Menikah karena wasiat orang tua? Alena terpaksa menyetujui pernikahan dengan milyarder kaya bernama Arthur demi memenuhi wasiat almarhum orang tuanya. Alena meninggalkan dunia modelnya di luar negeri dan kembali ke Indonesia. Keduanya memutuskan untuk menjalani pernikahan kontrak selama satu tahun. Sikap Arthur yang begitu acuh kepadanya membuat Alena merasa tertantang untuk menaklukannya. Ia berjanji pada dirinya sendiri dalam waktu satu tahun akan membuat Arthur bertekuk lutut kepadanya. Lantas apakah keinginannya akan terwujud? Sedangkan saingan cintanya telah menjebaknya sehingga membuat Arthur membencinya.
View MoreTok Tok Tok Arthur berdecak kesal, siapa yang berani menganggunya selarut ini. Ia tidak merasa memesan apapun, dengan langkah malas Arthur segera membuka pintu kamarnya. "T-tuan, maaf menganggu waktunya malam-malam. Tapi Anda sedang di tunggu di restoran bawah sekarang. Saya hanya menyampaikan pesannya," ucap pria itu gugup mendapati tatapan membunuh dari Arthur. "Saya tidak memiliki janji dengan siapapun, saya tidak perduli. Jangan ganggu saya lagi!" tekan Arthur. Saat pintu akan tertutup, ucapan dari pelayan itu membuat Arthur mengurungkan niatnya. "Tapi istri Anda sudah menunggu dari tadi," ucapnya dengan kepala menunduk. "Apa kamu bilang? Istri saya?" Arthur terkesiap. Ia mendorong tubuh pelayan itu dan segera berlari turun, benarkah Alena menyusulnya kemari? Sampai di restoran, Arthur celingukan mencari keberadaan istrinya. Namun, tidak ia temukan siapapun kecuali seorang perempuan dengan rambut tergerai dan gaun merah yang tengah membelakanginya. Arthur yakin itu
"Ikut!" rengek Alena saat Arthur akan pergi, saat ini keduanya sudah berada di rumah orang tua Arthur. Arthur dengan tegas menggeleng. "Saya sudah bilang di sana laki-laki semua. Masuklah!" ucapnya datar. Bibir Alena melengkung ke bawah, mengambil tangan Arthur lalu mengecup punggung tangannya. "Hati-hati di jalan, kalau sudah sampai jangan lupa kabarin!" Arthur terkesiap, melihat perlakuan Alena membuat ia seketika membeku. Arthur menatap kedua mata bulat itu berkaca-kaca entah kenapa membuat ia gemas. "Masuklah!" Alena menggeleng. "Pergilah, aku akan masuk setelah kamu pergi." Arthur mengangguk, tangannya sempat mengusak rambut Alena pelan. Sebelum ia berjalan masuk ke dalam mobil. Alena mengigit bibir bawahnya gemas, kepalanya yang diusak hatinya yang berantakan. Alena melambai saat mobil suaminya mulai meninggalkan rumah. "Malam ini aku tidur sendirian," gumamnya masuk ke dalam rumah. Meylen sedang membuat kue saat ini, ia senang saat tahu menantunya akan men
"Nanti malam saya ada dinas ke luar kota, kamu di rumah sendiri atau mau ke rumah mama?" tanya Arthur membuka obrolan saat mereka makan siang. Ya, keduanya jadi makan siang di luar tentu dengan banyak drama dari Alena. Bibir gadis itu mengerucut, kesal karena Arthur baru memberitahunya sekarang sedang nanti malam dia sudah berangkat. "Aku ikut!" ucap Alena. Alis Arthur terangkat menatap gadis dengan wajah tertekuk kesal itu, padahal dia hanya bilang jika ia akan dinas bukan mengajak Alena untuk ikut. "Tidak usah, saya hanya satu hari di sana. Lagian kerjaan kamu bagaimana," ucap Arthur. Semakin maju bibir gadis itu, menatap wajah suaminya lekat. "Sama siapa aja?" "Celi--""Aku ikut! Pokoknya kalau cewek gatel itu ikut aku juga ikut." Alena semakin kesal saat mengetahui wanita tidak tahu malu itu turut serta dalam perjalanan dinas nanti malam. Arthur menghembuskan napas panjang menatap Alena dengan pandangan heran. Semakin hari tingkah gadis itu semakin membuatnya pening. "Tida
