adira yang kini sedang menatapnya. Bapak lapar? tanya Ayana yang kemudian di angguki oleh Adira.

            Ayana pun tersenyum, Yaudah kita mampir dulu buat makan. ucap Ayana.

            Suasana kembali hening, kini hanya terdengar alunan musik yang keluar dari playlist radio yang sedang Adira mainkan. Dinginnya air conditioner yang keluar dari mesin mobil Adira, berhasil merasuk hingga kedalam tubuh masing-masing insan yang tengah bergelut pada pemikirannya masing-masing.

            Akan jadi apa rumah tangga mereka kelak?

            Bagaimana keadaan setelah mereka menikah dan tinggal di satu atap rumah?

            Dan masih banyak lagi pemikiran yang menghantui dan memenuhi kepala mereka. Sudah tiga puluh menit Adira menghabiskan tenaganya untuk menyetir, kini mereka sampai pada sebuah Restoran Jangseng Geongangwon di Gangnam.

            Adira berjalan masuk lebih dulu dan meninggalkan Ayana yang kini mengikutinya dari belakang. Ayana tampak takjub dengan desain interior yang ada di Restoran, terkesan mewah namun minimalis membuat pengunjung merasa sangat nyaman.

            Adira tampak memanggil waiterss untuk memesan makanan. Adira tampak mengambil buku dan memberikannya satu pada Ayana yang sedang sibuk melihat seluruh ruangan dengan takjub.

Cepat pilih, aku lapar. Seru Adira saat Ayana tidak sadar adanya waiterss di hadapannya.

            Ayana meraih buku yang tergeletak diatas meja, ia tampak membuka dan melihat-lihat isinya. Melihat harganya saja sudah membuat Ayana menelan salivanya kasar. Restoran dengan masakan Korea, Italia, Asia, Japan, Prancis, dan Amerika memang tidak heran jika memberi bandrol mahal pada masakannya.

            Ayana melirik Adira sekilas saat Adira mulai menyebutkan pesanannya. Adira yang merasa dilirik pun kini membalasnya dengan tatapan.

Cepat pesan, ucap Adira.

            Ayana tampak tersenyum sembari megangguk samar. Samain aja sama bapak, sahut Ayana.

            Adira mengangguk mendengar ucapan Ayana. Minumnya Cocktail Long Island Iced Tea dua ya, ucap Adira pada waiterss.

            Ayana tampak terkejut mendengar pesanan minuman yang diucapkan Adira. Cocktailnya satu aja, saya Daechu Tea, ucap Ayana cepat.

            Waiterss pun pergi untuk memproses pesanan mereka. Adira kini menatap Ayana, senyumnya mekar saat melihat wajah lucu Ayana yang dengan cepat menolak pesanan minuman yang sama dengannya.

Katanya samaan, kok akhirnya pilih beda minuman? tanya Adira.

            Ayana tersenyum malu, Saya ngga bisa minum alkohol, balas Ayana lirih.

            Adira mengangguk,Semua partner saya harus bisa minum alkohol, balas Adira.

Karena saya partner rumah tangga bapak. Jadi sebagai gantinya saya yang akan bikin teh herbal buat bapak, setelah bapak mabuk karena alkohol nanti. ucap Ayana dengan senyumnya.

            Adira tertegun melihat senyum manis milik Ayana. Namun itu hanya bertahan beberapa detik saja, sebelum akhirnya Adira tersadar dari lamunannya.

            Mereka pun menghabiskan makanan dengan damai tanpa adanya sepatah kata yang keluar dari mulut mereka selain Selamat makan.

-

            Acara mereka selanjutnya adalah mendatangi tempat untuk mereka melangsungkan pernikahan kelak. Meskipun ini adalah pernikahan kontrak yang tidak diinginkan keduanya, tapi mereka harus tetap melakukannya sesuai dengan perintah yang diberikan oleh Rajendra, Ayah Adira.

            Ayana berjalan mengekor dibelakang Adira yang terus melangkah lebar dengan kakinya yang panjang. Pemandangan asri terlihat setelah mereka melewati tempat parkir diluar sana. Banyak pepohonan hijau yang segar, dan udaranya pun sangat sejuk membuat Ayana menikmatinya.

Adira dateng juga lo, sapa seorang perempuan yang tingginya kurang dari 4 centimeter dari Adira.

