'A-Apa maksudnya ini?'
Mata indah Zayn memerah, ingin rasanya dia membakar wajah Angkasa yang muncul di layar komputer itu.Tampaknya, dia memberi pelajaran terlalu kecil di bandara tadi. Zayn mengeluarkan sebuah kamera dari saku bajunya, lalu memasukan SDCard ke komputer. Anak kecil itu segera mengupload video berisi Angkasa yang dipipisi olehnya tadi.Setelah selesai, Zayn tersenyum, dia kembali menyelidiki sejenak tentang David, didapatinya ternyata dia bersekolah di TK Semesta."Sepertinya Taman Kanak-kanak di Bandung cukup bagus."Zayn tersenyum getir, setelah dia menghapus jejak di komputer itu dengan bersih, anak kecil itu mematikan komputer lalu bangkit berdiri dan mulai membantu Tasya membereskan kopernya. Tubuh yang kecil itu membuatnya sedikit kesulitan untuk menggantungkan baju di lemari.Zayn melihat kaki kecilnya itu dengan kesal. "Aku akan makan yang banyak! Dan segera tumbuh besar, dengan begitu aku bisa melindungi Momy," dengusnya menggerutu.Sadar dirinya kesusahan, Zayn mengambil sebuah kursi dan meletakkannya di depan lemari baju, lalu naik ke atas kursi tersebut dan kembali menggantungkan pakaian Tasya dan dirinya di dalam lemari."Tasya …. kamu sudah pulang? Coba kulihat, apakah kau semakin kurus enam tahun ini?" Adelia bergerak mendekat dan memeluk Tasya, dia berlari sembari matanya memerah."Apa maksudmu?! Bukankah aku baik-baik saja? Kenapa menangis?" Hati Tasya sedikit bergetar melihat Adelia yang berlari berlinang air mata."Baik baik saja? Kamu sebut ini baik-baik saja?" Tanya Adelia mengerutkan keningnya. "Baiklah, kali ini jangan pergi lagi, ada aku, aku akan menjagamu.""Baik, aku akan membiarkanmu menjagaku. Untuk sementara waktu aku tidak pergi dulu, di sini ada bisnis yang sedang dijalankan, paling aku menetap beberapa bulan," jawabnya memegangi pipi Adelia yang mulai basah. "Sudah, jangan menangis lagi, ayo bertemu dengan anakku."Tasya menggandeng tangan Adelia dan membawanya ke depan kamar. "Zayn, kemari dan temui Tante Adelia."Ketika Zayn membuka pintu kamar, dia melihat Zayn yang tengah berjinjit untuk menggantung bajunya. Mendengar suara Tasya memanggilnya, dia segera menoleh, dirinya yang berdiri dengan tidak stabil itu langsung terjatuh dari kursi ke lantai."Ah!""Awas!" Tasya segera maju untuk menopangnya, Adelia lebih cepat selangkah, dan da segera memeluk Zayn, dan mereka berdua sama-sama terjatuh ke lantai.Adelia bergerak tanpa dia sadari, dia meraba wajah Zayn seperti boneka. "Astaga, Tasya, anakmu cakep banget!"Selesai mengatakannya, dia segera mencium pipi Zayn tanpa hentiZayn terkesiap seketika. "Kenapa wanita tua sepertimu mencium pipiku? Cepat bangun!""Apa kamu bilang?" Adelia terkejut mendengar ucapan bocah lima tahun itu. "Hei bocah, aku baru 27 tahun, apa terlihat tua?""Aku baru 5 tahun, bagiku, kamu sudah sangat tua!" ujar Zayn mencoba merangkak berdiri. "Tante, cepatlah bangun, kamu sedang menghimpitku!"Zayn bukannya anak yang tidak tahu sopan santun, dia bahkan bukan tipe anak yang menyebalkan seperti itu, tapi Adelia tiba-tiba mencium pipinya!Ini tidak bisa diterima olehnya yang terkesan dewasa itu.Adelia yang merasa hatinya tertusuk itu langsung meledak. "Tasya, kamu …. yakin ini anakmu?"Tasya yang melihat mereka berdua itu hanya tertawa. "Hahaha …. Sudah, sudah, Adelia, cepat bangun, Zayn tidak suka orang lain menciumnya."Sambil berkata demikian Tasya ingin mengulurkan tangannya untuk menarik Adelia.Namun, Adelia justru semakin ingin menjahili Zayn. "Kamu tidak ingin dicium ya? Aku justru semakin ingin menciummu, sini kucium!" Adelia menangkap wajah Zayn dan menciuminya beberapa kali.Wajah Zayn berubah, dia langsung mengambil sesuatu dari koper Tasya, lalu menuju kearah Adelia."Ahh!" Adelia dikagetkan oleh sebuah alat kejut listrik. "Sialan! Bocah, apa kamu ingin membunuhku?" Gerutunya dengan kesal."Ini adalah peralatan bertahan diri yang kuberikan pada Mama, tak menyangka hari ini aku justru memakainya untuk melawan seorang wanita tua sepertimu!" Zayn bangkit berdiri dengan tenang, lalu beranjak ke toilet.Bocah kecil itu ingin segera mencuci wajahnya yang dipenuhi warna merah lipstik dari mulut Adelia. "Benar-benar menjijikkan!" Zayn kembali menggerutu sembari mengusap wajahnya.Tasya tertawa terbahak-bahak, Adelia justru hampir menangis tanpa bersuara."Bagaimana kamu mengajarinya melakukan tindakan tercela seperti itu? Tampangnya seperti boneka, tapi hatinya begitu kejam?" Adelia menatap Tasya dengan datar."Untuk anak seumurannya, kemampuan kinerja otak milik Zayn memang berbeda dengan yang lain, sebaiknya kamu jaga jarak dengannya," Tasya mengenal anaknya sendiri, dan dia buru-buru minta maaf pada Adelia. "Maafkan anakku yang terlalu cerdas."Hati Adelia terasa begitu sakit meratapi punggung bocah kecil itu. Dia dikalahkan oleh seorang anak berumur lima tahun!?"Hei bocah, aku akan membuat perhitungan untukmu!" Adelia memegang pinggangnya yang merinding karena tersetrum itu, lalu keluar dari kamar mengikuti Tasya.Tasya dan Adelia mengobrol tanpa henti melepas rindu mereka sambil memasak bersama di dapur."Tasya, coba lihat ini!" sahut Adelia menyodorkan ponsel miliknya sambil tertawa. "Ini lucu sekali! Memang, orang jahat harus mendapatkan balasan yang setimpal!"Zayn yang mendengar suara tawa itu mengerutkan keningnya. "Tante, kenapa tawamu begitu cempreng?" ujarnya dengan nada kesal. "Pantas saja kamu masih melajang setua itu!"Mendengar itu Adelia terkejut bukan main. "Hei bocah, apa katamu? Sekali lagi bilang, aku akan menciumu tanpa henti."Zayn menatapnya dengan nyinyir dan segera berjalan ke tempat Tasya, namun raut mukanya berubah dalam sekejap. "Mama, biar aku saja yang bereskan, kamu duduk dan istirahat saja di ruang tamu."Melihat Zayn yang begitu lugu dan juga baik terhadap ibunya, emosi Adelia mereda. "Bocah, untung saja kamu sangat baik terhadap ibumu, jika tidak, aku akan mencabik mulutmu!""Berisik!" gerutu Zayn dengan kesal. "Wanita tua yang bahkan tidak mengerti bagaimana mem
Tasya menarik napas dalam-dalam, lalu berkata datar. "Zayn bukan anak yang akan membiarkan dirinya ditindas, tenang saja.""Ya, untuk satu hal ini aku mengakuinya." Adelia dan Tasya terus mengobrol tanpa henti.Sementara Angkasa, pria itu sedang mengamuk hebat di dalam kantornya."Siapa yang menyebarkannya di internet?!""Apakah orang-orang yang dibayar untuk menjaga privasi terhadap publik itu hanya makan gaji buta, tidak bisa melakukan apa-apa? Video seperti ini bisa beredar di internet, apa yang mereka