Hari demi hari berlalu, Sari tetap tegar menjalani hidupnya yang berat. Sejak pernikahannya dengan Tuan Adam, semua orang menatap dengan sinis dan selalu menggunjingnya. Dia dicap sebagai perempuan tidak benar. Sehingga Sari memutuskan untuk tidak ke luar rumah.Namun, hidup harus terus berjalan. Tidak mungkin ia berdiam diri di dalam rumah terus, meskipun harus menahan sakit hati karena mendengar cibiran orang-orang. "Ibu-ibu, lihat tuh Sari! Saya jadi takut suatu hari nanti kampung kita kena sialnya!" ujar seorang wanita paruh baya ketika melihat Sari sedang berjalan seorang diri.Wanita berbaju merah pun segera menimpali, "Makanya kita sebagai perempuan harus bisa jaga diri. Jangan mau saja dibujuk rayu sama lelaki!" "Betul Bu, saya tidak menyangka padahal Pak Dulah dulu sangat alim, tetapi putrinya seperti itu. Kasihan Bu Asih, harus ikut menanggung dosa anaknya," sahut perempuan lain menimpali. Sari yang tidak tahan mendengarnya segera meninggalkan tempat itu. Sungguh hatinya
Lima tahun telah berlalu, mentari masih selalu menyinari bumi, begitupun dengan angin yang masih setia berhembus hingga kini. Keduanya masih sama dan tidak berubah, walaupun dimakan usia. Namun, kehidupan harus terus berjalan seperti kisahku.Di tempat inilah aku memulai hidup yang baru. Kini kusudah mantab berhijab sejak tiga tahun yang lalu. Perlahan kumulai bangkit dari ketepurukan dengan menata hati yang sudah remuk ini. Mencoba untuk melupakan semuanya meski itu tidak mungkin.Namun, setidaknya aku tidak lagi memikirkan masa lalu yang begitu kelam. Berkat kerja keras dan doa dari ambu sekarang aku mempunyai warung makan, walaupun kecil. Banyak orang yang mencibir usahaku dengan sebutan ‘Warung makan janda muda’, tetapi aku tidak perduli. Itu kuanggap seperti angin berlalu, kusudah bosan mendengarnya.Selain itu terkadang aku mendapat panggilan untuk memasak di hajatan. Alhamdulillah berkat usaha itu, aku dapat menopang perekonomian keluarga dan menyekolahkan kedua adikku, Jaka da
Aku kembali setelah lima tahun meninggalkan negri ini. Kuinjakan kaki lagi di sebuah tempat, di mana pernah menjadi sebuah kenangan yang tidak mungkin terlupakan seumur hidupku.Perasaan berdosa dan bersalah terus mengerogoti hatiku. Terutama cinta ini yang tidak pernah bisa padam, meskipun diriku sudah ada yang memiliki.Andai waktu dapat kuulang, aku tidak akan melakukan perbuatan terlarang itu. Kini aku merasa seperti mendapatkan sebuah hukuman atas perbuatanku di masa lalu. Sampai sekarang aku belum juga dikaruniai seorang anak pun. Sungguh aku sangat menyesali keputusanku pada buah cinta kita, Sari.Kini aku datang kembali, hanya untuk meminta maaf secara langsung kepadamu Sari. Wanita yang pernah kusakiti secara lahir dan batin. Sungguh aku tidak sanggup menanggung semua beban ini. Jika bukan karena masih memiliki sebuah iman, pasti aku sudah jadi orang gila karena setiap malam bayang-bayangmu dan lengkingan suaramu yang memohon dan mengiba di kakinya waktu itu. Seperti sebuah r
Seorang wanita cantik tampak tergesa memasuki sebuah kantor di Jakarta sambil menarik sebuah koper. Ia segera menuju ke sebuah ruangan yang memiliki jabatan penting di tempat itu. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, perempuan itu langsung masuk sehingga mengejutkan seseorang yang berada di dalamnya.“Sovia, kapan kamu datang?” tanya lelaki itu yang sangat terkejut melihat kedatangan wanita yang dikenalnya.“Di mana Al, Zein?” Sovia tidak menjawab dan langsung balik bertanya.Zein segera berdiri dan menghampiri Sovia lalu berseru, “Duduklah! Tenangkan dirimu!”kemudian Zein segera mengambil sebotol air mineral dari sebuah kulkas mini dan memberikannya kepada Sovia. Kemudian ia ikut duduk di hadapan wanita itu. "Terima kasih," ucap Sovia sambil menerima pemberian Zein dan meminumnya beberapa teguk. Setelah beberapa saat kemudian, ia terlihat lebih tenang."Sekarang ceritakanlah, aku siap mendengarkannya!" seru Zein kembali. “Sudah beberapa hari Al tidak bisa dihubungi. Aku takut te
