Home / Romansa / Istri Rahasia CEO Dingin / 4 - Mengingkari Janji

Share

4 - Mengingkari Janji

Author: Tiara Putri
last update Last Updated: 2025-07-18 16:59:24

"Bagaimana kalau aku tidak puas?"

Pertanyaan itu masih terngiang-ngiang di kepala Alara saat ia berdiri di depan jendela kamar. Udara pagi yang lembab dan dingin menusuk kulitnya, tapi yang membuatnya menggigil bukan suhu ruangan. Melainkan ucapan pria yang semalam telah membeli keperawanannya.

"Saya mohon maaf, Pak Darren, tapi bukankah semalam Bapak bilang ini hanya satu malam?" tanya Alara.

Ia menoleh, menatap pria itu yang duduk santai di atas ranjang. Dengan kemeja putih yang sudah setengah dikenakan dan rambut sedikit berantakan karena baru bangun, Darren Whitmore terlihat tenang. Terlalu tenang untuk seseorang yang baru saja menjungkirbalikkan hidup seseorang.

Darren tidak langsung menjawab. Ia hanya menatap Alara dengan ekspresi kosong yang tidak bisa ditebak.

Alara melanjutkan, nada suaranya sedikit naik. "Kita sudah sepakat. Saya juga sudah menandatangani kontrak yang sudah Bapak buat. Saya akan mendapatkan uang ketika saya menikah dengan Bapak, secara agama, hanya untuk satu malam. Setelah itu Bapak akan menceraikan saya. Itu isi kontraknya."

"Kamu masih memanggilku Pak?" tanya tanya Darren tanpa menggubris perkataan Alara. "Setelah semalam?"

"Saya tidak tahu harus memanggil apa," sahut Alara cepat.

Darren berdiri perlahan dari ranjang. Ia berjalan ke arah meja kecil di sudut ruangan, menuang air ke dalam gelas dan meminumnya. "Aku berubah pikiran," katanya setelah meneguk habis isi gelas.

“Termasuk mengubah isi kontrak?” tanya Alara dan hanya mendapat anggukan dari Darren. Alara mengepalkan tangannya. "Begitu saja?"

"Ya. Karena aku bisa melakukan apa pun. Kamu tau itu," sahut Darren tanpa ragu.

Alara nyaris tak bisa bernapas. Ia merasa seperti seseorang yang sedang dijatuhkan dari ketinggian. Tidak, bukan jatuh. Tapi dicampakkan.

"Saya bukan barang, Pak Darren," katanya pelan.

"Saya melakukan semua ini karena adik saya. Karena saya juga tidak punya pilihan lain. Saya menawarkan sesuatu yang paling saya jaga, demi satu tujuan. Dan Bapak menyetujui itu. Tapi sekarang Bapak ingin memperpanjangnya tanpa memikirkan perasaan saya?" Alara ingin menangis rasanya. Tapi sebisa mungkin ia menahan air matanya agar tidak jatuh di depan bosnya itu.

Darren menatapnya datar tanpa menggubris ucapan Alara. Alara menggeleng pelan. Ia sudah habis energi semalam. Secara fisik, secara emosi. Ia berpikir semuanya akan selesai saat matahari terbit. Namun ternyata tidak.

Tiba-tiba ponsel Alara berbunyi. Ia menoleh cepat, lalu mengambilnya dari meja. Nomor tidak dikenal.

"Halo?" sapa Alara. Ia melihat Darren yang kini menatapnya dengan alis yang terangkat sebelah.

"Selamat pagi. Ini dari St. Aurélien Medical Centre. Benar dengan Ibu Alara Devienne?"

"Iya, saya sendiri," ucap Alara ragu.

"Kami ingin menginformasikan bahwa adik Anda, Riven Devienne, pagi ini telah dipindahkan ke rumah sakit kami dan saat ini sedang ditangani tim medis kami. Semua biaya ditanggung oleh pihak atas nama Tuan Darren Whitmore."

Alara membeku. "Semuanya?" suaranya lirih.

"Ya, Bu. Ruang rawat, perawatan lanjutan, dan rencana transplantasi ginjal telah masuk jadwal observasi utama kami. Kami hanya butuh kehadiran Anda untuk tanda tangan administratif. Silakan datang hari ini."

Setelah ucapan terima kasih yang terbata, Alara menutup telepon. Ia menoleh ke Darren.

"Bapak yang pindahkan Riven?" tanyanya.

Darren mengangguk. "Ya. Rumah sakit sebelumnya terlalu penuh. Saya tidak suka tempat yang tidak bisa menjamin standar medis yang layak,” jawabnya.

Alara memandangi Darren lama. "Tanpa izin saya? Tanpa kabar apapun? Kamu pikir kamu bisa ambil keputusan soal hidup adik saya semaumu?"

"Dia sudah dalam perawatan terbaik sekarang,” jawab Darren.

"Itu bukan jawabannya!" suara Alara meninggi. "Saya yang berhak tahu! Saya kakaknya! Bukan Bapak!"

