Share

KAMBUH

Author: Edka22
last update Last Updated: 2023-01-05 11:36:53

“Mas!”

“Apa yang kamu lakukan, Nayla? Kenapa kamu kasar?”

Fery membantu Santi untuk berdiri sedangkan Nayla terus menggeleng karena ia merasa tidak melakukan apa pun.

“Mas, aku tidak melakukan apa pun. Itu Santi sendiri yang jatuh.”

“Tapi Mas lihat sendiri kamu mendorong Santi.”

Nayla dibuat melongo, ia tidak Salah dengarkan? Tadi Fery benar-benar menuduhnya?

“Mas nuduh aku mendorong Santi?” tanya Nayla dengan sedikit tidak percaya.

“Mas bukan menuduh, tapi Mas Ngomong kaya gini karena melihat sendiri. Kalau Mas tidak melihatnya, Mas juga tidak akan ngomong seperti tadi.”

Siska tiba-tiba datang, membuat suasana semakin tidak terkendali lagi.

“Ada apa ini? Fery kenapa dengan Santi?” tanya Siska seraya mendekat pada Santi.

“Santi jatuh, Bu.” Jawab Fery.

“Lah, kok bisa?”

“Gak apa kok, Bu. Mungkin Nayla gak sengaja.” Ucap Santi seolah-olah ia sengaja ingin membuat mertuanya semakin tidak menyukai Nayla.

“Apa? Nayla? Jadi kamu yang menyebabkan Santi jatuh? Mau kamu itu apa, sih Nayla. Heran sama kamu.” Siska menatap sengit ke arah Nayla.

“Bu, sudah. Jangan diperpanjang.”

“Bela terus istrimu. Salah juga selalu terlihat benar di matamu. Entah apa yang sudah dia lakukan ke kamu, Fer. Sampai-sampai kamu begitu percaya seratus persen sama Nayla. Nay, padahal Santi sahabat kamu Lo, kamu yang menarik Santi dalam hubungan kalian dan kamu pula yang nyakiti Santi. Otak kamu di mana sih?”

“Ibu sudah! Ibu terlalu berlebih-lebihan lagian Santi juga gak apa-apa.”

Santi tersenyum senang melihat Siska semakin membenci Nayla. Dalam hatinya Santi bersumpah akan mengambil semua yang seharusnya menjadi miliknya.

“Ini belum seberapa, Nayla. Tunggu saja tanggal mainnya.” Santi membatin. Setelah itu dibawa pergi oleh Siska.

Selepas kepergian Santi dan Siska, Nayla berusaha meyakinkan suaminya jika ia sama sekali tidak melakukan apa pun.

“Mas percayakan?”

Fery menghela napas berat. “Aku gak tahu. Mau percaya tapi aku lihat sendiri jika kamu mendorong Santi. Sudahlah jangan bahas ini lagi. Sekarang kita jadikan ke rumah sakit?”

“Besok saja, Mas. Aku gak enak sama Santi dan ibu. Nanti mereka malah salah paham lagi.”

“Ya udah terserah kamu. Mas ke kamar dulu, ya.”

Fery berlalu meninggalkan dirinya. Ia masih tidak percaya dengan perubahan sikap Santi. Padahal sebelumnya ia begitu menolak permintaan dirinya. Lalu sekarang? Berbanding terbalik. Justru di sini Santi menunjukkan sikap ketertarikan pada suaminya.

“Santi, aku kira sudah mengenal kamu lebih dalam. Ternyata... Aku sama sekali belum mengenalmu,” gumam Nayla dengan air mata yang luruh.

Sore hari sekitar pukul 4. Siska tiba-tiba menghampiri Nayla dan Fery yang tengah menikmati suasana sore hari. Tanpa sosok Santi di tengah-tengah mereka.

Siska Sudah tidak tahan lagi, melihat Fery yang selalu cuek pada Santi. Padahal mereka ada pengantin baru. Setidaknya mereka harus menikmati hari-hari indah bersama.

“Fer,” panggil Siska dan Fery serta Nayla langsung menoleh.

“Ibu, ada apa?” tanya Fery seraya sedikit menggeser posisi duduknya.

Siska duduk di sebelah Fery. “Kamu gak pikun kan? Kalau kamu itu punya dua istri? Harusnya kamu adil, dong. Kalau gini caranya kapan Santi hamil. Kamu terus cuekin.”

