Share

Rencana pertunangan

Aldi tersenyum tipis, “Kamu jangan khawatir, karena itu akan menjadi urusanku. Kalian hanya perlu menjalaninya saja, bagaimana menurut kamu, Dre?” tanya Aldi.

Andreas tersenyum. “Aku ikut saja dengan yang ayah rencanakan.”

Riana sedikit kaget dengan senyuman Andreas yang mempesona itu. Namun, tidak mungkin Andreas menerimanya begitu saja dan senyuman itu pasti bukanlah senyuman yang tulus dia lakukan. Pasti ada alasan kenapa dia harus menerima Riana sebagai calon istrinya, mengingat Andreas adalah pacar dari sahabatnya, bisa saja dia menolak perjodohan ini.

“Boleh kami berbicara berdua sebentar?” tanya Riana kepada semua orang yang ada disana. Dia hanya membutuhkan waktu untuk berbicara dengan Andreas, Riana ingin mendapatkan penjelasan langsung dari pria yang akan dijodohkan dengan dia.

“Tentu saja kalian harus berbicara berdua mengenai hubungan kalian sekarang juga” ucap Bram.

Riana mengajak Andreas berbicara di halaman belakang, dia sangat penasaran apa yang menjadi alasan Andreas untuk menerimanya. Rumah Riana memang terbilang sederhana, namun rumah itu memiliki halaman depan dan belakang yang cukup luas.

Kini mereka berdua sedang duduk di kursi halaman belakang rumah Riana, sunyi dan sepi menyelimuti keduanya yang sampai kini belum ada yang membuka pembicaraan. Riana yang sudah tidak tahan kembali mempertanyakan hal yang belum sempat Andreas jawab.

“Tolong jawab pertanyaan dari saya pak, kenapa bapak mau menerima saya sebagai calon istri bapak?”

“Saya hanyalah seorang anak yang berusaha untuk menempati janji saya kepada orang tua saya, saya sudah menerima perjodohan ini dan membahagiakan mu. Sudah lama saya mengetahui semua ini,” ujar Andreas dengan serius.

“Maksud bapak bagaimana?” jujur saja dia tidak mengerti dengan apa yang Andreas katakana, “Sudah lama” berarti perjodohan ini sudah direncanakan jauh sebelum dia mengetahuinya?.

“Baiklah, kalau kamu ingin mengetahuinya saya akan ceritakan semuanya dari awal.”

Flashback Dua tahun yang lalu

“Dre, kamu tau hari ini hari apa?” ucap Mirna yang sedang menyiapkan makanan yang sudah sedaritadi dia masak bersama pembantu dirumahnya. Walaupun memiliki pembantu rumah tangga namun Mirna tidak sepenuhnya memberikan tugasnya sebagai ibu rumah tangga kepada pembantunya itu, termasuk memberikan makanan kepada suami dan purtnya tercinta.

Andreas tampak berfikir, “Hari sabtu,” ucapnya sambil tertawa. “Emang hari ini hari apa ma?” tanya Andreas yang penasaran.

Wanita yang ada didepannya itu hanya bisa menggelengkan kepalanya saja. Memang pada dasarnya memiliki seorang anak laki-laki satu-satunya ini kurang peka dalam hal-hal kecil seperti ini dan hal ini juga berlaku untuk purtranya. Aldi yang baru datang dan mendengar hal itu pun ikut garam dan menjtak kening Andreas. “Sakit dong yah!” kata Andreas sambil mengelus keningnya yang terlihat sedikit kemerahan.

“Dasar gak peka, masa kamu gak tau hari ini hari apa?” ucap Aldi sambil duduk dikursi meja makan

Andreas tampak kebingungan, “emangnya hari ini hari apa?” ucapnya sambil memakan sarapan paginya itu.

“Hari ini kan hari ulang tahun mamah, Dre.”

Andreas yang sedang memakan sarapannya pun terdiam menghentikan kegiatannya itu, lalu sedetik kemudian dia tertawa, “Maafin aku mah, aku lupa kalau hari ini adalah hari special mamah,” jawab Andreas sambil tertawa.

