Share

Bab 3 Pertentangan

Penulis: Iin Romita
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-19 09:24:18

"Hentikan ucapanmu itu, Damar!! Tidak sepantasnya kamu berbicara buruk tentang Nona Anna. Kakek tidak mau tahu, saat ini Nona Anna adalah sekretaris pribadimu, ke manapun kamu pergi, dia akan ikut bersamamu! Paham! Kamu tidak bisa membantah perintah Kakek! Acara pertunangan kalian akan Kakek percepat!"

Ke duanya terkejut. Hingga kornea mata mereka saling beradu.

"Kek, sudah berapa kali Damar katakan pada Kakek, jika Damar sudah memiliki wanita di hati. Tidak akan ada wanita mana pun yang akan menggantikannya!"

Cucu dan kakek itu saling berdebat. Anna hanya diam mendengarnya.

"Cukup!! Wanita dua belas tahun lalu yang tak kunjung kau temukan itu, bisa saja dia sudah pergi dan melupakanmu, untuk apa kau menunggunya? Kau hanya buang waktu demi wanita yang tidak jelas keberadaanya!"

Pria dengan rahang kokoh itu menghela napas berat. Sorot matanya tajam melihat ke arah Anna.

"Beri Damar waktu satu Minggu. Jika dalam waktu yang disebutkan, cucu kakek ini belum menemukannya. Maka Damar akan menuruti semua perintah Kakek," ucapnya terpaksa. Sungguh ia memberikan pernyataan yang berat.

"Good. Kakek setuju. Sekarang, antarkan Nona Anna ke ruangannya! Mulai saat ini dia adalah partner kerjamu. Mengerti!"

Tanpa basa basi Damar berjalan keluar ruangannya. Kakek menyuruh Anna untuk mengikutinya.

Dari kejauhan Kakek tersenyum melihat mereka.

Sampai di ruangan tertutup, tak jauh dari ruang kerja Damar.

"Kau tidak perlu merasa senang, karena aku harus susah payah mengantarmu. Kau pikir kau siapa?"

Anna mengernyit heran.

"Aku tidak tahu, bagaimana Kakek bisa menyukaimu." Karena bagiku, kau tidak memiliki daya tarik sama sekali!" Mata Damar menyusuri seluruh bagian wajahnya. Kakinya melangkah maju mendekati tubuh Anna. Hingga Anna melangkah mundur dan berhenti di dinding.

Satu tangan Damar kembali menekan dua pipinya. Dari jarak terdekat hembusan nafasnya menyapu seluruh wajah Anna. Pria berkuasa itu bisa melihat wajahnya dengan jelas dari jarak terdekat. Dua manik mata itu hampir tersihir oleh kecantikannya.

'Sial, wanita ini penuh tipu muslihat. Hampir saja, aku tergoda olehnya,' batin Damar baru tersadar.

"Turunkan tangan Anda dari wajah saya, Tuan."

Bertepatan dengan itu, dering ponsel Damar berbunyi. Gegas ia meraih dari sakunya. Melihat kontak pemanggil. 'Asisten Lian.'

"Wanita hina, kau kerjakan semua dokumen di atas meja itu. Serahkan padaku sebelum jam dua nanti. Jika dalam waktu tersebut kau tidak selesai mengerjakannya, aku akan tambah lagi pekerjaanmu. Paham!"

Tanpa menunggu Anna menjawab, Damar pergi begitu saja, sembari mengangkat panggilan telponnya.

[Tuan, saya telah menemukan keberadaan gadis yang selama ini Anda cari.]

Wajah Damar yang semula tegang berubah cerah. Dua sudut bibirnya terangkat sempurna. Bahkan cekungan pipi terlihat sangat jelas. Menunjukkan wajah tampannya. Bahkan mendadak predikat presiden direktur bak monster itu lenyap karena senyumnya.

Hampir bibirnya sulit berkata-kata. Saking bahagianya kali ini.