“Fery gak lupa kok, Bu. Fery Cuma belum terbiasa saja.”

“Gimana mau terbiasa. Kalau kerjaan kamu sama Nayla terus. Gini aja, ibu punya rencana lebih baik kamu sama Santi pergi bulan madu. Ibu sudah belikan tiketnya. Kamu sama Santi tinggal pergi saja. Ibu sudah atur semuanya.”

“Bukannya gak mau, Bu. Cuma Fery tidak tega kalau harus meninggalkan Nayla. Dia lagi sakit. Kalau sakitnya kambuh gimana?”

“Kan ada Ibu. Ibu yakin istri tertuamu akan setuju. Iya kan Nayla?”

Nayla mengaguk setuju. Karena rencana bulan madu memang sudah ia sampaikan pada suaminya. Kebetulan mertuanya membahas masalah ini jadi Nayla tidak usah repot-repot mengingatkan kembali suaminya.

“Iya, Mas pergi saja, Nayla tidak apa-apa kok.”

“Tapi..."

“Mas...”

“Oke, deal ya, besok kamu sama Santi berangkat. Tidak usah urus apa-apa ibu sudah persiapkan semuanya kamu tinggal berangkat.”

*

Keesokan paginya,

Nayla merasa berat harus mengizinkan suaminya pergi. Karena sebelumnya ia belum pernah ditinggal pergi jauh oleh suaminya. Kalau pun ada kerjaan di luar kota, maka Nayla akan dibawa oleh Fery.

Tapi, ia terus menegarkan hatinya. Jika ini adalah keputusan terbaik. Ia selalu mengingat kembali apa tujuan dirinya meminta Fery untuk menikah lagi.

“Mas pergi, jaga diri baik-baik, ya selama Mas tidak ada.”

Bibirnya terlihat tersenyum namun tidak dengan hatinya. “Kamu tenang saja, Mas. Pokoknya jangan memikirkan apa pun, nikmati saja masa bulan madunya.”

Sejurus kemudian Nayla menatap ke arah Santi yang saat ini sudah rapi dan terlihat cantik. “Santi, selamat menikmati bulan madunya, ya. Semoga setelah ini hubungan kamu dengan Mas Fery bisa lebih dekat.”

Nayla sama sekali tidak pernah memiliki pikiran jahat. Meskipun ia sudah tahu kedok asli Santi. Berpura-pura baik di depan orang lain namun berubah saat hanya ada dia dirinya.

Itu tidak masalah bagi Nayla, yang terpenting kelak akan ada wanita yang bisa menjaga suaminya. Yang bisa memberikan keturunan untuk keluarga suaminya. Karena dari dua keinginan itu tidak bisa ia wujudkan mengingat bagaimana penyakitnya semakin hari semakin terasa menyakitkan.

Nayla melepaskan kepergian Fery dan Santi. Di saat seperti inilah Nayla harus memperbanyak membesarkan hatinya. Karena Kalau bisa jujur dirinya belum sepenuhnya mengiklankan sang suami.

“Setelah ini, kamu harus siap-siap aku singkirkan dari kehidupan anakku. Jangan mimpi akan terus hidup bersama anakku. Kalau bisa aku berharap kamu secepatnya mati.”

Tes... Tes...

Tetesan air mata Nayla keluar begitu saja. Ia sedih karena ternyata ibu mertuanya menginginkan dirinya segera tiada. Apa salah dirinya? Lagi-lagi pertanyaan itu selalu sukses membuat dirinya bertanya-tanya.

“Kenapa ibu malah mendoakan Nayla cepat meninggal? Harusnya sebagai orang tua mendoakan yang terbaik, bukan sebaliknya.”

“Aku tidak peduli.”

Tidak ingin terlalu memikirkan sikap mertuanya, ia berniat untuk mencari hiburannya sendiri. Tentunya sebelum waktu janjian dengan dokter yang selalu mengawasi dan melihat perkembangan penyakitnya.

Pukul satu siang ia ada janji dengan dokter Samuel, dokter yang dua tahun terakhir ini menangani penyakit kankernya.

Sebelum pergi ia mengirim pesan pada Fery ia hendak meminta izin untuk pergi cek up. Dalam pesan singkat balasan dari Fery ia menyesal karena tidak bisa mengantarnya pergi. Nayla tidak marah malah memakluminya. Setelah rapi ia pun bergegas pergi namun baru saja ia memegang gagang pintu kamar ia meringis kesakitan.

