Share

3. Awal Dari Semua

Penulis: Aryan Lee
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-07 09:31:03

Sari segera berdiri dan menghampiri ketika Damar hendak pergi dari tempat itu seraya berseru, “Tunggu Kang Damar!”

Damar segera menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Sari.

“Kenapa Kakang menipu ambu dan Sari?” tanya gadis itu sambil menatap Damar dengan serius.

“Apa bedanya, mau sekarang atau besok kamu memang harus menikah kan?” Damar balik bertanya dan berkelit.

“Tapi tidak seperti ini caranya, Kang!” protes Sari tidak terima dengan perlakuan Damar kepadanya.

“Aku kan sudah bilang kamu akan dijadikan istri.” Damar berkilah sambil melihat Sari acuh tak acuh

“Tetapi kenapa dengan lelaki itu?” tanya Sari yang merasa tertipu.

“Karena Tuan Adamlah yang menginginkan kamu menjadi istrinya. Sekarang layanilah tuan dengan baik! atau kau akan mendapat amarahnya,” ancam Damar dengan serius. “Bawa ia segera ke kamar tuan, Bi!” seru pria itu berlalu dan pergi meninggalkan Sari yang hanya bisa menangis sambil terduduk.

‘Nasi sudah menjadi bubur’ mungkin itulah peribahasa yang tepat untuk Sari. Bi Euis segera memegang kedua bahu Sari dan membantunya berdiri. Kemudian ia mengantar Gadis itu ke tempat yang di tuju. Mereka berhenti di sebuah kamar yang besar. Bi Euis kemudian mengetuk pintu itu beberapa kali.

Tok …! Tok …!”

“Silakan masuk Nyonya! Tuan sudah menunggu di dalam!” seru Bi Euis sambil membukakan pintu.

Dengan perlahan Sari melangkah masuk, terlihat ketakutan yang terpancar dari wajahnya. Sesampai di dalam, gadis itu tampak tertegun melihat sebuah ruangan yang sangat besar bak kamar istana.

“Kemarilah!” seru Tuan Adam yang membuat Sari terkejut.

Selangkah demi selangkah Sari mendekat ke arah pemilik suara yang sedang berdiri sambil menatapnya dengan tajam. Kemudian ia berhenti di depan lelaki itu dan mencoba memberanikan diri untuk menatap Tuan Adam yang kini sudah menjadi suaminya.

Adam adalah Lelaki yang sempurna secara pisik. Tinggi, putih dengan jambang tipis yang tampak menghiasi wajah rupawannya. Mata elangnya begitu serasi dengan alis tebal dan hidung yang bangir. Sari pun serasa menjadi istri seorang pangeran. Entah apakah ia harus senang atau tidak.

“Dengarkan baik-baik! Karena aku tidak akan mengulangi lagi!” Adam berkata dengan serius, “Selama menjadi istriku, pertama kamu dilarang ke luar dari vila ini dan menghubungi siapa pun termasuk keluargamu. Kedua harus patuh dan selalu melayaniku dengan baik. Ketiga jangan pernah menuntut apa pun dan membantah perintahku! Jika kamu melanggar salah satu peraturan itu, maka dirimu harus mengganti mahar yang telah kuberikan 10 x lipat karena peraturan ini sudah kamu tanda tangani, paham?” tutur Adam dengan tegasnya sambil memperlihatkan sebuah kertas yang tertera tanda tangan gadis itu dengan jelas.

Sari tampak terkejut mendengar peraturan itu. Bagaimana mungkin ia tidak boleh bertemu dengan keluarganya sendiri. Gadis itu pun tidak mengerti pernikahan seperti apa ini.

“Sampai kapan aku tidak boleh bertemu dengan keluargaku?” tanya Sari memberanikan diri.

“Sampai aku tidak menginginkan kamu menjadi istriku lagi,” jawab Adam dengan santai, “tapi kamu jangan takut! Selama pernikahan kita, semua kebutuhanmu akan tercukupi tanpa kurang apa pun,” jelasnya memberitahu.