            Perempuan itu menghampiri Adira dengan senyum merekah. Ayana yang melihat hanya bisa diam dan bertanya-tanya dalam benaknya siapa perempuan tersebut. Karena ia tidak mungkin bertanya langsung pada Adira.

Akhirnya lo nikah juga, ucap perempuan tersebut setelah melepaskan pelukannya dengan Adira.

Makin banyak omong ya lo, cercah Adira tanpa kata halus sekaligus.

            Perempuan dengan tinggi semampai itu tertawa, seolah sudah memahami karakter diri Adira sejak lama.

Mana calonnya? tanyanya.

            Ayana tampak berjalan sedikit mendekat kearah Adira saat Adira menoleh kebelakang dan melihatnya yang berdiri amat sangat jauh darinya.

Ayana, kenalin ini Laras mantan saya, ucap Adira tegas.

            Raut wajah terkejut nampak sangat jelas diwajah Ayana setelah mendengar kata mantan, sedangkan Laras hanya tertawa mendengar ucapan Adira.

Pedas banget ucapan lo sama calon sendiri, ucap Laras yang sadar akan raut wajah Ayana yang berubah.

            Laras pun berjalan mendekat kearah Ayana dan menjulurkan tangannya. Laras, ucapnya lembut memperkenalkan diri.

            Ayana pun dengan segera menjabat tangannya dengan sopan, Ayana, balas Ayana sopan.

Kalo Adira ngomong pedas lagi sama kamu, bilang ke aku ya. Nanti aku bagi kartu ASnya biar dia bisa nurut sama kamu, ucap Laras sembari menepuk lengan Ayana halus.

            Ayana mengangguk menjawab perkataan Laras. Deringan telepon kini mendominasi percakapan antara dua insan yang lama bertemu. Adira izin untuk mengangkat telepon terlebih dahulu, kini ia berjalan menjauh diantara Laras dan Ayana yang terus melihat punggungnya berjalan menjauh.

Adira memang orangnya cuek, kamu tahu itu kan? tanya Laras disela kecanggungan yang terjadi diantara kami.

            Ayana tampak mengangguk ragu. Ia tidak tahu pasti bagaimana sifat dan karakter asli dari seorang Adira Darsa Rajendra karena ia bahkan baru mengenalnya.

Adira itu sebenarnya kasihan, semua cewek yang jadi pacarnya Cuma manfaatin hartanya aja. Karena ngga akan ada cewek yang betah dengan sifat Adira, kecuali dengan hartanya. Lanjut Laras dengan sorot mata yang masih melihat punggung Adira dari kejauhan.

            Ayana mengernyitkan dahi. Apa seburuk itu sifat asli Adira? Bagaimana ia bisa bertahan dan mempertahankan pernikahannya kelak?

            Ayana terkejut saat Laras tiba-tiba saja tertawa disampingnya. Kini laras menatapnya, Dulu aku kira Adira ngga akan pernah bisa nikah sebelum merubah sifat-sifat buruknya itu. Tapi ternyata masih ada cewek tulus yang mau menerimanya, ungkap Laras dengan senyum manisnya.

            Sebagai mantan yang pernah melakukan hal buruk pada Adira, Laras ikut berbahagia akan hidup baru Adira sebentar lagi. Adira memang memiliki banyak kekurangan, tapi dia memiliki satu kelebihan yaitu mudah memaafkan tapi tidak mudah untuk mengulanginya kembali.

Gimana soal dekorasi pernikahannya? tanya Adira setelah kembali bergabung dengan kami.

Gue akan kasih tema Rustic Vintage sesuai apa yang lo suka, jawab Laras yang berhasil mendapatkan tawa seorang Adira.

            Dibelakang sana ada seorang Nadira Ayana Wangsa yang diam dalam penuh tanya. Ia diam dalam banyak pertanyaan yang muncul dibenaknya, yang entah sampai kapan tidak akan ia lontarkan pada sosok Adira Darsa Rajendra.

-

            Adira menghentikan mobilnya tepat di depan rumah berpagar kayu, dimana Ayana tinggal selama ini. Ayana pun mulai melepas seatbelt yang ia kenakan sejak melakukan perjalanan panjang dengan Adira.

Terima kasih untuk hari ini Pak, ucap Ayana sopan dengan sedikit membungkuk kearah Adira.

            Ayana pun kini mulai membuka pintu mobil milik Adira. Dua hari lagi,  persiapkan dirimu. Ucap Adira memperingatkan pada Ayana bahwa pernikahannya akan digelar sebentar lagi.

