Setelah drama yang terjadi di acara 7 bulanan Indah, kini Kinan benar-benar memutuskan menjadi sosok yang pendiam dan tidak mau marah-marah. Dia lebih memilih mengerjakan sesuatu dengan tangan tanpa harus banyak ngomong dan selain itu pergi ke kamar untuk tidur. Percuma membantah jika akhirannya ia akan selalu disalahkan atas semua yang terjadi."Ki, besok masa ada pekerjaan di luar kota 3 hari. Tolong siapkan baju ganti," ucap Aldo."Kok lama, Mas?" tanya Kinan."Soalnya ada proyek yang bermasalah dan harus ke sana menemani divisi yang lain untuk menyelesaikannya."Kinan sebenarnya khawatir jika suaminya itu dinas terlalu lama di luar sana. Pasti di rumahnya dia akan menjadi babu di rumah ini selama suaminya pergi tanpa ada pembelaan."Mas. Boleh Kinan pulang ke rumah selama Mas pergi ke dinas?"Aldo mendekat. "Sabar, ya. Tinggal bersama Ibu mertua memang bukan hal mudah tetapi akan besar pahalanya Jika kamu mampu menjaga sesuatu yang sudah menjadi tanggung jawab Mas untuk menjagany
Selama Aldo bekerja di luar kota, Kinan menyibukkan diri untuk mengikuti kelas menulis yang diadakan secara gratis di komunitas yang sudah dimasukkan Sarah untuknya. Dibantu Sarah, akhirnya Kinan dikenalkan dengan sebuah aplikasi menulis yang tentu bisa membuat pundi-pundi rupiah."Sarah, nggak pede aku.""Kenapa? Hidung kamu hilang separuh?" tanya Sarah "Ya enggak, gitu. Pas tugas akhir kelas, kaya mentornya …""Ah, sudah. Coba kamu promosi di grup gak penulisan yang lain. Sambil kenalkan nama kamu. Siapa tahu ada yang suka," tutur Sarah menyemangati."Coba rumahmu dekat, ya? Sudah jelas aku mau banget diajari sama suhu author pemes," puji Kinan."Ki!" Suara Tini menggema dari luar kamar Kinan. Hawa yang tadinya bersahabat berubah mencekam saat suara mertuanya itu memanggil dengan nada kesal dan keras.Kinan menyudahi berkabar dengan Sarah, lalu keluar kamar dengan segera."Ya, Bu?" "Senang sekali kamu berada di dalam kamar terus. Cucian itu numpuk, kenapa pikiran kamu nggak jalan
“Bingung?” tanya Aldo heran.“Lah, kan? Dia itu selama kamu pergi nggak pernah masakin Ibu. Dia di kamar terus, Al. Ibu pusing jadinya. Kamu tahu sendiri, Bukan? Belakangan Ibu sering mengeluh sakit pinggang. Untung ada Mbak yang siap siaga.” Tiba-tiba Rini menyerobot ucapan Aldo.“Nggak gitu, Mas. Ini nggak ada bahan yang dibuat masak,” ucap Kinan mencoba menjelaskan.”“Kalau nggak ada ya beli, Kinan. Bukan bingung,” ucap Rini. “Kamu kalau kasih uang belanja berapa sih, Al? Bikin malu aja sampe istri mau masak bingung,” ucap Rini membuat Aldo merasa murka. Pulang bekerja selalu saja mendapatkan informasi dan aduan sifat istrinya yang ada ada saja. Mereka selalu mengatakan hal yang membuat dia lelah dan bertambah lelah.“Dahlah! Aldo mau mandi dan nanti kita makan di luar saja,” ajak Aldo yang membuat semua orang bersorak senang, kecuali Kinan. Hati Kinan merasa sedih karena sudah dikerjai oleh keluarga suaminya sendiri.Kinan urung memasak. Dia memilih masuk ke kamar dan menyusul sua
Akhirnya mereka memutuskan untuk makan malam di luar. Kinan juga tidak mau mendekat karena memang kali ini suaminya yang membayarkan. Dia sedang malas aduh mulut dan bilang kalau semua itu boros karena itu pasti akan muncul pertengkaran lebih banyak lagi di dalam keluarga itu."Mau pesan apa?" tanya Aldo."Serah!" jawab Kinan.Aldo hanya bisa menghembuskan nafas pelan ketika mendapatkan jawaban sinis istrinya. Dia tahu, istrinya pasti mengkhawatirkan keuangan ketika dia mengajak makan di luar mengajak keluarga besar seperti ini."Gayanya serah! Padahal semuanya pengen dipesan," gerundel Rini.Kinan hanya membalas dengan lirikan, lalu tidak membalas omongan mereka. Aldo membosankan Kinan makanan yang sama dengan yang dimakan olehnya. Nasi dan gurame bakar, juga es teh juga tak lupa sambal khas resto tersebut."Biasa aja liat makanannya. Nggak pernah lihat makanan enak toh?" sindir Rini lagi. "Mas, ini buat kamu aja." Kinan akhirnya kehilangan selera makannya."Udah, dimakan saja. Mau