Sari pun tampak menggeleng ia merasa telah terjebak dalam pernikahan ini. Alih-alih ingin mengubah nasib, justru pengekangan yang akan ia terima. Gadis itu pun tidak dapat membayangkan apa yang akan terjadi dengan dirinya kelak.

“Buka bajumu!” seru Tuan Adam sambil menatap Sari dengan tajam. Melihat Sari yang bergeming, membuat lelaki itu tidak sabar kemudian membentak, “Cepat!”

Sari tampak terkejut dengan perlahan mulai membuka setelan kebaya yang dikenakan. Lalu pakaian gadis itu pun jatuh di kakinya. Tuan Adam seketika tersenyum melihat tubuh Sari yang sudah polos. Kemudian ia mendekat dan menarik dagu gadis itu hingga wajah mereka saling bertatapan dengan dekat.

“Damar memang pintar selalu mendapatkan yang bagus,” puji Tuan Adam sambil mengamati wajah Sari dengan saksama. Ia pun tidak peduli ketika buliran air mata jatuh dari pipi gadis itu.

Tuan Adam segera menggendong tubuh istrinya yang dinikahi secara siri itu ke atas tempat tidur, tentu untuk mendapatkan haknya sebagai seorang suami. Lalu ia menghempaskan tubuh Sari di atas kasur yang empuk.

Seperti musafir yang sudah tidak dapat menahan dahaganya, Tuan Adam menjamah tubuh Sari dengan kasar. Entah sudah berapa kali lelaki itu melakukannya. Sari hanya bisa pasrah sambil menahan rasa sakit dengan berderai air mata.

***

Mentari tampak meninggi, menyeruak untaian kabut yang kian menipis. Sinarnya tampak menerobos masuk lewat celah jendela, hingga menerpa wajah Sari yang baru saja terjaga. Ia sangat terkejut melihat tubuhnya hanya terbalut selimut dan berada di kamar yang berbeda.

Sari pun mulai mengingat kejadian semalam dan merasakan tubuhnya terasa sakit dan pegal semua. Terutama di bagian pangkal pahanya yang terasa sangat nyeri sekali. Dengan perlahan, ia segera turun dari atas ranjang dan langsung menuju ke kamar mandi untuk membasuh tubuhnya yang terasa sangat lengket.

Setelah membersihkan diri, Sari segara membuka lemari dan melihat baju yang kurang bahan menurutnya. Akhirnya ia memilih sebuah piama untuk membalut tubuhnya yang penuh dengan jejak berwarna merah kebiruan

Sari segera merebahkan tubuhnya kembali di atas tempat tidur, entah mengapa ia merasa sangat telah sekali. Tidak lama kemudian, pintu kamarnya terketuk dan Bi Euis datang sambil membawa sarapan untuk Sari.

“Silakan dimakan Nyonya!” seru Bi Euis sambil meletakan nampan di atas meja.

Tercium aroma bubur kacang hijau dan harumnya teh melati yang menggoda selera makan Sari. Kebetulan ia merasa sangat lapar sekali setelah melewati malam yang melelahkan

“Apakah Nyonya membutuhkan sesuatu?” tanya Bi Euis dengan sopan.

“Apakah boleh saya meminta beberapa potong baju hangat?” pinta Sari yang dijawab anggukan oleh Bi Euis.

“Hanya itu? Oh ya …” Kemudian Bi Euis tanpa sungkan menanyakan ukuran pakaian dalam Sari, alas kaki bahkan sampai tanggal menstruasinya.

“Itu saja dulu Bi,” ujar Sari sambil merasakan nyeri di tubuhnya.

“Akan tetapi jika Tuan memanggil, Nyonya harus mengenakan gaun yang ada di dalam lemari!” seru Bi Euis yang dijawab anggukan oleh Sari, “Habiskanlah sarapan Nyonya! Nanti saya akan antarkan makan siang!” serunya dan hendak berlalu pergi.

“Tunggu, Bi!” seru Sari yang menghentikan langkah Bi Euis.

“Ada apa, Nya?” tanya Bi Euis sambil menoleh ke arah Sari.

“Ceritakan kepadaku siapa Kang Damar dan Tuan Adam!”