“Astagfirullah,” ringis Nayla mengucapkan istighfar disertai dengan memegangi perut bagian bawahnya.

Lagi-lagi ia melupakan obatnya, obatnya sudah habis. Sejenak ia sedikit membungkuk dengan punggung yang ia sandarkan pada pintu saking sakitnya wajahnya terlihat pucat napasnya terang-terangan serta kering sebesar biji jagung mulai bercucuran.

Sungguh ia kadang ingin mengeluh kenapa harus dirinya yang menderita penyakit ini? Kenapa? Dalam hening dan diam karena merasakan sakit yang teramat sakit ia menangis. Meratapi nasibnya.

Dengan tenaga yang tersisa, ia berusaha berjalan dan ke rumah sakit sendiri. Ia bahkan tidak pergi bersama supir pribadinya karena tidak ingin sang supir mengadukan keadaannya pada Fery.

Sungguh ia sudah tidak tahan, bahkan matanya sudah mulai berkunang-kunang. Tubuhnya terasa lemas, keringat dingin sudah mulai bercucuran hingga di detik berikutnya saat tubuhnya sempoyongan akan terjatuh ada seseorang yang menopang hingga tubuhnya tidak jatuh ke tanah.

“Are you oke?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri untuk Suamiku    EXTRA PART

    Fery begitu menyesal saat melihat Nayla hidup bahagia. Tawanya yang jarang ia lihat saat hidup dengannya, kini justru terlihat dengan jelas saat Nayla hidup dengan pria lain.Kenapa dulu dia menyia-nyiakan wanita sebaik Nayla? Kenapa dia begitu bodohnya melepaskan permata demi sebongkah batu yang sama sekali tidak ada nilainya?Ia memejamkan matanya, merasa percuma penyesalan yang ia rasakan sekarang. Sebab penyesalannya tidak akan membuat semuanya kembali seperti semula.Siska yang sedari tadi ada di samping Fery, memegangi pundaknya. Ia menyadarkan Fery untuk segera pergi."Anggap saja ini adalah karma untuk kita, karena kita sudah menyakiti Nayla. Sepertinya kita memang pantas mendapatkan ini semua. Sekarang lebih baik kita pergi. Mari kita tata ulang hidup kita dari nol'' tutur Siska."Fery tahu, Bu. Tuhan benar-benar membayar kontan kejahatan yang sudah kita lakukan pada Nayla," ucap Fery menimpali Perkataan Siska.Sekali lagi, Fery menghela napas berat sejurus kemudian la dan Sis

  • Istri untuk Suamiku    126 (selesai)

    Raka hanya bisa tertunduk rapuh, saat dokter yang menangani Nayla mengatakan jika Nayla harus dioperasi. Bayinya harus secepatnya dilahirkan sebelum sesuatu yang buruk terjadi.Ia berharap semoga ini adalah jalan terbaik. Ia berharap banyak semoga istri dan anaknya bisa selamat. Sebab ia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika bayi mereka harus tiada. Tentunya membuat down sang istri dan ia tidak mau itu terjadi.Lampu tanda operasi sudah padam, itu artinya operasi yang dijalani Nayla sudah selesai. Namun, ia sama sekali tidak mendengar suara tangisan bayi. Terdengar sunyi senyap. Ini membuat Raka khawatir. Ditambah dokter tidak kunjung membuka pintu ruangan operasi. Maureen yang melihat Raka gelisah langsung menghampiri sang anak."Tenang Raka, semuanya pasti akan baik-baik saja, berdoalah." Tutur Maureen seraya mengusap-usap punggung Raka."Raka tidak bisa tenang, Ma. Raka belum tahu keadaan istri dan anak Raka." Jawab Raka begitu lemah."Ya, mama tahu. Mama juga khawatir. Ta