Darren menyilangkan tangan. "Kalau kamu ingin menolak bantuan, silahkan. Tapi kamu tahu sendiri kamu tidak punya cukup waktu dan uang untuk mencari alternatif lain."

Alara berjalan mendekat. "Bapak pikir saya akan diam saja karena udah diberi rumah mewah dan pindahkan adik saya ke rumah sakit elit?"

"Aku tidak berpikir apa-apa," sahut Darren datar. "Aku cuma pastikan kamu tetap disisiku.

Setidaknya sampai aku selesai."

Alara mengerutkan kening. "Selesai? Maksud Bapak apa?"

Darren menatap mata Alara, lebih dalam. "Kita belum selesai, Alara. Dan aku tidak suka hal yang belum selesai."

Alara menepis tangan Darren yang hampir menyentuh bahunya. "Bapak tidak bisa seenaknya. Saya bukan milikmu. Pernikahan kita cuma kontrak satu malam."

Darren menatapnya lama, lalu melangkah pelan mendekat. "Aku tahu apa yang kamu pikirkan. Tapi kamu juga tahu, kamu tidak akan bisa pergi begitu saja."

"Kenapa tidak?" tantangnya.

Darren menyipitkan mata. "Karena kamu belum selesai juga. Kamu masih membutuhkanku."

Alara hampir membalas ketika Darren menyahut lebih pelan, "Dan karena kamu belum bisa melepaskanku."

"Saya tidak—"

"Bohong," potong Darren. "Lihat cara kamu bicara. Cara kamu menatapku sejak tadi."

Alara memalingkan wajah. "Saya menatap Bapak karena marah. Karena kecewa."

"Kalau kamu benar-benar kecewa, kamu tidak akan berdiri di sini sekarang. Kamu sudah kabur,” ucap Darren yang kini berdiri dari duduknya.

"Saya tidak kabur karena adik saya," jawab Alara tajam. "Karena kamu menggenggam kelemahan saya."

"Kalau begitu, tetaplah di sini. Setidaknya sampai Riven pulih,” ucap Darren yang kini berjalan ke arah kamar mandi.

Alara diam.

Beberapa detik hening. Lalu Darren berkata, lebih pelan, "Kalau kamu benar-benar mau pergi aku tidak akan tahan kamu.” Ia memutar knop pintu kamar mandi dan hendak masuk ke dalamnya. Namun terhenti ketika Alara bersuara.

Alara mengangkat wajahnya perlahan. "Jadi saya boleh pergi?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Rahasia CEO Dingin   8 - Bukan Yang Diinginkan, Tapi Dibutuhkan

    Pagi itu masih terasa dingin. Matahari belum sepenuhnya naik ketika Alara masih duduk diam di meja makan, menatap kosong ke arah secangkir tehnya yang mulai kehilangan uap. Wajahnya tenang, tapi tangannya bergetar pelan saat memutar sendok kecil dalam cangkir porselen.Langkah kaki terdengar menuruni tangga. Darren muncul dengan kemeja putih separuh dikancingkan, dasi dan jas tergantung di lengannya. Rambutnya masih basah, wajahnya terlihat segar setelah mandi, tapi tatapan matanya tetap seperti semalam: tajam, rumit, dan tak bisa ditebak.Tanpa berkata sepatah kata pun, ia menghampiri Alara dan meletakkan dasi serta jasnya di atas meja."Pakaikan," ucapnya pendek.Alara mengangkat wajah, sedikit ragu. Tapi Darren hanya berdiri di hadapannya, menatap lurus, menuntut dengan sikap tenangnya yang seperti biasa. Alara bangkit perlahan. Tangannya gemetar sedikit saat menyentuh kerah kemeja Darren, membetulkan posisinya sebelum melilitkan dasi biru gelap di leher pria itu.Darren tak menund

  • Istri Rahasia CEO Dingin   7 - Siapa Aku Di Hidupmu?

    "Kenapa Bapak ragu mengangkatnya?"Alara bertanya tanpa suara meninggi. Tidak ada nada menuduh, hanya bertanya dan ingin tahu jawaban yang diberikan pria itu.Darren masih menatap layar ponselnya yang terus bergetar. Nama Selene Avallon terpampang jelas, seolah mengingatkan posisi dan janji-janji yang pernah dia buat. Tapi malam ini, rumah tempatnya berdiri, perempuan yang ada di hadapannya, dan sesuatu yang bergemuruh di dalam dirinya—semuanya terasa seperti pengkhianatan terhadap kehidupan yang selama ini ia jalani bersama Selene.Ia akhirnya menekan tombol merah.Panggilan berhenti."Aku tidak ingin membicarakan tentang dia malam ini," ucap Darren, tenang tapi dingin.Alara mengangguk pelan. "Baik."Ia tidak bertanya lagi. Tapi justru sikap diam Alara yang membuat Darren tidak tenang."Kamu tidak penasaran, Al?" tanya Darren akhirnya."Penasaran? Untuk apa? Saya bukan siapa-siapa," jawab Alara datar. "Saya cuma perempuan yang Bapak bayar.""Jangan bicara seperti itu," balas Darren

