Share

Bab 9

Sudah begitu lama Angkasa tidak semarah itu, bahkan sudah lama dia tidak turun tangan untuk membereskan masalah seperti ini. Mau tak mau dia mengakui, ahli IT di pihak sana sangat hebat, namun dia dapat melihatnya, pihak lawannya ini kurang berpengalaman.

Melihat dirinya tidak bisa bergerak lagi di layar, Zayn tahu dirinya sudah dikunci. "Kacau!" dengusnya sembari terus menerus mengetik di laptop yang dia gunakan.

Zayn ingin keluar dari database milik Wijaya Company, saat ini layarnya tidak bisa dikontrol olehnya sendiri. 'Bagaimana ini?' kebingungan terpancar di wajah Zayn.

'Ini berbahaya! Pria bajingan itu bisa mengetahui posisiku!' Zayn segera bergerak, secepat kilat menghubungkan alat lain ke komputer.

Tiba-tiba laptop di hadapan Zayn berkedip tanpa henti, layar biru bergaris hitam memenuhi laptop itu. Virus itu telah didobrak semuanya, dan mereka telah berhasil mengunci alamat IP nya.

Angkasa semakin bingung melihat alamat IP yang tertera di depan matanya. "Ethan!"

Mendengar Angkasa memanggilnya, buru-buru Ethan berlari ke arahnya. "Tuan Angkasa."

"Periksa di mana posisi alamat IP ini!?" Angkasa mengoper temuannya itu ke Ethan.

Ethan yang melihatnya seketika terdiam.

"Ada apa?" tanya Angkasa melihat ekspresi Ethan yang terkejut.

"Tuan Angkasa, alamat IP ini adalah tempat tinggal keluarga Anda dulu," Ethan mengatakannya dengan terbata-bata.

"Apa katamu?" Wajah Angkasa seketika menegang, suasana yang menekan itu kembali membuat Ethan berkeringat dingin.

"Benar, Tuan Angkasa, ini adalah alamat tempat tinggal keluarga Anda dulu, akulah yang dulu memasangnya sendiri di sana," ujar Ethan dengan percaya diri.

Mata Angkasa semakin menegang. Lawannya ini begitu licik. Sepertinya di akhir waktu fia telah menginstal hard device lain dan memindahkan alamat IP nya. Namun orang ini sangat mengenal dia dan keluarganya, siapa dia?

Kalau itu musuhnya sendiri, maka terlalu menakutkan!

"Periksa! Tidak peduli apa caramu, aku harus tahu sumber video itu, dan orang di baliknya!" Dengus Angkasa dengan kesal.

"Baik!" Ethan merasa beban di pundaknya sangat besar, dia pun segera berlari ke luar.

***

Zayn pun duduk dengan lega di kursinya. Sepertinya ayahnya bukan orang biasa. Tadi hampir saja dia membongkar identitasnya sendiri.

'Berikutnya, aku harus lebih teliti lagi!' gumam Zayn sembari menarik nafas dalam-dalam.

"Zayn, ayo makan." Tasya mengetuk pintu kamar Zayn, hal itu mengagetkannya.

Dengan cepat Zayn segera membuka sebuah permainan, dan berkata dengan malas, "Baik, aku segera ke sana."

Saat dia membuka kamarnya, pandangan Tasya menyapu keadaan di dalam, dilihatnya permainan yang sedang ditampilkan oleh layar monitor, lalu menggeleng kecil. "Berapa kali kukatakan padamu, kurangi bermain, kamu tidak juga mendengarkannya. Dan lagi, kamu harus minta maaf pada tante Adelia, mengerti?"

Sekali lagi alis Zayn mengernyit. 'Minta maaf pada wanita tua itu? Apa tidak salah!?'

"Untuk apa aku meminta maaf? Dia duluan yang memulai," dengus Zayn sedikit tidak terima, kedua matanya yang memiliki lipatan itu menatap lurus pada Tasya, jangan bilang seberapa terlihat kasihannya dia.

Meskipun Tasya tahu Zayn sedang berpura-pura, dia masih tetap tidak bisa menghadapi sikap anaknya yang seperti ini. Dia menggelengkan kepala dan berkata. "Tante Adelia menyukaimu, tapi caramu itu benar-benar bukan cara seorang pria, bukan begitu?"

"Baiklah, aku akan minta maaf padanya," Zayn menunjukkan wajah tidak senangnya, lalu menghela napas sambil berlalu.

Adelia tetap menyukai Zayn, anak itu memang menyenangkan hati, orang tidak tahan marah padanya, tidak berapa lama kemudian dia tidak lagi bersikap dingin padanya. Zayn terlihat terus menahan diri di mata Tasya, sebisa mungkin bocah itu harus menjaga jarak dengan Adelia.

Ketiga orang itu duduk melingkar dengan damai semalaman menyantap makan malam.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status