  • Istri untuk Suamiku    125

    Raka khawatir dengan keadaan Nayla, ia sungguh takut. Jika terjadi sesuatu hal yang buruk pada Nayla. Baginya Nayla adalah hidupnya, ia tidak akan bisa hidup dengan tenang jika terjadi sesuatu yang buruk padanya. Semenjak tahu dirinya hamil, Nayla begitu senang. Ia bahkan mengikuti setiap apa yang dilarang oleh Raka. Termasuk ia dilarang kecapean. Ia dilarang keluar rumah. Ia cukup bedrest di kamar saja.Nayla tahu apa yang dilakukan Raka semata-mata demi keselamatan dirinya. Ia tahu suaminya itu begitu mencintai dirinya, tentunya tidak ingin ada sesuatu hal yang buruk terjadi padanya. Nayla justru merasa tersanjung, ia kini menyadari jika cinta suaminya begitu besar. Namun, di balik kebahagiaannya itu. Nayla memendam sesuatu yang sangat besar. Apa itu? Dia harus bisa menahan rasa sakit. Ya, sewaktu-waktu perutnya Akan terasa sakit, bahkan pernah keluar darah meksipun hanya Sedikit. Dan selama itu pula ia tidak pernah mengatakan pada Raka.Nayla yakin jika dirinya mengadu Raka akan

  • Istri untuk Suamiku    124

    Nayla tersadar dari pingsannya. Saat matanya sudah terjaga ia mencari sosok suaminya. Nayla mengerutkan kening saat melihat suaminya tengah duduk melamun. Terlihat seperti ada beban yang tengah dipikulnya.Nayla pun very untuk mencari tahu. Nayla beranjak, ia lalu berjalan ke arah Raka seraya mendorong stan infusan.Saking larut dalam lamunan, membuat kehadiran Nayla yang ada di depan matanya sama sekali tidak disadarinya.Nayla pun ikut terduduk di samping Raka, kemudian menepuk pelan pundak Raka hingga Raka terlonjak kaget."Mas," Panggil Nayla seraya menepuk pelan pundak Raka.Raka yang terkejut, semakin terkejut saja melihat Nayla tiba-tiba duduk di sampingnya."Ya Tuhan, sayang Kenapa kamu bangun? Ayo kembali lagi ke ranjang," ujar Raka ia pun hendak menggendong Nayla namun ditahan."Turunin Mas, enggak usah digendong. Aku bisa jalan sendiri," Protes Nayla namun tidak didengarkan oleh Raka."Pokoknya kamu jangan dulu banyak gerak, ya,""Aku udah sehat, Mas. Jangan berlebihan. Lag

  • Istri untuk Suamiku    123

    Pagi ini, entah kenapa Nayla merasa malas untuk melakukan aktivitas apapun. Yang ia mau hanyalah diam dan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Raka datang ke kamar, ia melihat sang istri tengah berbaring dengan berselimutkan selimut tebal berwarna biru laut.Tak biasanya memang, hingga Raka pun dibuat keheranan. Raka duduk di samping Nayla. Ia lalu ikut menenggelamkan tubuhnya di bawah selimut Yang sama. Tak lupa sebuah pelukan mendarat di sana hingga Nayla pun dibuat kaget.Kaget karena tiba-tiba ada yang memeluknya dari belakang."Astaghfirullah, mas. Aku kaget." Keluh Nayla seraya membalikkan tubuhnya lalu balas memeluk Raka.Akhir-akhir ini aroma tubuh Raka seperti candu baginya, ini membuat Nayla enggan untuk menjauh dari Raka. Raka sama sekali tidak keberatan saat Nayla selalu saja menempel padanya. Justru ia merasa senang, setidaknya hubungan mereka akan semakin lengket."Mas," panggil Nayla pada Raka."Hmmm," balas Raka."Pernikahan kita sudah lama, tapi kenapa aku tidak hamil

  • Istri untuk Suamiku    122

    Setelah menunggu selama dua Minggu lamanya, akhirnya hasil dari tes DNA mereka keluar.Alex dan Raka menyerahkan amplop berisi hasil tes DNA pada Nayla. Mereka ingin nayla yang membacanya. Agar tidak dikira melakukan kecurangan."Buka dan bacalah hasilnya," ujar Alex seraya menyerahkan amplop tersebut."Kenapa harus aku?" Tanya balik Nayla."Biar kamu jadi orang pertama yang tahu. Karena kalau aku sudah yakin jika kamu memang adik perempuan ku, Naina."Tanpa rasa ragu, Nayla pun ngambil amplop tersebut lalu membaca hasil dari tes tersebut.Nayla terlihat serius, membaca hasil tes DNA tersebut. Matanya terus memindai satu persatu kata-kata yang tertulis di sana. Hingga matanya pun berakhir di bagian akhir yang tertulis di sana 99,99% cocok. Itu artinya mereka memang saudara.Kertas yang dipegang nayla Langsung terjatuh. Disertai dengan tubuhnya ikut limbung, beruntung Raka ada di samping sang istri jadi ia bisa langsung menahan tubuh Nayla.Air mata Nayla luruh, ia lalu menatap Alex ya