  • Istri Rahasia CEO Dingin   6 - Penuh Tanya

    "Kamu pikir cuma keperawananmu yang tertinggal di kamar itu?" ucap Darren. Alara mengangkat wajahnya. Darren melangkahkan kakinya mendekat Alara di depan jendela kamar, menatapnya dalam. Ia tak terlihat seperti pria yang baru saja menjalani malam dengan perempuan yang dibayarnya. Ada sesuatu di sorot matanya. Bukan iba. Tapi juga bukan hasrat. Lebih seperti ... pengakuan."Saya tidak mengerti maksud Bapak," ucap Alara pelan, menunduk sedikit demi mengalihkan pandangannya. Darren berjalan masuk sebentar dan kembali berdiri di depannya, lalu mengulurkan secarik kertas yang dilipat dua. Alara menerimanya, membuka perlahan. Isinya bukan surat cinta, bukan cek kosong. Tapi surat izin tidak masuk kerja, ditandatangani langsung oleh Darren Julian Whitmore."Aku minta kamu libur hari ini," kata Darren. "Dan temui adikmu. Dia pasti merindukanmu," lanjutnya. Alara menatapnya lama, mencoba membaca maksud tersembunyi di balik kalimat itu. Tapi wajah Darren terlalu tenang untuk bisa ditebak."K

  • Istri Rahasia CEO Dingin   5 - Perpanjangan Kontrak

    Alara mengangkat wajahnya perlahan. "Jadi saya boleh pergi?" Darren berdiri bersandar di ambang pintu kamar mandi dengan lengan menyilang. Sorot matanya terlihat tajam menatap Alara. "Tidak," jawab Darren setelahnya. Alara menegakkan tubuh. "Tapi tadi Bapak bilang saya boleh pergi. Lalu sekarang berubah lagi? Kenapa semakin sesuka hati Bapak saja." "Saya memang bilang begitu. Tapi saya berubah pikiran,” ucap Darren. Alara menarik napas panjang. "Kenapa? Apa kamu pikir kamu bisa merubah kontrak semaumu?" Darren berjalan mendekatinya perlahan, berhenti beberapa langkah di depannya. "Aku sudah memindahkan adikmu ke rumah sakit elit yang biayanya tidak murah. Aku sudah menanggung semuanya. Dan sekarang aku mau perpanjangan kontrak." Alara mengeraskan rahangnya. "Bapak pikir saya bisa langsung setuju hanya karena Bapak sudah bayarin semua itu?" Ponsel Alara tiba-tiba bergetar. Ia menunduk, melihat layar. Lalu matanya membulat sempurna. Transfer Masuk: Rp500.000.000,- da

  • Istri Rahasia CEO Dingin   4 - Mengingkari Janji

    "Bagaimana kalau aku tidak puas?"Pertanyaan itu masih terngiang-ngiang di kepala Alara saat ia berdiri di depan jendela kamar. Udara pagi yang lembab dan dingin menusuk kulitnya, tapi yang membuatnya menggigil bukan suhu ruangan. Melainkan ucapan pria yang semalam telah membeli keperawanannya."Saya mohon maaf, Pak Darren, tapi bukankah semalam Bapak bilang ini hanya satu malam?" tanya Alara.Ia menoleh, menatap pria itu yang duduk santai di atas ranjang. Dengan kemeja putih yang sudah setengah dikenakan dan rambut sedikit berantakan karena baru bangun, Darren Whitmore terlihat tenang. Terlalu tenang untuk seseorang yang baru saja menjungkirbalikkan hidup seseorang.Darren tidak langsung menjawab. Ia hanya menatap Alara dengan ekspresi kosong yang tidak bisa ditebak.Alara melanjutkan, nada suaranya sedikit naik. "Kita sudah sepakat. Saya juga sudah menandatangani kontrak yang sudah Bapak buat. Saya akan mendapatkan uang ketika saya menikah dengan Bapak, secara agama, hanya untuk sat

  • Istri Rahasia CEO Dingin   3 - Malam Pelepasan

    Alara berdiri di depan cermin, menatap pantulan dirinya sendiri. Matanya merah karena habis menangis karena perkataan Darren tadi terus mengulang di telinganya. Ia menyisir rambut dengan tangan kosong, lalu menarik napas panjang. Ini bukan soal suka atau tidak suka. Ini soal bertahan hidup. Demi adiknya juga.Ia membuka pintu kamar mandi. melangkah keluar mengenakan gaun tidur tipis berwarna krem pucat yang terlihat anggun di tubuhnya. Gaun itu seperti dirancang khusus untuk malam ini. Ia tidak tahu harus merasa takut, gugup, atau justru ingin cepat menyelesaikannya.Saat ia keluar dari kamar mandi, lampu di kamar tidur sudah diredupkan. Musik klasik mengalun pelan entah dari mana, dan Darren sedang berdiri di dekat tempat tidur, punggungnya menghadap ke arah Alara.Darren pun berbalik perlahan saat mendengar langkah Alara. Tatapan mereka bertemu. Darren memandangi Alara seakan ingin mengukir sosoknya dalam ingatan. Bukan sebagai sekretaris, bukan sebagai alat transaksi. Tapi seorang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status