            Ayana mengangguk seraya tersenyum manis kearah Adira. Tentu, saya tidak akan lupa dengan hari bahagia saya, jawab Ayana sebelum ia turun dari mobilnya.

            Ayana pun melangkah masuk ke dalam rumah besar miliknya, membiarkan Adira yang masih bertengger di dalam mobilnya tanpa berniat masuk ataupun pulang kerumahnya sendiri.

            Ayana melangkah memasuki rumah dengan badan dan raut wajah lusuh karena tubuhnya merasa lelah setelah seharian penuh melakukan perjalanan panjang untuk mensurvei kebutuhan pernikahan mereka.

            Dalam hati Ayana tersirat senyum miris, Jika saja ia bisa melakukan ini bersama pasangan yang benar-benar bisa mencintainya, pasti rasa lelah ini akan terbayarkan dengan sempurna.

            Ayana yang baru saja melangkah masuk ke dalam rumah, kini disuguhi pemandangan yang berhasil membuat hatinya tergores. Untuk ke sekian kalinya. Sebenarnya ia merasa bahagia jika Papa dapat bahagia bersama Mama tirinya. Namun ia merasa terasingkan jika Papanya sedang bersama Elvina.

Na baru pulang nak? tanya Aji pada anak semata wayangnya bersama dengan istri pertamanya.

            Ayana mengangguk, sudah tiga hari ia tidak bertemu dan berbicara dengan Papanya sendiri.

Sini gabung makan sama kita, ajak Aji pada Ayana yang berdiri dari kejauhan.

Ayana kan baru aja pulang, pasti dia kelelahan. Biarin aja Ayana istirahat, pasti Adira juga udah ngajak Ayana buat makan malam Mas, ucap Elvina pada Aji dengan nada suara yang amat sangat lembut.

            Ayana gagal untuk melangkah makan bersama mereka untuk ke sekian kalinya. Tak lama Ayana mengangguk, sembari tersenyum untuk meyakinkan hati sang Papa.

Ayana udah makan kok Pah. Sekarang Ayana mau istirahat dulu ya. ucap Ayana sebelum akhirnya beranjak menuju kamarnya.

            Dadanya kembali sesak untuk sekian kalinya. Ia tidak tahu apa penyebabnya, karena ini sudah terjadi padanya selama dua tahun terakhir.

            Ayana dengan cepat masuk ke dalam kamar dan menguncinya, karena ia tahu Aji akan menyusulnya setelah makan untuk berbicara dengannya. Ia tidak mau jika Aji melihatnya dalam keadaan buruk seperti ini.

            Ayana memukul dadanya dengan keras berulang kali, mencoba membuat pernapasannya kembali lancar seperti biasa. Ia berjalan menuju balkon kamarnya untuk mencari udara segar.

            Tetes air mata itu langsung luruh begitu Ayana menyendiri. Ia terisak dalam diam bersama tangisannya setiap malam dan hembusan angin yang menemani malam kalbunya. Apa yang ia pendam sejak pagi hingga petang, semua ia tumpahkan melalui sakitnya dada dan air mata yang mengalir tanpa henti.

            Tangan kanannya tiada henti memukul dadanya berulang kali, sedangkan tangan kirinya ia gunakan mencengkram dengan kuat sekat pagar balkonnya.

-

            Adira mematikan telepon setelah berbicara hampir dua puluh menit bersama Zayna sang sekretaris yang sudah menghandle pekerjaannya selama seharian ini.

            Adira kini hendak menyalakan mobilnya untuk kembali kerumahnya dan beristirahat. Namun kini ia gagalkan saat melihat ada seorang gadis yang berdiri di balkon dalam keadaan buruk. Ia tampak memicingkan matanya untuk melihat wajah gadis yang tertutupi sebagian rambutnya itu dengan jelas.

            Adira tertegun saat menyadari bahwa gadis itu adalah Ayana. Ayana terlihat sangat buruk disana, ia menangis dalam diam dengan sesekali membungkam mulutnya dan menepuk kuat dadanya. Pikiran buruk tentang dirinya sejak tadi pagi berkelibat. Apa yang sudah ia lakukan sehingga membuat Ayana menjadi sangat buruk saat tidak bersamanya?

            Gadis kuat, dan penuh perhatian seperti Ayana ternyata bisa terlihat sangat rapuh jika sedang sendiri.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status