Alena tersenyum geli melihat Arthur yang diam sembari makan makanannya. Ingat sekali bagaimana Arthur langsung mematikan rapat karena godaannya. Lucu! "Kamu masih marah perkara tadi? Wajarlah orang kita suami istri," ucap Alena dengan santai. Arthur menyorotnya dengan tatapan tajam sedang Alena pura-pura tak melihatnya. Semakin hari semakin ia mengenal bagaimana sosok pria dingin yang merupakan suaminya itu. Semakin Alena tahu jika sebenarnya Arthur orangnya cukup hangat. "Kamu mulai bisa menerimaku?" tanya Alena, ekspresi wajahnya sangat ceria. "Jangan berharap apapun padaku, Alena!" Setelahnya Arthur meninggalkan ruang makan. Alena menghembuskan napas panjang. Lagi! Dia belum berhasil, belum sepenuhnya bisa mencairkan sosok itu. Prosesnya masih kurang panjang, tidak semudah itu membuat seorang Arthur mencair. Napsu makannya seketika hilang, Alena membereskan makanan di dapur. Tidak langsung masuk ke kamar, ia justru duduk di ruang tamu menselonjorkan kakinya di sana. Bermain p
Alena selesai dengan pemotretannya hari ini tinggal menunggu kedatangan Arthur saja. Tepat sekali tak lama pintu ruangan suaminya terbuka, senyum di bibirnya mengembang. "Hai, Pak suami!" sapa Alena genit. Arthur menatapnya datar, tatapannya jatuh pada Gerald yang tak melepas pandang dari sang istri. "Ayo pulang!" ucap Arthur singkat. Alena mengangguk segera pergi dengan suaminya, ia bahkan sudah menempel pada tubuh Arthur melingkarkan tangannya pada lengan kekar suaminya. Untungnya Arthur tidak menepis tangannya seperti sebelumnya. "Hari ini sangat lelah, bagaimana denganmu? How was your day, Honey?" Pertanyaan itu meluncur dari bibir Alena. Tangannya masih melingkar di lengan Arthur. "I'm good. Lepaskan tanganmu!" Perkembangan, Arthur bisa di ajak berbincang! Alena tersenyum tipis, ia menyadarkan kepalanya di dasbor. Tangannya menyentuh kalung kecil di lehernya. Alena bahagia seakan pemberi kalung itu adalah orang tuanya. Arthur sempat meliriknya ia tahu itu adal
"Happy birthday, Cantik." Alena tersentak saat kado kecil ia dapatkan dari Gerald. Alena tidak menyangka jika pria itu mengingat hari ulang tahunnya. "Astaga, Gerald. Kamu ingat hari ulang tahunku?" kekeh Alena. Ia dengan senang hati menerima kado pemberian Gerald. Meski ia sangat berharap jika sang suami yang akan memberikan ia hadiah. "Tentu saja, aku selalu mengingat setiap hal kecil tentangmu, Alena. Kamu saja yang tidak menyadarinya!" kekeh Gerald, ia mengambil duduk di sebelah Alena. Mereka baru saja menyelesaikan sesi pemotretan dan akan di mulai lagi satu jam ke depan. Keduanya tengah beristirahat, Gerald menatap hadiah kecil yang ia berikan kepada Alena. "Bukalah, lihat apakah kamu menyukainya?" Alena mengangguk, saat ia membuka kotak kecil itu. Alena melihat sebuah kalung indah dengan bandul kupu-kupu kecil. Sederhana, tetapi terlihat sangat cantik. Kedua matanya berbinar, Alena senang dengan hadiah yang ia terima.