lakukan?" Angkasa melemparkan ponsel di hadapannya itu ke arah Ethan.Ethan berkeringat dingin.Dia juga baru menemukan video itu, ketika ingin menghapusnya, video itu sudah terlanjur menyebar. "Tuan Angkasa, kami juga sedang berusaha membereskannya, tapi sepertinya pihak yang menyebarkan itu menambahkan virus di dalamnya. Sehingga komputer kami terjangkit virus, saat ini teknisi IT sedang memperbaikinya," jawab Ethan dengan gemetar.Melihat Angkasa yang hanya terdiam, Ethan kembali
Sudah begitu lama Angkasa tidak semarah itu, bahkan sudah lama dia tidak turun tangan untuk membereskan masalah seperti ini. Mau tak mau dia mengakui, ahli IT di pihak sana sangat hebat, namun dia dapat melihatnya, pihak lawannya ini kurang berpengalaman.Melihat dirinya tidak bisa bergerak lagi di layar, Zayn tahu dirinya sudah dikunci. "Kacau!" dengusnya sembari terus menerus mengetik di laptop yang dia gunakan.Zayn ingin keluar dari database milik Wijaya Company, saat ini layarnya tidak bisa dikontrol olehnya sendiri. 'Bagaimana ini?' kebingungan terpancar di wajah Zayn.'Ini berbahaya! Pria bajingan itu bisa mengetahui posisiku!' Zayn segera bergerak, secepat kilat menghubungkan alat lain ke komputer.Tiba-tiba laptop di hadapan Zayn berkedip tanpa henti, layar biru bergaris hitam memenuhi laptop itu. Virus itu telah didobrak semuanya, dan mereka telah berhasil mengunci alamat IP nya.Angkasa semakin bingung melihat alamat IP yang tertera di depan matanya. "Ethan!"Mendengar Angk
Keesokan harinya ….Ketika Tasya bangun di pagi hari, dia melihat Zayn baru dari luar membelikannya sarapan, dan meletakkannya di atas meja."Morning, Mom," Zayn tersenyum lebar pada Tasya.Meskipun raut wajahnya mirip dengan Angkasa, tapi Angkasa tidak pernah tersenyum seperti itu padanya. Sementara itu Zayn adalah malaikat baginya, malaikatnya seorang."Morning too, baby …." Tasya mengusap kepalanya dengan senang.Adelia yang mendengar suara itu segera keluar dari kamar, ketika dilihatnya sarapan yang tertata di atas meja, dia segera berkata dengan gembira, "Tasya, kamu benar-benar pengertian!" Ucapnya dengan wajah penuh kegembiraan. "Kamu bahkan telah membelikan sarapan! Hebat sekali, akhirnya hari ini aku kembali sarapan sebelum ke sekolah.""Zayn yang membelinya, aku juga baru bangun," Tasya merasa sikap Adelia telah kembali seperti biasa, tapi Zayn justru membuatnya pusing."Mama, apa aku benar-benar harus ikut Tante Adelia pergi ke sekolah?" suaranya terdengar malas.Seketika A
Perkataan Angelina membuat wanita yang berada di meja resepsionis itu kewalahan, belum sempat dia menjelaskan identitas Tasya pada Angelina, Tasya justru tertawa.Sebuah tawa yang membuat orang bergidik."Dan siapa kamu? Kamu bagian apa dari Wijaya Company? Kamu yakin ingin mengusirku?" Tak ada kegentaran dalam kata-kata Tasya, bahkan sorot matanya seperti merendahkan dan mengejeknya.Sebuah ekspresi yang menusuk Angelina secara langsung, membuatnya tiba-tiba merasa Tasya sedang mengejeknya!"Apakah aku salah mendengar?" Angel menatap Tasya dengan heran. "Aku adalah calon istri dari CEO Wijaya Company! Kuperingatkan kamu, jauhi Angkasa. Nona resepsionis, segera panggil satpam, bawa wanita jalang ini pergi dari hadapanku!" ucap Angel dengan nada yang tinggi."Calon istri? Berarti sekarang masih belum? Aku harus memberitahumu, bagi Angkasa, aku adalah orang yang sangat penting. Kalau kamu sekarang mengusirku pergi, takutnya aku akan kembali diundang ke sini," Tasya masih tetap berkata d