  • Istri untuk Suamiku    121

    Nayla langsung mendorong tubuh Alex yang ingin memeluk dirinya. Lagi pula ia masih bingung apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa Alex malah mengatakan dirinya adalah adiknya."Lex, kamu jangan kurang ajar. Di depan suamiku kau mau memelukku? Dan kamu juga mas, kenapa malah diam saja?" Cerocos Nayla pada Raka.Raka beranjak, ia berusaha untuk menenangkan Nayla agar tidak salah paham."Tenang sayang, sekarang kamu duduk dulu. Biar aku jelaskan semuanya." Titah Raka dan Nayla pun mengikuti instruksi dari Raka tersebut."Alex terpisah dari adik perempuannya dua puluh dua tahun lalu, saat itu Alex berusia sepuluh tahun sedangkan adik perempuannya berusia tahun. Dan kau mau tahu siapa yang melakukan hal ini? Dia adalah orang tua Fery. Orang tua Fery menculik adik perempuannya Alex. Setelah itu harta kedua orang tua Alex pun tiba-tiba beralih tangan atas nama ayah Fery," sejenak Alex terdiam ia berusaha untuk menelan salivanya terlebih dahulu."Lalu hubungannya dengan aku apa, Mas,?"tanya Nayl

  • Istri untuk Suamiku    120

    Setelah kejadian di Maldives , hidup Fery dan Siska jadi kacau. Mereka terus saja diteror oleh Alex. Alex tidak akan berhenti mengganggu mereka jika mereka mau memberi tahu di mana keberadaan adik perempuannya.Sedangkan Santi, hidupnya pun tidak kalah kacau ia jadi buronan, karena bukti kejahatannya sudah diserahkan oleh Alex pada polisi. Bukan hanya itu saja, Santi pun diusir oleh Fery saat ia tahu jika bayi yang ada di kandungan Santi bukanlah miliknya. Sedangkan kehidupan Nayla, ia kembali bisa berdamai dengan keadaan. Raka menepati janjinya, ia tidak izinkan Fery untuk mendekati Nayla lagi.Pernah suatu ketika, Fery datang pada Nayla. Ia memaksa agar Nayla ikut dengannya dan memintanya untuk meninggalkan Raka. Namun, Raka mengancam Fery sehingga ia tidak pernah berani lagi mendatangi Nayla. Paling dia hanya mengawasi Nayla dari kejauhan saja.Seperti saat ini misalnya, Fery terus saja memperhatikan nayla. Rasa cintanya kini sudah berubah menjadi sebuah obsesi semata. Semakin la

  • Istri untuk Suamiku    119

    Orang yang baru saja menahan Alex adalah Raka. Sejak sepuluh menit yang lalu. Raka sudah merasakan ada hal yang akan terjadi pada Alex dan Siska. Dan inilah kejadiannya. Dari kejauhan Raka melihat Alex mencekik Siska.Sekuat tenaga Raka berlari agar secepatnya dapat menghentikan tingkah Alex yang mungkin saja bisa membuat Siska mati."Apa yang kamu lakukan alex? Dia bisa mati!" Raka berkata seraya menarik tubuh Alex untuk menjauh dari tubuh Siska. Napasnya Alex sudah terlihat begitu ngos-ngosan. Karena menahan amarahnya. Sementara Siska dia terus saja terbatuk-batuk. Kemudian, Siska tidak hentinya memaki Alex."Kau gila Lex! Kau hampir membuat aku kehilangan nyawaku. Dasar penipu!""Ini adalah balasan untuk orang jahat seperti kamu!" Alex mengambil sesuatu dari saku celananya. Ternyata ia ngambil dompet, ia mengeluarkan uang seratus ribuan dari sana dan melemparkannya tepat di wajah Siska."Pergi dari sini! Aku sudah muak terus bersandiwara. Sekarang kau tunggu saja apa yang akan ter

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status