Bi Euis tampak heran mendengar pertanyaan Sari. Kemudian ia pun menjawab, “Nanti Nyonya juga akan tahu, permisi.” Bi Euis segera keluar dari kamar itu tanpa memedulikan Sari yang belum puas atas jawabannya.

Sari hendak mengejar Bi Euis, tetapi ia kembali mengingat perjanjian yang menurutnya sangat merugikan itu. Gadis itu pun mengurungkan niatnya dan bertekad akan mencari tahu siapa Tuan Adam sebenarnya.

BERSAMBUNG

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Sementara Tuan Adam   End 79. Kucintai Kamu Dalam Doaku

    "Memakai hijab itu adalah salah satu kewajiban muslimah demi menjaga auratnya. Tapi mengenakan kerudung itu harus berdasarkan keimanan bukan karena sesuatu hal. Misalnya untuk menarik perhatian orang agar terlihat lebih baik," ujar Azza menjelaskan setelah mendengar keinginan Jelita yang mau memakai hijab. Jelita kemudian menegaskan,"Oh seperti itu, jadi kalau hati kita belum mantap sebaiknya jangan berhijab dulu?" "Boleh-boleh saja untuk belajar. Tapi amat disayangkan, kalau kita sudah memakai hijab karena alasan tertentu lalu melepasnya kembali, miris melihatnya," ujar Azza yang juga memberitahu bagaimana sikap seorang muslimah terutama dalam menjaga aurat dan pandangannya. "Ya sudah kalau begitu aku mau belajar sekarang," ujar Jelita dengan antusiasnya. Mendengar itu Azza tampak senang sekali dan mengajak, "Boleh, ayo sini aku ajarkan memakai hijab!" Azza kemudian memilah koleksi hijabnya dan mulai mengajarkan Jelita cara memakainya. "Masya Allah, kamu cantik sekal

  • Istri Sementara Tuan Adam   78. Mencarimu

    "Jelita mana Tante?" tanya Fatih sambil mencari gadis itu dengan kedua mata elangnya. Dengan tetap tenang Tante Windi menjawab, "Ada di kamar sedang istirahat. Duduklah Fatih, sepertinya kita harus bicara!" Fatih segera duduk di sofa berhadapan dengan Tante Windi."Menurut Tante, kamu fokus saja urus perusahaan. Soal Jelita biar Tante yang tangani. Dia sudah dewasa Fatih, jadi sudah berani membangkang dan bisa melakukan perbuatan lebih nekat lagi, kalau terlalu dikekang!" ujar Tante Windi memberikan masukan ketika Fatih datang untuk menjemput Jelita.Fatih tampak berpikir sesaat dan menurut saran dari Tante Windi ada benarnya juga. Dengan tinggal di rumah ini, ia bisa bekerja dengan tenang dan tidak perlu khawatir lagi. "Baiklah, aku setuju Jelita tinggal bersama Tante. Tapi aku akan menambah beberapa orang keamanan lagi," ujar Fatih menyetujui."Oke, demi Jelita kamu boleh memperketat keamanan untuknya!" ujar Tante Windi sambil mengangguk kecil. "Sebelum pulang, aku mau bicara e

  • Istri Sementara Tuan Adam   77. Aku Tidak Mau Pulang

    "Kamu harus pulang Nak, agar keluarga Jelita tidak cemas!" saran Sari setelah mendengar cerita Jelita.Jelita langsung terlihat sedih dan memohon, "Tolong Bu, izinkan aku menginap beberapa hari lagi!"Sari segera membelai kepala Jelita seraya berkata, "Maaf Nak, ibu dan abi bukan tidak suka kamu menginap di rumah kami. Tapi tanpa izin dari orang tua, kamu akan dianggap hilang. Jadi sebelum mereka lapor polisi sebaiknya kamu pulang dulu. Nanti boleh menginap lagi di sini kapan pun."Jelita tampak menghela napas panjang. Ia mana mungkin diizinkan menginap di rumah orang lain. Keluar dari pintu gerbang rumah saja dilarang. Gadis itu terus berpikir agar bisa tinggal lebih lama lagi di rumah ini. "Ya sudah, boleh aku pinjam telepon, untuk menghubungi mami di rumah?" pinta Jelita yang dijawab anggukan oleh Sari. Setelah dipinjami telepon, Jelita segera menjauh untuk menghubungi keluarganya. Jelita tentu tidak mau merepotkan Yusuf dan keluarganya yang begitu baik. Ia akan pulang dan kemba

  • Istri Sementara Tuan Adam   76. Mengenalmu

    Mentari tampak bersinar di ufuk timur. Bunga dan dedaunan terlihat segar dibalur sisa air hujan. Jelita sudah bangun dengan tubuh yang lebih bugar, meskipun kakinya masih terasa pegal akibat lari kemarin. Ia segera membasuh tubuhnya yang terasa lengket, meskipun air cukup dingin. Setelah itu segera memakai celana panjang dan sweater yang dibawakan Azza semalam. Setelah selesai, Azza datang lagi menemui Jelita. Tidak lama kemudian kedua gadis itu segera ke luar dari kamar dan menuju ke ruang makan. Di mana keluarga Tuan Adam terlihat sedang sarapan bersama. "Jelita kenalkan ini, Ibu, Abi dan Kang Yusuf," ujar Azza memperkenalkan keluarganya. Jelita segera menyalami Sari, sedangkan Tuan Adam dan Yusuf hanya mengatupkan tangan. "Nama yang cantik sesuai dengan orangnya. Bagaimana keadaan kamu Nak?" tanya Sari sambil tersenyum ramah. "Aku baik-baik saja Bu. Terima kasih, sudah memberikan izin untuk menginap di sini," ucap Jelita yang merasa disambut dengan hangat, padahal mereka baru

  • Istri Sementara Tuan Adam   75. Kabur (Season 2)

    Hujan masih mengguyur kawasan puncak. Ketika sebuah mobil mewah tiba-tiba berhenti di jalan yang tampak macet. Seorang gadis cantik terlihat ke luar dari kendaraan itu dan berlari ke arah belakang. Tidak lama kemudian disusul oleh pria berbadan besar dan berpakaian rapi. "Tunggu, jangan pergi Non!" seru pria itu sambil mengejar.Gadis itu tampak ketakutan dan terus berlari sekencangnya. Sesekali ia berhenti di belakang kendaraan lain, sambil mengatur nafas dan berharap pria itu tidak mengejarnya lagi. Akan tetapi, doanya tidak terkabul. lelaki itu justru semakin dekat ke arahnya. Sehingga membuat gadis itu jadi kian panik."Pokoknya aku tidak mau kembali ke rumah," lirih gadis itu yang segera kembali berlari dengan nafas yang terengah. Namun, ketika di belakang mobil box Ia sudah tidak kuat lagi untuk melarikan diri. Kini dirinya hanya bisa pasrah akan apa yang terjadi. Alunan musik terdengar mengalun syahdu dari salah satu mobil sayur. Seorang pria bermata teduh tampak menikmati l

  • Istri Sementara Tuan Adam   74. POV Adam, Bu Nilam dan Sari.

    Lelaki sejati.Waktu terus bergulir, tidak terasa usiaku kian menua, raga ini juga mulai sakit-sakitan. Untung aku mempunyai seorang istri yang sangat perhatian sekali. Ia Seorang perempuan hebat yang Allah jodohkan dengan diriku ini yang jauh dari kata sempurna.Selama pernikahan kami tidak pernah sekalipun Sari mengeluh, ia selalu sabar dan ikhlas dalam mengurus dan merawatku anak-anak, dan ibuku. Sungguh aku sangat bersyukur karena semenjak kecelakaan 20 tahun yang lalu, seolah Allah memberikan aku kehidupan kedua untuk memperbaiki diri untuk menjadi lelaki sejati.Kini perkebunan sudah dipegang oleh Yusuf, sedangkan aku lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dan hanya sesekali ke kebun jika Yusuf sedang keteter atau pergi. Aku menjalani sisa hidupku dengan banyak beribadah dan sering ke masjid.Alhamdulillah … aku di percaya menjadi salah satu pengurus. Rasanya begitu damai hati ini banyak melakukan kegiatan di rumah Allah. Sungguh aku tidak pernah merasa hati ini begitu bahagia

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status