'Bukan hanya namanya yang mirip, bahkan bentuk tubuh dan cara jalannya pun mirip, tapi wanita itu adalah Helen?'Tapi Angkasa hanya terhenyak sesaat, ia segera bereaksi. "Nona Tasya salah paham, Angel bukanlah orang perusahaan kami, dia hanyalah anggota keluarga saya, tindakannya yang tidak sopan tadi terhadapmu, aku mewakilinya untuk meminta maaf."Kalimat Angkasa itu membuatnya seperti ditusuk belati, membuka kembali luka lama yang telah dikubur oleh Tasya, sakit dan mengalirkan darah."Keluarga?" Tasya tertawa ringan, sorot matanya sangat dingin."Keluarga Tuan Angkasa saja tidak menerimaku, dan Tuan Angkasa masih memintaku percaya bahwa Wijaya Company akan bekerjasama dengan Star Company dengan tulus dan jujur?" Suaranya begitu datar dan mengintimidasi. "Rencana kerjasama kita tidak harus dilakukan bersama Wijaya Company, bukan? Tuan Angkasa, kurasa kami perlu mempertimbangkannya ulang."Selesai mengatakannya, Tasya berbalik pergi. Meskipun rambutnya berantakan, wajahnya merah ben
Sekujur tubuh Angel tiba-tiba menjwdi kaku, wajahnya pucat pasi. "Tidak! Angkasa, kamu tidak bisa berbuat seperti itu padaku! Aku adalah mama David, kalau kamu mengusirku, bagaimana dengan David?" ucapnya dengan wajah yang penuh penyesalan. "Angkasa, aku sudah salah, aku benar-benar tidak sengaja."Buru-buru dia memeluk lengan Angkasa dan memohon padanya. Sudah enam tahun, setelah dia melahirkan David, dia akhirnya berhasil masuk ke dalam keluarga Angkasa dengan mengatasnamakan David sebagai cucu sulung keluarga itu. Namun sikap Angkasa terhadapnya justru berubah seperti langit dan bumi.Dia bersikap sangat baik pada David, hampir semua hal yang baik diberikannya pada David. Namun, ketika bersikap padanya, Angkasa justru seakan-akan berhadapan dengan orang asing.Semua orang mengira Angkasa memperlakukannya dengan baik, dan memang dia memberikan apapun keuangannya. Namun, yang dia inginkan adalah menjadi istri Angkasa, bukannya tinggal di rumah keluarga Angkasa dengan identitas yang m
Tasya segera mencari apotek setelah meninggalkan Wijaya Company, dia membeli sedikit es batu dan obat memar, lalu pulang ke rumah.Untungnya Zayn sedang bersama Adelia di sekolah. Kalau tidak, dia tak tahu bagaimana menjelaskan kejadian yang menimpa dirinya barusan. Terkadang Tasya sungguh bersyukur pada Tuhan, di saat dia paling putus asa, dia diberikan Zayn yang seperti malaikat baginya. Meskipun masih kecil, bocah enam tahun itu sangat pengertian terhadap dirinya.Mengingat anaknya, wajah Tasya menghangat. Dia bergegas pulang ke rumah, lalu mengompres wajahnya dengan es batu, dingin es yang menusuk itu membuat matanya menyipit.'Angel sampai sekarang belum menjadi istri Angkasa, kenapa?'Kalau mengingat kejadian itu, dia telah melahirkan seorang anak laki-laki bagi Angkasa. Hal ini adalah sebuah keberhasilan, dan lagi Angkasa punya perasaan terhadap dirinya.Bahkan, sampai tega membunuh istrinya sendiri? Tapi mengapa dia tidak menikah dengannya?Tasya tidak mengerti bagian ini, di