Home / Romansa / Istri Rahasia CEO Dingin / 5 - Perpanjangan Kontrak

Share

5 - Perpanjangan Kontrak

Author: Tiara Putri
last update Last Updated: 2025-07-18 17:00:21

Alara mengangkat wajahnya perlahan. "Jadi saya boleh pergi?"

Darren berdiri bersandar di ambang pintu kamar mandi dengan lengan menyilang. Sorot matanya terlihat tajam menatap Alara.

"Tidak," jawab Darren setelahnya.

Alara menegakkan tubuh. "Tapi tadi Bapak bilang saya boleh pergi. Lalu sekarang berubah lagi? Kenapa semakin sesuka hati Bapak saja."

"Saya memang bilang begitu. Tapi saya berubah pikiran,” ucap Darren.

Alara menarik napas panjang. "Kenapa? Apa kamu pikir kamu bisa merubah kontrak semaumu?"

Darren berjalan mendekatinya perlahan, berhenti beberapa langkah di depannya. "Aku sudah memindahkan adikmu ke rumah sakit elit yang biayanya tidak murah. Aku sudah menanggung semuanya. Dan sekarang aku mau perpanjangan kontrak."

Alara mengeraskan rahangnya. "Bapak pikir saya bisa langsung setuju hanya karena Bapak sudah bayarin semua itu?"

Ponsel Alara tiba-tiba bergetar. Ia menunduk, melihat layar. Lalu matanya membulat sempurna.

Transfer Masuk: Rp500.000.000,- dari Darren Julian Whitmore.

Alara mematung. Tangannya gemetar memegang ponsel. Setelahnya ia menatap Darren di hadapannya.

"Anggap itu sebagai nafkah pertamamu. Dan bukti kalau aku tidak main-main dengan kontrak ini," ucap Darren.

"Bapak mentransfer uang sebanyak itu?" suara Alara bergetar.

"Saya tidak suka menunggu atau berdebat, Al. Dan kamu tau itu," katanya singkat. "Kontraknya sudah dimulai sejak tadi malam. Dan saya mau itu berlanjut."

Alara terdiam beberapa saat. Dalam pikirannya, wajah Riven muncul saat ia terbaring lemah, menggenggam tangannya sambil bilang ia tidak takut mati asalkan kakaknya bisa tetap kuat.

"Apa kamu sadar kalau kamu sudah bertunangan?" suara Alara akhirnya keluar, pelan tapi tajam.

"Dan?" Darren membalas cepat.

"Dan saya tidak mau jadi perempuan perusak," ucap Alara.

"Saya tidak mau membahas soal Selene," Darren langsung menegaskan. "Itu urusanku."

"Kalau dia tahu soal kita—"

"Dia tidak akan tahu," potong Darren.

"Dan kalau saya tidak mau melanjutkan ini?"

Darren menatapnya lurus. "Silakan kembalikan semua uangnya. Pindahkan adikmu kembali ke rumah sakit sebelumnya. Atau ... kamu teruskan. Dan pastikan kontrak ini berjalan tanpa drama."

Alara mengepalkan tangan. Ia bisa saja marah, menolak, dan pergi tapi nyawa adiknya bukan alat taruhan. Bahkan jika harga dirinya harus diremukkan berkali-kali.

"Baik," gumamnya.

Darren menatapnya, lalu melangkah ke meja kecil di sudut kamar. Ia mengambil dua berkas dari dalam laci dan menyerahkannya ke Alara.

"Silahkan kamu baca poin-poin yang ada di dalamnya," ucap Darren.

Alara membaca cepat dokumen itu, seolah-olah mereka itu adalah rekan bisnis. Tapi memang layak disebut rekan bisnis daripada suami istri. Alara penjual dan Darren sebagai pembeli, hanya itu.

"Bapak menulis ini semua?" tanya Alara.

"Tidak. Aku minta Theo yang menyiapkannya. Tapi aku setujui setiap poinnya," jawab Darren. Ya, memang Darren menyuruh Theo menyiapkan dokumen tersebut semalam. Awalnya Theo ragu, tapi akhirnya ia menuruti sahabatnya itu karena sesuatu hal. Dan Alara memang layak mendapatkannya.

Alara menarik napas dalam. "Baiklah. Saya akan tandatangani," ucapnya.

"Bagus. Di kantor kamu tetap sekretarisku. Di luar kantor, kamu tinggal di rumah ini. Semuanya aman. Dan tidak ada satu pun yang tahu kamu ada di sini." Darren menatap Alara yang kini juga menatapnya.

Alara mengangguk pelan. Ia akan selalu ingat kalau ia menyetujuinya hanya karena Riven. Tidak lebih dari itu. Memang apa yang bisa Alara harapkan? Cinta? Sepertinya lebih tidak mungkin.

"Apa saya masih bekerja dan masih sekretaris Bapak?" tanyanya untuk memastikan. Bagaimanapun juga ia masih membutuhkan kerja. Setidaknya ia bisa menambah tabungannya setelah nanti kontrak pernikahannya dan Darren selesai.

"Ya. Tadi aku sudah bilang. Kamu di kantor tetap sekretarisku. Semuanya masih sama. Hanya saja setelah jam kerja kamu harus tau posisi kamu di mana," jawab Darren.

Darren diam sesaat. Lalu menatapnya lebih lama.

"Kamu tahu," katanya pelan, "kalau kamu tidak menatapku dengan sorot marah seperti itu, mungkin aku bisa saja lupa bahwa ini cuma kontrak."

Alara tidak menjawab. Ia menunduk, menatap tangannya sendiri.

Hening.

Hingga akhirnya Darren bicara lagi, nadanya terdengar kesal. "Dan satu lagi."

Alara mengangkat kepala. "Apa?"

"Berhenti memanggil aku 'Pak'. Kalau kamu bisa tidur di ranjang yang sama denganku, kamu bisa memanggilku dengan sesuatu yang lebih layak. Ingat posisimu, Al.”

Alara mengangkat wajahnya perlahan, menatap Darren tanpa ekspresi. "Panggilan seperti apa yang Bapak mau? Sayang?"

Darren tidak menjawab. Hanya menatap balik dengan sorot mata yang tidak bisa ditebak. Alara tersenyum miring.

"Saya hanya sekretaris Bapak, bukan pacar, bukan istri sungguhan juga. Saya masih hafal apa yang tertulis di kontrak perjanjian yang baru saja saya tanda tangani itu. Jadi maunya kamu saya panggil apa, Pak Darren?" Nada suaranya datar, tapi tiap katanya seperti tantangan.

Darren melangkah mendekati Alara, berhenti tepat di depannya. "Panggil aku dengan cara yang membuatmu ingat kalau kamu sekarang milik siapa."

"Karena kalau kamu masih terus bersikap seperti ini, aku akan buat kamu ingat setiap malam kenapa kamu ada di rumah ini," sambungnya menatap Alara dengan senyuman miring.

Alara berdecih. "Tanpa Bapak ingatkan saya juga ingat alasan saya berada di rumah ini,” ucapnya.

Alara melangkahkan kakinya hendak keluar kamar. Namun di ambang pintu ia berhenti setelah Darren bilang, "Kamu pikir cuma keperawananmu yang tertinggal di kamar itu?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Rahasia CEO Dingin   8 - Bukan Yang Diinginkan, Tapi Dibutuhkan

    Pagi itu masih terasa dingin. Matahari belum sepenuhnya naik ketika Alara masih duduk diam di meja makan, menatap kosong ke arah secangkir tehnya yang mulai kehilangan uap. Wajahnya tenang, tapi tangannya bergetar pelan saat memutar sendok kecil dalam cangkir porselen.Langkah kaki terdengar menuruni tangga. Darren muncul dengan kemeja putih separuh dikancingkan, dasi dan jas tergantung di lengannya. Rambutnya masih basah, wajahnya terlihat segar setelah mandi, tapi tatapan matanya tetap seperti semalam: tajam, rumit, dan tak bisa ditebak.Tanpa berkata sepatah kata pun, ia menghampiri Alara dan meletakkan dasi serta jasnya di atas meja."Pakaikan," ucapnya pendek.Alara mengangkat wajah, sedikit ragu. Tapi Darren hanya berdiri di hadapannya, menatap lurus, menuntut dengan sikap tenangnya yang seperti biasa. Alara bangkit perlahan. Tangannya gemetar sedikit saat menyentuh kerah kemeja Darren, membetulkan posisinya sebelum melilitkan dasi biru gelap di leher pria itu.Darren tak menund

  • Istri Rahasia CEO Dingin   7 - Siapa Aku Di Hidupmu?

    "Kenapa Bapak ragu mengangkatnya?"Alara bertanya tanpa suara meninggi. Tidak ada nada menuduh, hanya bertanya dan ingin tahu jawaban yang diberikan pria itu.Darren masih menatap layar ponselnya yang terus bergetar. Nama Selene Avallon terpampang jelas, seolah mengingatkan posisi dan janji-janji yang pernah dia buat. Tapi malam ini, rumah tempatnya berdiri, perempuan yang ada di hadapannya, dan sesuatu yang bergemuruh di dalam dirinya—semuanya terasa seperti pengkhianatan terhadap kehidupan yang selama ini ia jalani bersama Selene.Ia akhirnya menekan tombol merah.Panggilan berhenti."Aku tidak ingin membicarakan tentang dia malam ini," ucap Darren, tenang tapi dingin.Alara mengangguk pelan. "Baik."Ia tidak bertanya lagi. Tapi justru sikap diam Alara yang membuat Darren tidak tenang."Kamu tidak penasaran, Al?" tanya Darren akhirnya."Penasaran? Untuk apa? Saya bukan siapa-siapa," jawab Alara datar. "Saya cuma perempuan yang Bapak bayar.""Jangan bicara seperti itu," balas Darren

  • Istri Rahasia CEO Dingin   6 - Penuh Tanya

    "Kamu pikir cuma keperawananmu yang tertinggal di kamar itu?" ucap Darren. Alara mengangkat wajahnya. Darren melangkahkan kakinya mendekat Alara di depan jendela kamar, menatapnya dalam. Ia tak terlihat seperti pria yang baru saja menjalani malam dengan perempuan yang dibayarnya. Ada sesuatu di sorot matanya. Bukan iba. Tapi juga bukan hasrat. Lebih seperti ... pengakuan."Saya tidak mengerti maksud Bapak," ucap Alara pelan, menunduk sedikit demi mengalihkan pandangannya. Darren berjalan masuk sebentar dan kembali berdiri di depannya, lalu mengulurkan secarik kertas yang dilipat dua. Alara menerimanya, membuka perlahan. Isinya bukan surat cinta, bukan cek kosong. Tapi surat izin tidak masuk kerja, ditandatangani langsung oleh Darren Julian Whitmore."Aku minta kamu libur hari ini," kata Darren. "Dan temui adikmu. Dia pasti merindukanmu," lanjutnya. Alara menatapnya lama, mencoba membaca maksud tersembunyi di balik kalimat itu. Tapi wajah Darren terlalu tenang untuk bisa ditebak."K

  • Istri Rahasia CEO Dingin   5 - Perpanjangan Kontrak

    Alara mengangkat wajahnya perlahan. "Jadi saya boleh pergi?" Darren berdiri bersandar di ambang pintu kamar mandi dengan lengan menyilang. Sorot matanya terlihat tajam menatap Alara. "Tidak," jawab Darren setelahnya. Alara menegakkan tubuh. "Tapi tadi Bapak bilang saya boleh pergi. Lalu sekarang berubah lagi? Kenapa semakin sesuka hati Bapak saja." "Saya memang bilang begitu. Tapi saya berubah pikiran,” ucap Darren. Alara menarik napas panjang. "Kenapa? Apa kamu pikir kamu bisa merubah kontrak semaumu?" Darren berjalan mendekatinya perlahan, berhenti beberapa langkah di depannya. "Aku sudah memindahkan adikmu ke rumah sakit elit yang biayanya tidak murah. Aku sudah menanggung semuanya. Dan sekarang aku mau perpanjangan kontrak." Alara mengeraskan rahangnya. "Bapak pikir saya bisa langsung setuju hanya karena Bapak sudah bayarin semua itu?" Ponsel Alara tiba-tiba bergetar. Ia menunduk, melihat layar. Lalu matanya membulat sempurna. Transfer Masuk: Rp500.000.000,- da

  • Istri Rahasia CEO Dingin   4 - Mengingkari Janji

    "Bagaimana kalau aku tidak puas?"Pertanyaan itu masih terngiang-ngiang di kepala Alara saat ia berdiri di depan jendela kamar. Udara pagi yang lembab dan dingin menusuk kulitnya, tapi yang membuatnya menggigil bukan suhu ruangan. Melainkan ucapan pria yang semalam telah membeli keperawanannya."Saya mohon maaf, Pak Darren, tapi bukankah semalam Bapak bilang ini hanya satu malam?" tanya Alara.Ia menoleh, menatap pria itu yang duduk santai di atas ranjang. Dengan kemeja putih yang sudah setengah dikenakan dan rambut sedikit berantakan karena baru bangun, Darren Whitmore terlihat tenang. Terlalu tenang untuk seseorang yang baru saja menjungkirbalikkan hidup seseorang.Darren tidak langsung menjawab. Ia hanya menatap Alara dengan ekspresi kosong yang tidak bisa ditebak.Alara melanjutkan, nada suaranya sedikit naik. "Kita sudah sepakat. Saya juga sudah menandatangani kontrak yang sudah Bapak buat. Saya akan mendapatkan uang ketika saya menikah dengan Bapak, secara agama, hanya untuk sat

  • Istri Rahasia CEO Dingin   3 - Malam Pelepasan

    Alara berdiri di depan cermin, menatap pantulan dirinya sendiri. Matanya merah karena habis menangis karena perkataan Darren tadi terus mengulang di telinganya. Ia menyisir rambut dengan tangan kosong, lalu menarik napas panjang. Ini bukan soal suka atau tidak suka. Ini soal bertahan hidup. Demi adiknya juga.Ia membuka pintu kamar mandi. melangkah keluar mengenakan gaun tidur tipis berwarna krem pucat yang terlihat anggun di tubuhnya. Gaun itu seperti dirancang khusus untuk malam ini. Ia tidak tahu harus merasa takut, gugup, atau justru ingin cepat menyelesaikannya.Saat ia keluar dari kamar mandi, lampu di kamar tidur sudah diredupkan. Musik klasik mengalun pelan entah dari mana, dan Darren sedang berdiri di dekat tempat tidur, punggungnya menghadap ke arah Alara.Darren pun berbalik perlahan saat mendengar langkah Alara. Tatapan mereka bertemu. Darren memandangi Alara seakan ingin mengukir sosoknya dalam ingatan. Bukan sebagai sekretaris, bukan sebagai alat transaksi. Tapi seorang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status