Share

Bab 6

'A-Apa maksudnya ini?'

Mata indah Zayn memerah, ingin rasanya dia membakar wajah Angkasa yang muncul di layar komputer itu.

Tampaknya, dia memberi pelajaran terlalu kecil di bandara tadi. Zayn mengeluarkan sebuah kamera dari saku bajunya, lalu memasukan SDCard ke komputer. Anak kecil itu segera mengupload video berisi Angkasa yang dipipisi olehnya tadi.

Setelah selesai, Zayn tersenyum, dia kembali menyelidiki sejenak tentang David, didapatinya ternyata dia bersekolah di TK Semesta.

"Sepertinya Taman Kanak-kanak di Bandung cukup bagus."

Zayn tersenyum getir, setelah dia menghapus jejak di komputer itu dengan bersih, anak kecil itu mematikan komputer lalu bangkit berdiri dan mulai membantu Tasya membereskan kopernya. Tubuh yang kecil itu membuatnya sedikit kesulitan untuk menggantungkan baju di lemari.

Zayn melihat kaki kecilnya itu dengan kesal. "Aku akan makan yang banyak! Dan segera tumbuh besar, dengan begitu aku bisa melindungi Momy," dengusnya menggerutu.

Sadar dirinya kesusahan, Zayn mengambil sebuah kursi dan meletakkannya di depan lemari baju, lalu naik ke atas kursi tersebut dan kembali menggantungkan pakaian Tasya dan dirinya di dalam lemari.

"Tasya …. kamu sudah pulang? Coba kulihat, apakah kau semakin kurus enam tahun ini?" Adelia bergerak mendekat dan memeluk Tasya, dia berlari sembari matanya memerah.

"Apa maksudmu?! Bukankah aku baik-baik saja? Kenapa menangis?" Hati Tasya sedikit bergetar melihat Adelia yang berlari berlinang air mata.

"Baik baik saja? Kamu sebut ini baik-baik saja?" Tanya Adelia mengerutkan keningnya. "Baiklah, kali ini jangan pergi lagi, ada aku, aku akan menjagamu."

"Baik, aku akan membiarkanmu menjagaku. Untuk sementara waktu aku tidak pergi dulu, di sini ada bisnis yang sedang dijalankan, paling aku menetap beberapa bulan," jawabnya memegangi pipi Adelia yang mulai basah. "Sudah, jangan menangis lagi, ayo bertemu dengan anakku."

Tasya menggandeng tangan Adelia dan membawanya ke depan kamar. "Zayn, kemari dan temui Tante Adelia."

Ketika Zayn membuka pintu kamar, dia melihat Zayn yang tengah berjinjit untuk menggantung bajunya. Mendengar suara Tasya memanggilnya, dia segera menoleh, dirinya yang berdiri dengan tidak stabil itu langsung terjatuh dari kursi ke lantai.

"Ah!"

"Awas!" Tasya segera maju untuk menopangnya, Adelia lebih cepat selangkah, dan da segera memeluk Zayn, dan mereka berdua sama-sama terjatuh ke lantai.

Adelia bergerak tanpa dia sadari, dia meraba wajah Zayn seperti boneka. "Astaga, Tasya, anakmu cakep banget!"

Selesai mengatakannya, dia segera mencium pipi Zayn tanpa henti

Zayn terkesiap seketika. "Kenapa wanita tua sepertimu mencium pipiku? Cepat bangun!"

"Apa kamu bilang?" Adelia terkejut mendengar ucapan bocah lima tahun itu. "Hei bocah, aku baru 27 tahun, apa terlihat tua?"

"Aku baru 5 tahun, bagiku, kamu sudah sangat tua!" ujar Zayn mencoba merangkak berdiri. "Tante, cepatlah bangun, kamu sedang menghimpitku!"

Zayn bukannya anak yang tidak tahu sopan santun, dia bahkan bukan tipe anak yang menyebalkan seperti itu, tapi Adelia tiba-tiba mencium pipinya!

Ini tidak bisa diterima olehnya yang terkesan dewasa itu.

Adelia yang merasa hatinya tertusuk itu langsung meledak. "Tasya, kamu …. yakin ini anakmu?"

Tasya yang melihat mereka berdua itu hanya tertawa. "Hahaha …. Sudah, sudah, Adelia, cepat bangun, Zayn tidak suka orang lain menciumnya."

Sambil berkata demikian Tasya ingin mengulurkan tangannya untuk menarik Adelia.

Namun, Adelia justru semakin ingin menjahili Zayn. "Kamu tidak ingin dicium ya? Aku justru semakin ingin menciummu, sini kucium!" Adelia menangkap wajah Zayn dan menciuminya beberapa kali.

Wajah Zayn berubah, dia langsung mengambil sesuatu dari koper Tasya, lalu menuju kearah Adelia.

"Ahh!" Adelia dikagetkan oleh sebuah alat kejut listrik. "Sialan! Bocah, apa kamu ingin membunuhku?" Gerutunya dengan kesal.

"Ini adalah peralatan bertahan diri yang kuberikan pada Mama, tak menyangka hari ini aku justru memakainya untuk melawan seorang wanita tua sepertimu!" Zayn bangkit berdiri dengan tenang, lalu beranjak ke toilet.

Bocah kecil itu ingin segera mencuci wajahnya yang dipenuhi warna merah lipstik dari mulut Adelia. "Benar-benar menjijikkan!" Zayn kembali menggerutu sembari mengusap wajahnya.

Tasya tertawa terbahak-bahak, Adelia justru hampir menangis tanpa bersuara.

"Bagaimana kamu mengajarinya melakukan tindakan tercela seperti itu? Tampangnya seperti boneka, tapi hatinya begitu kejam?" Adelia menatap Tasya dengan datar.

"Untuk anak seumurannya, kemampuan kinerja otak milik Zayn memang berbeda dengan yang lain, sebaiknya kamu jaga jarak dengannya," Tasya mengenal anaknya sendiri, dan dia buru-buru minta maaf pada Adelia. "Maafkan anakku yang terlalu cerdas."

Hati Adelia terasa begitu sakit meratapi punggung bocah kecil itu. Dia dikalahkan oleh seorang anak berumur lima tahun!?

"Hei bocah, aku akan membuat perhitungan untukmu!" Adelia memegang pinggangnya yang merinding karena tersetrum itu, lalu keluar dari kamar mengikuti Tasya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status