Share

Bab 8

Tasya menarik napas dalam-dalam, lalu berkata datar. "Zayn bukan anak yang akan membiarkan dirinya ditindas, tenang saja."

"Ya, untuk satu hal ini aku mengakuinya." Adelia dan Tasya terus mengobrol tanpa henti.

Sementara Angkasa, pria itu sedang mengamuk hebat di dalam kantornya.

"Siapa yang menyebarkannya di internet?!"

"Apakah orang-orang yang dibayar untuk menjaga privasi terhadap publik itu hanya makan gaji buta, tidak bisa melakukan apa-apa? Video seperti ini bisa beredar di internet, apa yang mereka lakukan?" Angkasa melemparkan ponsel di hadapannya itu ke arah Ethan.

Ethan berkeringat dingin.

Dia juga baru menemukan video itu, ketika ingin menghapusnya, video itu sudah terlanjur menyebar. "Tuan Angkasa, kami juga sedang berusaha membereskannya, tapi sepertinya pihak yang menyebarkan itu menambahkan virus di dalamnya. Sehingga komputer kami terjangkit virus, saat ini teknisi IT sedang memperbaikinya," jawab Ethan dengan gemetar.

Melihat Angkasa yang hanya terdiam, Ethan kembali bersuara. "Sepertinya ada orang yang sengaja melakukannya."

Perkataan Ethan membuat mata Angkasa menyipit. 'Apakah benar masalah ini disengaja untuk menyerangku?!'

Angkasa mengingat-ingat, saat itu di dalam toilet hanya ada dia dan anak kecil itu. Dia merasa, tidak mungkin anak kecil berumur 4 atau 5 tahun bisa menyusun masalah seperti ini.

'Tapi selain anak kecil itu, siapa lagi yang tahu soal ini? Ataukah saat itu ada orang lain lagi di dalam bilik dan aku tidak menyadarinya?'

Dahi Angkasa mengernyit. Ethan dapat merasakan suasana kantor yang

menegang dan membuat pengap. Hal itu membuatnya mau tak mau dia melonggarkan kancing kemejanya, seakan-akan dengan begitu, dia bisa sedikit membuat dirinya lega.

Tiba-tiba Angkasa angkat bicara. "Apakah Helen sudah dijemput?"

Dia sengaja pergi ke bandara untuk menjemput Helen, namun sayangnya sampai akhir tidak ada orang yang mencari mereka.

Melihat Angkasa yang mengganti topik pembicaraan, Ethan buru-buru menjawab. "Dari pihaknya di Prancis mengatakan bahwa Helen sudah tiba. Mungkin kita terlambat, atau mungkin dia bukan naik penerbangan itu," ujar Ethan sedikit sedikit ragu. "Tuan Angkasa, desainer Helen benar-benar adalah orang yang sombong dan tidak menganggap orang lain."

"Meskipun demikian, dia tetap hanyalah seorang desainer, Anda mau menjemputnya sendiri saja sudah merupakan kehormatan untuknya, tapi sekarang dia bahkan memandang remeh dirimu, apakah ini tidak—"

"Cepat bereskan video itu. Lima menit lagi bila aku masih bisa menemukan video itu, kamu bisa memesan batu nisan, anggap saja aku mengantar kepergianmu. Pergi!" Angkasa tiba-tiba memotong perkataannya, suaranya begitu dalam dan dingin.

Ethan buru-buru menutup mulutnya dan segera berlari pergi. 'Lima menit?'

'Mereka telah menyebarkan virus di video itu, dan untuk membersihkan sebuah virus cukup untuk waktu lima menit, sepertinya Tuan Angkasa ingin membunuhku lebih awal!'

Setelah Ethan meninggalkan ruangannya, Angkasa segera membuka komputernya. Tatapan matanya penuh dengan keterkejutan. Dia mendapati seluruh sistem keamanan kantornya telah dibobol, saat ini sistem keamanan kantor begitu lemah

'Siapa?' gumamnya memandangi layar komputer itu. 'Siapa yang melakukan semua ini?!'

Angkasa berpikir keras, sambil mengetik di keyboard, satu persatu kode

bermunculan, dengan segera menembus baris merah pertama.

***

Demi tidak bertemu dengan Adelia, Zayn mengunci dirinya sendiri di kamar. Bocah kecil itu membuka laptop dan melihat kerugian dan kerusakan yang terjadi di sistem keamanan Wijaya Company, senyumnya mengembang lebar.

Sebuah Virus yang bernama Trojan ini, begitu dimasukkan bisa membuat Angkasa mengalami kerugian besar. Tiba-tiba, komputer yang dipegang Zayn berkedip, baris pertama dinding virus itu telah ditembus.

Zayn seketika terheran-heran. "Ternyata ada ahli IT juga di Wijaya Company."

Dengan segera Angkasa menguncinya. "Tak peduli siapa dirimu, hari ini aku pasti akan menemukanmu!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status