[Benarkah, Asisten Lian?] Ia tak percaya dengan yang di dengarnya.

[Ya, Tuan. Semua ciri-ciri yang Tuan sebutkan ada padanya. Dia juga memiliki gelang yang sama seperti milik Anda. Secepatnya, saya akan bawa gadis itu ke hadapan Tuan.]

[Kuharap kau tidak salah orang, Asisten Lian!] Sedikit tak percaya, tapi, Asistennya tersebut jarang melakukan kesalahan. Ia pun percaya.

Mungkin dipikirannya, karena ia menaikkan nominal besar itu, jadi ia mudah untuk dapat menemukannya. Wanita itu cepat di temukan. Entahlah.

[Tentu saya sudah selidiki semuanya, Tuan. Saya tidak akan melakukan kesalahan, demi wanita terpilih dihati Tuan tersebut, saya bekerja sangat hati-hati.]

[Bagus. Aku tunggu kabar terbaikmu!]

Tanpa menunggu kalimat terakhir Asisten Lian, Damar mengakhiri panggilannya.

Dalam ruang kerja Damar.

Ia memutar kursi kesana ke mari. Hampir tak dapat konsentrasi. Tak sabar menantikan bisa bertemu dengan Hanna.

Jari tangan hanya memegang mouse menggeser ke sana ke sini. Tak pasti dengan apa yang akan di kerjakan.

"Hanna ... Kita akan bertemu. Setelah dua belas tahun lamanya. Apakah kau semakin cantik di usia kamu yang sudah dewasa. Sungguh aku tak sabar. Akan kukatakan padamu, jika aku hampir gila. Aku tak dapat mencintai wanita lain selain dirimu," ucap Damar sendiri.

Setelah senyum yang dikembangkan sedari tadi, wajahnya kini suram. Mengingat kejadian beberapa tahun silam.

Bayangan mengerikan kembali mengusik pikirannya.

...

"Na, ku pasangkan gelang ini ditangan kamu ya, janji tidak boleh dilepas sampai kapanpun."

Pria kecil yang semalaman suntuk merakit dua buah gelang berwarna hitam. Memberikan salah satunya pada gadis kecil itu.

Gadis kecil yang tiap saat menemaninya itu mengangguk, dengan senyum manis yang terbit natural.

"Baiklah, janji!" Ia mengangkat jari kelingking keatas.

"Hanna, terima kasih kamu telah menemani hari-hariku, ya. Didunia ini rasanya aku hanya memiliki kamu dan kakek saja. Mama dan Papaku hanya sibuk bekerja diluar negeri, mengumpulkan uang tanpa peduli bagaimana kehidupanku. Mereka tidak mempunyai kasih sayang untukku." Menceritakan sedikit kesedihannya pada satu sahabatnya.

"Tidak boleh bicara macam-macam tentang orang tua Amar, ya? Mereka mencari uang demi Amar. Untuk membiayai kehidupan Amar," tutur Hanna.

"Tetap saja mereka tak peduli pada Amar. Amar tak butuh kekayaan Na, yang Amar butuhkan kasih sayang mereka. Oh, ya. Hanna suka gak sama gelang buatan Amar?"

"Suka, suka sekali. Terima kasih ya?"

Keduanya kala itu tengah berjalan disekitar jalan raya. Sama-sama saling bercanda. Mereka yang masih kecil lupa jika harus waspada.