..Mereka akhirnya memutuskan untuk pulang setelah merasa kenyang dan juga senang kalau bisa makan enak tanpa harus mengeluarkan biaya uang sepeserpun. Kecuali Kinan. Dia yakin setelah ini jatah belanjanya akan terpotong dan dia harus berpikir keras untuk bisa mengatur data belanja yang tidak seberapa itu.~~“Kinan belum budek, Bu.”“Ki!” Aldo memberi isyarat agar istrinya itu diam dan tak usah menyahuti ucapan ibunya. Dia tak ingin keduanya selalu ribut dan selalu akan menjadi masalah adu mulut yang tak tahu kapan akan selesai.**Malam ini Kinan harus mengerjakan deadline. Dia baru menandatangani kontrak menulis di salah satu aplikasi yang tentu mengharuskan dia kerja daily setiap hari. Bukan pekerjaan gampang karena kini dia sudah mulai terbiasa dengan hal ini. Dia meyakini jika Sarah pun menyarankan ini agar dia juga ada pekerjaan di saat emosi seperti ini. Biasanya Kinan akan insomnia jika banyak yang dipikirkan. Namun sekarang, dia menggunakan insomnianya ini untuk begadang men
.."Kenapa wajah lo kusut amat, bro?" tanya Anwar–teman Aldo bekerja dalam satu tim di dalam divisi yang sama."Hari hari gue merasa berat banget akhir-akhir ini. Tugas di kantor lagi banyak, tapi ketika di rumah nggak ada sama sekali yang menanyakan apa aktivitas di kantor dan bagaimana aku dalam bekerja sehari-hari.""Wah roman-romannya ada yang merasa galau nih. Kenapa itu sohib elu, An?" tanya Iwan, teman Aldo dan Anwar."Ini gue lagi mewawancarai cowok kalem di kantor kita. Nggak biasanya dia berangkat ke kantor dengan wajah yang lesu, kusam, kusut dan tidak bergairah seperti ini. Kayaknya dia kurang amunisi cinta di rumahnya," ledek Anwar."Huum. Emang istri nggak kasih jatah?" tanya Iwan."Boro-boro mau kasih jatah, setiap hari pekerjaannya cuman perang sama mertua dia," adu Aldo."Mertua istri lo kan Ibu dari lo. Masa nggak bisa dipawangin sih," celetuk Iwan."Iya nih. Lagian Kenapa nggak pisah rumah aja sih? Gaji kamu kan sudah lebih dari cukup untuk mengambil cicilan KPR rum
Hari ini Aldo diminta pulang lebih awal karena akan bersiap pergi ke Bogor. Bahkan Aldo sudah mendapatkan bonus yang tentu saja membuat Aldo tersenyum saat membaca nominal uangnya. Saat baru sampai di rumah, ternyata hanya ibunya saja yang ada karena Kinan sedang mengikuti arisan keluarganya di seberang desa. Niat hati ingin menyampaikan bonus dan izin ke luar kota, tetapi justru istrinya belum pulang dari rumah keluarganya.“Istrimu itu kalau main ke rumah Ibunya pasti lama. Dia itu pasti ngomong yang enggak-enggak makanya nggak bolehin pulang sama Ibunya Kinan itu,” ucap Tini.Aldo menghubungi Kinan dan panggilan suara itu nampak terganggu dengan suara yang amat keras dari ponsel Kinan.“Assalamualaikum, Mas. Ini Kinan lagi di rumah Ibu,” ucap Kinan setengah berteriak. “Kinan cari tempat sepi dulu bentar.”Tak selang lama, suara bising itu tidak begitu terdengar dan ALdo langsung menjawab salam Kinan.“Kamu mau menginap di rumah Ibu, kah?” tanya Aldo.“Nggak tahu, Mas. Emangnya bol
Kinan begitu senang karena sudah diizinkan untuk menginap di rumah ibunya. Biasanya dia akan susah mendapatkan izin tinggal kalau tidak dalam keadaan urgent.“Yakin mau pulang? Masa nginap sehari saja,” tanya Halimah.“Ya, Bu. Mas Aldo sedang di luar kota dan Kinan harus jagain rumah biar nggak digondol semut,” kelakar Kinan. Sang Ibu tersenyum sambil mengusap kepala anaknya pelan. Sungguh setelah menikah dia merasa anak itu semakin kurusan dan tanpa tidak bahagia dengan pernikahannya. Namun, dia tidak ingin menambah masalah anaknya ketika mereka mengarungi fakta rumah tangga. Hanya berusaha untuk menasehati dan memberikan semangat agar bisa menjalani kehidupan rumah tangga yang bahagia.“Oalah. Kamu itu sejak nikah selalu saja ada alasan kalau nginap di rumah Ibu. Salam buat mertuamu ya. Ibu bawakan rendang sisa arisan keluarga kemarin. Sengaja Ibu masak banyak biar mertuamu ikut merasakan juga,” ucap Halimah seraya memberikan satu box berisi rendang.Tentu Kinan tidak bisa berkata-k