Share

Bab 7

Tasya dan Adelia mengobrol tanpa henti melepas rindu mereka sambil memasak bersama di dapur.

"Tasya, coba lihat ini!" sahut Adelia menyodorkan ponsel miliknya sambil tertawa. "Ini lucu sekali! Memang, orang jahat harus mendapatkan balasan yang setimpal!"

Zayn yang mendengar suara tawa itu mengerutkan keningnya. "Tante, kenapa tawamu begitu cempreng?" ujarnya dengan nada kesal. "Pantas saja kamu masih melajang setua itu!"

Mendengar itu Adelia terkejut bukan main. "Hei bocah, apa katamu? Sekali lagi bilang, aku akan menciumu tanpa henti."

Zayn menatapnya dengan nyinyir dan segera berjalan ke tempat Tasya, namun raut mukanya berubah dalam sekejap. "Mama, biar aku saja yang bereskan, kamu duduk dan istirahat saja di ruang tamu."

Melihat Zayn yang begitu lugu dan juga baik terhadap ibunya, emosi Adelia mereda. "Bocah, untung saja kamu sangat baik terhadap ibumu, jika tidak, aku akan mencabik mulutmu!"

"Berisik!" gerutu Zayn dengan kesal. "Wanita tua yang bahkan tidak mengerti bagaimana membantu orang lain tapi mau makan dengan enaknya, apakah kamu punya otak?"

Sekali lagi Zayn menusuk Adelia. "Biar kuperjelas, di sini adalah rumahku!"

"Kami bayar uang sewa padamu, apa kamu bayar uang makan pada kami?" Zayn menatap Adelia dengan sinis, membuat Adelia marah hingga tak sanggup berkata-kata.

Melihat Zayn yang bertingkah seperti

itu, Tasya berdeham dan berkata. "Zayn, kamu tidak boleh berkata seperti itu pada tante Adelia. Kamu harus tahu, kamu akan belajar darinya. Kamu harus bersikap hormat kepada gurumu!"

Wajah Zayn seketika merengut. Dia benar-benar tidak ingin ikut Tante Adelia, tapi begitu teringat akan David, teringat akan Angkasa, Zayn pun hanya bisa diam.

Begitu Adelia mendengar bahwa Zayn akan belajar di tempat bekerjanya, dia segera bersemangat kembali. Adelia merupakan seorang guru di TK Semesta sejak kepergian Tasya ke Prancis.

"Tasya, kamu benar-benar akan memasukkannya ke sekolah kami?"

Tasya menganggukkan kepalanya. "Ya, Zayn perlu belajar di TK, aku juga harus bekerja, tidak ada yang

menemaninya di rumah. Kudengar sekolah tempatmu bekerja itu sangat bagus, kali ini aku akan merepotkanmu."

"Tidak, tidak apa-apa," Adelia diam-diam tertawa, sedangkan Zayn mengeluh tanpa suara.

"Oh ya, apa yang kamu tertawakan barusan?" Tanya Tasya sambil menghidangkan nasi dan sayur di atas meja.

Barulah Adelia teringat akan berita yang tadi dilihatnya itu. Buru-buru dia memberikan ponselnya ke depan Tasya, lalu kembali tertawa keras. "Tasya, lihat, Angkasa dipipisi oleh seorang anak kecil," ujarnya sembari tertawa terbahak-bahak. "Hahaha …. keterlaluan. Akhirnya laki-laki brengsek ini dikerjai oleh orang lain."

Perkataan Adelia tanpa sadar membuat Tasya menoleh. Di dalam video terlihat seorang anak kecil sedang menyemprotkan air seninya ke wajah Angkasa. Wajah anak itu tidak jelas, tapi wajah Angkasa yang terlihat sangat jelas, apalagi wajah Angkasa ketika dia sangat marah, benar-benar jelas.

Tasya segera mengenali anak laki-laki di dalam video itu, xia segera menatap Zayn. Dan anak kecil itu buru-buru menunduk.

Tiba-tiba Adelia tertawa nyaring. "Hei, bocah, anak ini bukan kamu, kan? Baju kalian sama persis! Astaga, kelihatannya …. tidak, punyamu kan terlihat besar!"

Kalimat itu membuat muka Zayn merah padam. "Wanita tua, wanita genit!" Bocah kecil itu bangkit berdiri dan buru-buru lari ke kamar.

"Dasar! Wanita tua!"

'Bagaimana bisa aku seperti itu di otak wanita tua itu?!'

Melihat respon Zayn, ditambah lagi melihat Adelia yang tertawa tak karuan seperti itu, mata Tasya lambat laun

menyiratkan kegundahan. Meskipun dia tidak tahu kapan Zayn berhadapan dengan Angkasa, tapi melihat hasil yang seperti ini, Tasya sedikit gembira.

'Dipipisi oleh anaknya sendiri tepat di wajahnya, seharusnya tidak masalah, kan? Tapi mengingat karakter Angkasa, bisa ditebak dia pasti marah besar,' gumam Tasya sembari melihat ponsel itu.

"Tasya, kamu pikir siapa yang memposting foto ini di Internet?" tanya Adelia.

Mendengar itu membuat Tasya tersadar dan menggelengkan kepalanya. "Tidak peduli siapa itu, tapi ini cukup keterlaluan."

"Kalau saja aku adalah dia yang bertemu dengan bocah kecil itu, aku pasti akan langsung menyiramkan larutan asam ke wajahnya!" Dengus Adelia dengan kesal. "Oh ya, anaknya dan Angelina, namanya David, dia juga bersekolah di TK Semesta, apa kamu yakin akan menyekolahkan anakmu itu ke sana?"

Mendengar ucapan itu, raut wajah Tasya mendadak membeku. 'Anak mereka?'

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status