Saat Hanna melihat kebelakang ia melihat sebuah mobil hitam mengkilap melaju kencang ke arah mereka. Dengan cepat Hanna mendorong tubuh Amar ke tepi. Tanpa sengaja kepala Amar terbentur tiang listrik hingga terhuyung jatuh, namun Hanna ...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Noor Sukabumi
lanjut thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Istri Tuli Yang Kau Campakkan itu Ternyata....   Bab 41

    Cepat ia merogoh saku mengambil gawai pintarnya. Menghubungi pihak berwajib. Terlihat Delia duduk berjongkok memegangi kaki Damar. "Tolong jangan penjarakan aku," pintanya dengan memasang wajah menyedihkan. Ia sudah tidak dapat melanjutkan drama itu karena Damar sudah membuka kedoknya. Dengan satu kakinya ia menendang tubuh Delia hingga tersungkur. Ia meraih gelang hitam ditangannya, menariknya paksa. "Aku tidak mau mendengar apapun lagi dari mulutmu!! Kau sudah menunjukkan betapa dirimu sangat menjijikkan!!""Cukup Damar, cukup!!" serunya masih tidak terima atas umpatan Damar padanya. Tubuhnya gemetaran karena ia tak siap untuk dipenjarakan."Ternyata selama ini, kalian bersekongkol untuk menipuku!! Lian telah menyuruhmu menjadi Hanna. Dan kau membuat sandiwara yang sangat hebat, wanita penipu!! Aku sangat bodoh telah mempercayaimu. Malah aku sudah menyia-nyiakannya cinta tulus Anna untukku, harusnya aku dari awal percaya pada Anna. Saat ini aku sadar, jika Lian berusaha membunvh

  • Istri Tuli Yang Kau Campakkan itu Ternyata....   Bab 40

    "Sudahlah Kakek ... Kakek terlalu mengkhawatirkan Anna. Damar yang menyuruh Anna memasak! Biar dia ada gunanya di rumah ini!"Kemarahan kakek yang sudah diambang batas akhirnya meledak. Ia melempar piring ke lantai hingga pecah berkeping-keping."Kamu sudah keterlaluan!! Dasar cucu bodoh!! Sampai kapan kau buta!! Kamu tak bisa melihat wanita didepan kau ini siapa??!" Kakek ingin membongkar rahasia Anna sekarang. Rasanya ia tak sanggup melihat penindasan Damar pada Anna. Anna yang mengerti jika Kakek akan membongkar rahasianya itu menggeleng kepala. Sebagai isyarat, 'Jangan katakan pada Damar sekarang.'Tanpa Damar tahu, Anna memohon untuk tidak mengatakannya. Kakek yang melihat wajah Anna penuh permohonan itu pun menggeleng. 'Maaf Nona Anna. Kali ini Kakek akan mengatakan semuanya pada Damar.' Seketika Anna menunduk lemas."Maksud Kakek apa?? Apa kakek juga ingin menjelaskan jika Anna adalah Hanna? Begitukah?" tanya Damar dengan emosi tersulut."Tuan Damar, alangkah baiknya jika na

  • Istri Tuli Yang Kau Campakkan itu Ternyata....   Bab 39

    Sebuah tamparan mendarat di pipi Damar. "Cucu kurang ajar!!" umpatnya. "Kakek tidak mendidik mu untuk melukai hati wanita yang baik seperti Nona Anna."Manik mata Damar sedikit melebar, sembari memegangi pipinya karena panas. "Bisa-bisanya kakek membela Anna!" bantah Damar."Ya karena kamu adalah cucu kurang ajar!! Kamu bicara seolah tak punya otak. Mudah sekali mengatakan perceraian! Memang kau pikir pernikahan adalah sebuah mainan?? Kakek sudah mempertemukan kau denhan Nona Anna. Wanita yang tulus." Rasanya Kakek geram melihat cucunya."Kakek telah diperdaya oleh wanita hina itu!!" ucap Damar dengan menunjuk ke arah Anna berdiri."Diam kau Damar!!"Kakek Wijaya menatap tajam ke arah Delia. Menumpahkan kemarahannya yang tertahan. "Dan kau!! Aku muak melihat wanita sepertimu! Lekas kau angkat kaki dari rumah ini!! Wanita penuh dengan kemunafikan!! Pembohong!!" cemooh kakek. Damar yang mendengarnya tak terima. "Cukup Kakek! Hentikan ucapan Kakek!! Dari dulu sampai sekarang kakek tida