Tuan Adam memutuskan untuk sementara waktu akan menentap di Indonesia sampai menemukan Sari. Maka dari pada itu, ia segera menghubungi yayasan penyalur asistan rumah tangga dan keamanan. Tidak butuh waktu lama seorang perempuan dan dua orang security segera dikirim mengurus dan menjaga villanya.Tuan Adam memilih stay di vila karenadi tempat inilah hatinya merasa tentram. Ia ingin fokus mendekatkan diri kepada Sang Khalik. Bahkan sampai mengurung diri di dalam kamar untuk merenung dan melakukan ibadah. Hanya cara seprti itulah ia bisa merasa sedikit lebih tenang.Masalah pekerjaan bisa dikendalikan dari rumah. Lagi pula di kantor sudah ada Zein sebagai wakilnya. Jadi ia bisa fokus mencari Sari.“Kamu ada di mana Sari?” lirih Tuan Adam sambil menatap taman. Tiba-tiba bayangan sari sekilas berlari di hadapannya. Lelaki itu tampak tersenyum mengingat kebersamaan mereka waktu itu di sini.“Al,” panggil seseorang yang membuyarkan lamunan Tuan Adam. Tuan Adam segera menoleh dan menatap d
Pagi ini sangat cerah, langit berwarna biru dengan untaian mega berwarna putih. Tuan Adam dan Sovia terlihat sedang sarapan dan fokus dengan makannya masing-masing.“Cepat habiskan! Aku akan mengajakmu ke suatu tempat,” seru Tuan Adam yang memecah keheningan di antara mereka.“Kita mau ke mana?” tanya Sovia dengan mata yang masih sembab.“Ke taman bunga, anggap saja kita sedang liburan di sini,” jawab Tuan Adam sambil menyudahi sarapannya.“Baiklah, tunggu sebentar aku ganti baju dulu,” sahut Sovia yang segera beranjak dari tempat duduknya.Tuan Adam menjawab dengan anggukkan dan berkata, “Kutunggu di mobil ya.” Tidak lama kemudian Sovia sudah keluar dari vila, ia terlihat mengenakan dress dan sebuah kaca mata hitam. Terlihat sangat cantik dan simpel. Tuan Adam segera membukakan pintu mobil dan mereka meluncur pergi.Tuan Adam mengajak Sovia ke taman Bunga Nusantara, wanita itu terlihat senang sekali. Ini adalah pertama kalinya ia mengajak Sovia ke tempat yang cukup romantis. Terlih
Sari sangat terkejut melihat kedatangan putranya. Ia langsung menghambur menyambut Yusuf dan membawanya menjauh dari tempat itu. Mereka segera menghampiri Bayu yang tampak menyusul.Sementara itu Tuan Adam berbalik dan memandangi kepergian Sari. Ia tampak tersenyum melihat Sari dari kejauhan yang telah mempunyai suami dan seorang anak. Ketika wanita itu sudah hilang di balik pepohonan. Seketika Tuan Adam pun tersadar, jika belum mendapatkan ucapan maaf dari Sari. dirinya segera mengejar wanita itu.“Kamu kenapa?” tanya Bayu ketika melihat Sari dengan wajah yang ketakutan.Sari tidak langsung menjawab dan segera memberikan Yusuf minum. Ia kemudian mendekati Bayu dan berbisik, “ Kang, titip Yusuf sebentar! Aku bertemu dengan dia tadi di tempat ini dan semua harus jelas sekarang juga.”“Benarkah? Baiklah kalau begitu aku dan Yusuf akan tunggu di sini,” jawab Bayu yang dijawab anggukkan oleh Sari. Sari segera berlalu kembali ke taman untuk menemui Tuan Adam lagi. Namun, ketika ia sampai
Sovia, tadi aku ketemu teman lama jadi--““Jadi kamu melupakanku begitu saja, sampai meninggalkanku. Seberapa pentingkah temanmu itu?” potong Sovia sambil menatap Tuan Adam dengan mata yang berkaca-kaca.“Maaf, sungguh aku tidak berniat untuk meninggalkamu seorang diri di sana,” ucap Tuan Adam mencoba menjelaskan.“Cukup! Aku lelah dan sedang tidak ingin berdebat lagi denganmu Al,” sergah Sovia sambil membaringkan tubuhnya di atas kasur dengan posisi memunggungi suaminya.Tuan Adam segera merebahkan tubuhnya di sisi Sovia. Dengan perlahan ia memeluk istrinya. Sovia tidak mengelak karena itu adalah kelemahannya yang tidak bisa jauh dari lelaki itu.***Sudah beberapa hari ini Sovia terlihat acuh tak acuh kepada suaminya. Ia ingin menunjukan kepada Tuan Adam, jika dirinya masih merajuk atas kejadian di taman bunga tempo hari. Sovia ingin tahu usaha apa yang akan lelaki itu lakukan untuk membuatnya jadi senang kembali.“Zein, tadi bilang ada beberapa masalah yang tidak kehandle olehnya d