Alena tersentak melihat Arthur yang tiba-tiba pulang, ia mengusap air matanya dengan cepat. Melihat kue kecil yang berada di tangannya. Apakah doanya langsung terkabul? Ingin merayakan ulang tahun dengan Arthur. "Kenapa belum tidur?" Arthur mendekat ke arahnya dengan kerutan di dahinya. "Aku ulang tahun," ucap Alena. Ia menatap kue ulang tahunnya, memotongkan satu suap untuk Arthur. "Makanlah." Alena menyuapkan sesuap untuk Arthur. Tapi pria itu tetap diam, tidak membuka mulutnya menatap Alena lekat. "Ayolah, sedikit saja. Anggap saja kamu ikut merayakan ulang tahunku," ucap Alena tersenyum. Arthur membuka mulutnya menerima suapan kue ulang tahun dari Alena. Entahlah, tiba-tiba saja dia mau membuka mulutnya. Hal itu membuat Alena tersenyum bahagia. "Terimakasih," ucap Alena. Ia kembali memakan kue ulang tahunnya, tidak ada pergerakan lagi dari Arthur. Tak lama ia mengambil duduk di sebelah Alena. Menatap gadis itu yang asyik memakan kue ulang tahunnya. "Jangan makan terlalu ba
Malam harinya setelah pulang dari kantor, setelah membersihkan diri. Alena bukan beristirahat justru sibuk di dapur. Ia kembali ingin memasak sesuatu untuk makan malam Arthur. Meski bekal yang ia bawa tadi entah di makan atau tidak oleh suaminya. "Nona, ada yang bisa saya bantu?" tanya Bibi yang melihat Alena ke dapur. Alena tersenyum menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak perlu, Bi. Aku sedang ingin membuatkan malam malam untuk, Tuan." Bibi tersenyum mendengarnya. "Saya bantu potong sayurnya, Nona." Alena mengangguk dengan senang hati. "Tuan Arthur sangat beruntung memiliki istri seperti Anda. Tuan Arthur sangat suka ayam tepung, dari kecil sampai sekarang kalau ada satu menu itu dia pasti akan makan sangat lahap." Bibi tiba-tiba bercerita. "Benarkah, Bi?" tanya Alena antusias, dia jadi ingin mendengar lebih banyak karena yang ia tahu Bibi sudah mengabdi di keluarga Arthur sejak ia masih kecil. Bibi mengangguk. "Sama sayur sop, kebetulan sekali Nona sedang memasaknya s
Alena dan Arthur baru saja sampai di Indonesia, keduanya sudah di jemput sopir. 30 menit perjalanan mereka sampai di rumah, sikap Arthur terlihat semakin dingin. Selama perjalanan pun tidak ada percakapan di antara mereka berdua. Arthur dan Alena turun, koper mereka bibi yang bawa, baru sampai Arthur sudah langsung pergi kembali. Alena menahan tangan suaminya yang akan pergi. Namun, dengan cepat Arthur menepis tantangannya."Aku hanya ingin bilang, aku akan pergi dengan temanku mungkin akan pulang agak sorean," ucap Alena meski Arthur tidak perduli. Benar saja Arthur tidak menjawab apa-apa dan langsung masuk ke dalam mobilnya. Alena berdecak kesal, jika tidak ingat rencananya ia pasti sudah memaki-maki pria kaku itu. "Sabar, buah dari kesabaran itu indah!" ucap Alena pada dirinya sendiri. Ia segera masuk ke dalam rumah membersihkan diri sebelum pergi menemui temannya. Alena memang sudah ada janji dengan Anita jika mereka akan belanja bersama. "Alena!" Terlihat seorang gadis melam
Seorang wanita cantik dengan balutan gaun pernikahan mewah, berjalan menuju pelaminan. Senyum paksa terukir di wajah cantiknya, menatap banyaknya tamu undangan di hari pernikahan yang sama sekali tidak ia inginkan. Alena Maheswara, seorang model ternama di luar negeri yang terpaksa menerima wasiat dari mendiang orang tuanya untuk menikah dengan seorang pria asing yang sama sekali tidak ia kenal. Di sekian banyaknya orang Alena justru merasa sendiri. Ia tidak bahagia di hari pernikahannya yang bahkan tergelar sangat mewah. Alena menghembuskan napas panjang, saat pria yang telah menjadi suaminya duduk tepat di sampingnya. Akad baru saja selesai dan kini ia telah resmi menjadi seorang istri. Alena menatap datar pria di sampingnya, ia mengulas senyum miring. "Mohon kerja samanya," ucap Alena. Alena tersenyum menyapa tamu undangan yang dia yakini tamu suaminya. Begitupun dengan suaminya. Keduanya terlihat sangat cocok, tampan dan cantik."Drama mulai." "Ya." Alena membuang muka malas,
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments