Share

Sebuah Kecurigaan

“Mas kemana semalam? Ada syuting dimana sampai tidak pulang? Bukannya Mas syutingnya sudah selesai?” cecar Jihan begitu Doni masuk ke dalam rumah.

“Mas ada meeting sampai larut malam dengan sutradara dan beberapa artis yang akan terlibat dalam project mas selanjutnya. Mas sudah kecapekan jadi Mas memutuskan menginap di hotel tempat kami meeting. Mas ketiduran waktu akan mengabari kamu. Baru ingat pagi ini.”

Jihan terdiam sambil menatap suaminya.

“Kamu nggak lagi bohong dengan aku kan, Mas? Kamu harus lebih cerdas kalau mau berbohong dengan aku. Aku juga sudah lama berkecimpung di dunia hiburan, Mas.”

“Kamu kenapa sih, Sayang? Lagi dapet ya? Dari tadi marah-marah mulu sih.”

“Aku tahu bagaimana liarnya wanita di dunia hiburan, Don. Aku tidak mau kamu terpatuk bisa ular betina yang berkeliaran di sekitar kamu. Aku tidak mau kehilangan kamu. Kamu tahu kan betapa besarnya rasa cintaku padamu?” Jihan menatap dalam kedua manik hitam suaminya dan merangkul dada bidang Doni.

Doni tersenyum tipis mendengar ucapan Jihan. Dia hanya terdiam tanpa menanggapai apapun. Setidaknya dia tidak berbohong meskipun juga tidak mengakui bahwa selama ini dia telah terpatuk bisa manis Dona.

“Mas laper. Kamu sudah sarapan, Sayang?” tanya Doni sembari melepaskan rangkulan Jihan secara perlahan.

“Mas belum sarapan? Aku buatkan nasi goreng ya, Mas?”

“Apa saja boleh. Tapi jangan lama ya, Sayang.”

“Iya, siap Mas. Mas kayak habis kerja berat aja kelaperan begini. Emang ngapain di hotel?” ucap Jihan sambil berjalan menuju ke ruang dapur bersama dengan Doni.

“Mungkin karena semalam belum sempat makan udah keburu tidur, jadinya pagi ini Mas kelaperan. Buruan buat nasi gorengnya ya sayang. Mas ganti baju dulu,” jawab Doni dengan cepat mengarang alasan.

“Hmm.” Jihan menganggukkan kepalanya kemudian melanjutkan langkahnya menuju ke arah dapur begitu Doni menaiki anak tangga menuju ke kamar mereka di lantai dua.

Sekitar lima belas menit kemudian, Doni kembali turun setelah mengganti pakaiannya bertepatan saat Jihan sedang menyajikan nasi goreng kesukaan suaminya itu di atas meja makan.

“Mas kenal dengan Aaron Dwirangga?” tanya Jihan sambil mengisikan air minum ke dalam gelas untuk suaminya.

“Aaron? Sepertinya nama itu tidak asing? Siapa dia?”

“Putra kedua pemilik Perusahaan multimedia raksasa di Indonesia, Rajawali Sindo. Dia sepupuku. Cucu dari adik kakekku. Aku tidak begitu kenal dan dekat dengan keluarga mereka karena dulu papaku terlibat cekcok dengan papanya.”

“Lalu kenapa dengan dia?” tanya Doni sambil menikmati sarapannya

“Saat ini dia yang memegang perusahaan raksasa itu.”

“Benarkah? Dia satu-satunya anak laki-laki di keluarganya? Mas seperti pernah mendengar mengenai keluarga pemilik perusahaan besar itu. Kalau tidak salah, anak pertama mereka juga laki-laki kan? kenapa bukan putra pertamanya yang memegang perusahaan itu? Pantas saja waktu kita menikah dulu, mereka tidak ada dalam list tamu kita.”

“Ntahlah, Mas. Tapi katanya Aaron ini orangnya begitu dingin tapi tampan. Sayangnya dia penggemar dunia malam. Entah sudah berapa perempuan yang ditidurinya.”

“Ganteng dan kaya. Tidak heran jika dia ingin menikmati tubuh banyak wanita cantik yang datang mendekatinya.”

“Apakah semua laki-laki ganteng dan kaya akan berbuat seperti itu?” tanya Jihan sambil menatap tajam suaminya.

“Bisa jadi.”

“Bagaimana dengan Mas?”

Doni tersenyum sambil menatap lembut istrinya, “Aku hanya akan memberikan cinta sejatiku pada seorang perempuan cantik yang mampu merampok hatiku, Sayang.”

Jihan tersenyum tersipu mendengar ucapan suaminya itu. Baginya, kalimat yang baru saja diucapkan oleh suaminya adalah sebuah pernyataan cinta yang begitu dalam untuk dirinya, padahal yang sebenarnya terjadi adalah sebaliknya.

Doni bergegas menikmati sarapan yang sudah tersaji di hadapannya sambil mendengarkan Jihat berceloteh mengenai apapun yang sudah dilakukannya kemarin. Doni tersenyum sambil sesekali melihat ke arah Jihan. Kedua manik hitamnya memang sedang melihat wajah cantik Jihan, namun pikirannya dipenuhi oleh wajah Dona yang begitu dirindukannya meski baru beberapa jam terpisah.

“Aku mandi sebentar ya, Mas,” ucap Jihan begitu Doni telah selesai menyantap makanannya.

Doni menganggukkan kepalanya sambil berdiri dari tempat duduknya. “Mas mau nonton dulu.”

Jihan berjalan menaiki anak tangga menuju ke dalam kamarnya sementara Doni telah duduk di sofa ruang tengah sambil menghidupkan televisi super besar mereka.

Baru saja Jihan akan berjalan menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar tidurnya, tiba-tiba pandangannya teralihkan pada beberapa lembar pakaian yang ada di atas tempat tidur.

Sambil menghelakan napasnya, Jihan mengambil satu persatu pakaian itu dari atas tempat tidur sambil menggelengkan kepalanya.

“Kenapa sih susah banget masukin pakaian yang sudah dipakai ke dalam keranjang kotor, Mas? Entah sudah berapa kali dibilangin, masih aja ngeyel,” dumel Jihan dengan kesal.

Baru saja langkahnya berjalan menuju ke sebuah keranjang kain kotor yang ada di dalam kamarnya, tiba-tiba sebuah benda terjatuh dari pakaian yang sedang dibawanya.

“Apa ini?”

Jihan berjongkok mengambil benda yang terjatuh itu kemudian tertegun melihatnya.

“Lipstik? Kenapa ada benda seperti ini di saku pakaian Mas Doni? Lipstik siapa ini?”

Jihan memperhatikan lipstik itu. logo brand luar negeri nan ternama melekat di batang kemasannya. Jelas pemilik lipstik ini bukanlah orang menengah ke bawah.  Harga satu lipstik itu dibandrol puluhan juta per piecesnya.

“Apa mungkin benda seperti ini tidak sengaja termasuk ke dalam saku pakaian Mas Doni? Tapi itu sama sekali tidak masuk akal. Jelas Mas Doni semalam bersama dengan seorang wanita di dalam kamar hotelnya.”Jihan menggenggam kuat lipstik itu di dalam tangannya.

“Kalau aku menanyakannya langsung pada Mas Doni, dia pasti tidak akan mengakuinya. Aku akan mencari tahunya sendiri. Aku akan mencakar wajah wanita manapun yang berani menggoda suamiku!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status