  • Istri Tuli Yang Kau Campakkan itu Ternyata....   Bab 38

    Siang itu, matahari menggantung malas di langit yang sedikit berawan. Setelah melewati masa krisis dan perawatan intensif, Anna akhirnya diperbolehkan pulang oleh dokter. Meski tubuhnya masih lemah, senyum hangat tetap menghiasi wajahnya yang pucat. Di sisinya, Damar berjalan pelan, membawa tas kecil berisi obat dan perlengkapan pribadi Anna.Karena Damar pun harus kembali ke rutinitas kerjanya di kantor, beberapa hari ia terpaksa absen, demi menuruti perintah kakeknya menjaga Anna. Ada dokter juga yang akan memeriksanya, memantau perkembangan keadaan Anna setiap harinya.Damar tanpa Lian bekerja lebih berat, ia turun dari mobilnya membuka pintu untuk istrinya. Bukan tanpa alasan, ini atas dasar perintah sang kakek."Turun, tak usah manja!" celotehnya. Anna turun dengan perlahan-lahan. Mobil kakek yang menyusul dari belakang pun berhenti tepat disamping mobil Damar.Ia dengan bantuan supir segera turun, melihat perlakuan Damar pada Anna, ia pun berteriak. "Damar!! Papah istrimu! Kea

  • Istri Tuli Yang Kau Campakkan itu Ternyata....   Bab 37

    Ruangan rumah sakit dipenuhi ketegangan. Suara detak jam di dinding terdengar jelas, seakan menghitung waktu. Di ranjang mayat, Mira, perawat yang sebelumnya dibius oleh Lian, kini telah sadar. Wajahnya masih pucat. Ia menekan kepalanya pusing. Matanya mengedar ke sekelilingnya, banyak orang dalam ruangan itu. Dokter kembali bertanya, "Perawat Mira, coba ceritakan pada Pak Damar, apa yang sebenarnya terjadi terhadapmu?" Ini adalah kesempatan terbaik untuk mengatakan pada Damar. Karena posisi Lian sudah terpojok. Ia menceritakan semua, tentang kejahatan Asisten Lian, ia telah membiusnya, karena perawat Mira mengetahui jika suntikan yang berisi cairan racun itu adalah milik Lian. "Tuan Damar, suntikan racun itu adalah milik asisten Anda. Pria itu berusaha membunuh istri Anda!" serunya, menatap langsung ke arah Damar dan petugas keamanan yang mengelilingi ruangan. Tidak tinggal diam, Lian segera membela diri. "Bohong, dia berkata bohong, Tuan percayalah pada saya. Saya telah

  • Istri Tuli Yang Kau Campakkan itu Ternyata....   Bab 36

    Malam itu, rumah sakit terasa lebih sunyi dari biasanya. Hanya sesekali terdengar suara langkah kaki para perawat yang bergantian berjaga. Di koridor yang temaram, perawat Mira—wanita yang sebelumnya bertugas menangani hasil laboratorium Anna—melangkah dengan perasaan waspada.Entah kenapa, sejak tadi ia merasa ada seseorang yang mengikutinya. Ia menoleh ke belakang. Tidak ada siapa-siapa. Namun, perasaan tidak nyaman itu semakin kuat. Kali ini memang ia harus lebih berhati-hati, karena ia telah mengetahui satu hal dan ia harus segera memberitahukan pada Damar akan perbuatan asistennya yang tidak ia ketahui."Seharusnya aku tidak melewati lorong sepi ini. Aku merasa takut sendri. Takut jika pria itu akan berbuat sesuatu yang membuatku celaka. Semoga Tuhan menyelamatkan nyawaku." Dengan sedikit mempercepat langkahnya, ia menuju ruang arsip, tempat ia harus menyerahkan beberapa laporan terakhir sebelum pulang.Di tikungan lorong yang sepi, bayangan hitam muncul dari balik pilar. Sebelu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status