Mirna sudah tidak kaget lagi dengan sifat anaknya yang sangat tidak peka,cuek dan tertawa seperti tidak punya dosa. Mirna sudah hafal sekali dengan sifat anak sematawayangnya itu.

“Mamah mau kado apa dari aku?” tanya Andreas yang kembali memakan sarapannya.

Sekarang adalah waktunya utnuk menjalankan sebuah rencana yang sudah dia dan suaminya susun beberapa bulan yang lalu tentang sebuah perjodohan yang akan dia lakukan untuk putranya itu.

“Mamah sama sekali tidak mau kado apapun dari kamu, Dre. Tapi mamah mau kamu menerima perjodohan yang akan kami lakukan,” jelas Mirna.

Andreas yang sedang makan itu pun langsung merasa tersedak dengan apa yang telah dikatakan oleh mamahnya itu, langsung saja dia mengambil air minum yang tak jauh di depannya. “Maksudnya kalian mau menjodohkan Andreas? Bercanda kalian sangat lucu sekali.” Awalnya Andreas menganggap ini adalah sebuah hukuman dari mamahnya karena dia telah melupakan hari yang special untuk mamahnya, namun ketika dia melihat ekspresi serius dari keuda orang tuannya itu membuat Andreas mengerti kalau ini bukanlah sebuah candaan atau hukuman untuknya.

“Enggak, Dre, ayah sama sekali tidak bercanda soal ini. Ayah tau kalau ini adalah hal yang berat buat kamu, tapi kami sudah mempertimbangkan semuanya, menurut kami Kirana bukanlah wanita yang baik untuk kamu jadikan seorang pendamping.” Bukan tanpa alasan Aldi mengatakan hal itu, dia dan Mirna sudah sering bertemu dengan Kirana, namun melihat sikap Kirana yang selalu menghamburkan uang membuatnya berfikir ulang untuk menerimanya sebagai calon menantu.

“Tapi yah, hal yang semacam ini seharusnya dibicarakan dulu dengan Andreas, tidak mendadak seperti ini. Kalian juga tau kan, Andreas itu sukanya sama Kirana.”

“Kami tau Dre, tapi masa kamu mau terus-terusan membuang semua uang hasil kerja kamu hanya untuk membelikan barang yang Kirana mau? Kalian baru pacaran bagaimana kalau sudah menjadi pasangan suami istri?” ucap Aldi.

Memang Andreas tidak menyalahkan apa yang dikatakan oleh kedua orang tuanya itu, Kirana memang memiliki jiwa sosialita yang mengharuskan dirinya untuk memakai barang mahal.

“Kami tau ini berat dan membingungkan sekali buat kamu Dre. Kamu bisa mencobanya secara perlahan, mamah yakin kalau kamu sudah mengenal dia kamu akan nyaman dan mulai menyukainya.”

“Memangnya siapa wanita itu?” tanya Andreas penasaran.

“Riana Bramastian, dia adalah anak dari teman ayah.”

“Mulai dari hari itu saya mencoba untuk mencaritahu semuanya tentang kamu, mulai dari siapa kamu, keluarga kamu, apa yang kamu suka semuanya saya cari tahu. Namun yang membuat saya kaget adalah kamu sahabatnya Kirana. Saya memang menyukai semua kepribadian kamu yang sederhana walaupun manja karena kamu anak satu-satunya dan kamu adalah anak perempuan, jadi wajar saja kamu memiliki sifat manja,” Andreas menghela nafasnya. “Semenjak itu pula saya menyetujui perjodohan ini.”

“Saya memang menerima perjodohan ini pak, tapi saya lebih tidak menyangka kalau orang yang dijodohkan dengan saya adalah pacar dari sahabat saya sediri. Kalau Kirana tau hal ini dia pasti akan sangat membenci saya pak!” ucap Riana dan dengan perasaan yang sangat ragu dia ingin mengatakan bahawa dia tidak mencintai pria yang kini sedang duduk disampingnya tersebut.

“Saya tau, kamu tidak mencintai saya begitupun saya yang masih memiliki Kirana disamping saya. Tapi saya mohon untuk menjaga perasaan kedua orang tua kita, kita jalanin dulu semua ini. Masalah Kirana itu biarlah saya yang urus.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status