Home / Rumah Tangga / Istri yang Kau Tuduh Tidak Perawan Ternyata Kaya Raya / ๐—•๐—”๐—• ๐Ÿฎ. Pengakuan suami ke Sang Ibu

Share

๐—•๐—”๐—• ๐Ÿฎ. Pengakuan suami ke Sang Ibu

Author: Bayang Cermin
last update Last Updated: 2025-05-08 12:31:29

"Apa? Apa yang kamu bilang Erlan? Kamu gak bercanda kan? Berarti dia perempuan rendah! Awas aja dia!"

Mata Rubia terbelalak memandang Erlan menyelidik. "Benar yang kamu bicarakan itu?" Jadi? Jadi dia sudah menipu keluarga kita? kurang ajar!"

Erlan mengangguk pelan. Rasa tidak suka yang sudah tertanam sejak Alena, ibu Nadine yang sedang sakit, harus tinggal di rumah ini.

Dan menurut Nadine, wajar-wajar saja Ibunya tinggal di rumah ini. Karena Nadine membantu merenovasi rumah yang banyak kerusakan.

Tapi Rubia merasa risih dengan Alena yang sedang sakit, dan akan merepotkan di rumah ini.

"Erlan, Lebih baik kamu menikah lagi. Tapi jangan dari keluarga miskin seperti Nadine."

Mendengar ucapan sang mertua, di balik pintu Nadine menangis. 'Mertua macam apa kalau seperti ini. Mau menghancurkan rumah tangga yang baru aku dan mas Erlan bangun'

Rubia menepuk pundak Erlan. Ia berharap anaknya bisa menikah lagi. Dan menceraikan Nadine.

"Oh iya, mama dengar dari teman mama, kalau Alena, ibu Nadine, adalah bekas perempuan malam. Buah jatuh, gak jauh dari pohonnya. Ingat itu!"

"Sudahlah Ma, tapi aku ingin Nadine jujur Ma, itu aja" Ucap Erlan menunduk.

"Aku sedang menunggu kejujuran dia. Tapi sudah sebulan, sejak pernikahan kami, Nadine masih belum mau bicara yang sejujurnya. Udahlah Ma, aku mau pergi dulu. Mau tenangin otak."

"Mau kemana lagi kamu Er? Kamu gak pulang lagi?"

Erlan tidak menjawab, ia berlalu pergi dengan cepat.

"Ingat Erlan. Ceraikan Nadine. Dia bukan yang terbaik buat kamu. Dia dari keluarga miskin," seru Rubia.

Selesai mengucapkan itu, Rubia melangkah keluar kamar Erlan. Ia melihat Nadine masih menangis di balik pintu.

"Ngapain kamu disitu? Oh ... kamu sudah dengar apa yang mama omongin sama Erlan? Baguslah kalau begitu!" cibir Rubia.

Ceklek!

Pintu dari kamar Sandra, adik Erlan satu-satunya terbuka. Sandra menatap Rubia dan Nadine bergantian.

"Ma, sebetulnya apa sih masalah kak Nadine?"

"Sandra, kamu memang belum tahu? kalau kakak ipar kesayangmu ini adalah perempuan kotor? Dia udah gak perawan lagi. Makanya kakak kamu kecewa dan jarang pulang!"

"Apa Ma? Mama yang benar?" tanya Sandra menghampiri mereka.

"Tanya aja sama dia!" jawab Rubia memasang wajah sinis.

Sandra menoleh ke sang kakak ipar dengan tatapan jijik. "Kamu beneran kak?"

"Sandra, terserah kamu mau percaya atau gak. Cuma Tuhan yang tahu," jawab Nadine dingin.

Tak ada rasa iba, Rubia kembali menghampiri dekat dengan wajah Nadine. "Tuhan? Kamu berani bawa-bawa nama Tuhan? Ingat yah, kamu harus ganti gaun mahal aku!"

Jari telunjuk Rubia menunjuk dan mendorong ke kening Nadine.

"Aah, udahlah Ma. Pusing, aku mau pergi juga." ujar Sandra melangkah pergi. Sesaat ia membalikkan badannya, menoleh ke Rubia. "Tenang Ma, akan aku selesaikan semua masalah mereka!"

Rubia menghela nafas menatap tajam Nadine. "Kamu lihat! Semua anak-anakku pergi! Kenapa gak sekalian aja kamu pergi juga? Dasar perempuan rendah!"

Ceklek!

Alena, ibu Nadine membuka pintu sambil jalan terhuyung. Ia mendengar semua percakapan yang menyakitkan dari besannya. Hatinya terlalu sakit mendengar dirinya, dan anaknya diremehkan habis-habisan.

"Anakku bukan wanita seperti itu. Tolong jangan sembarangan kalau bicara!? " Suara Alena terdengar lemah.

Rubia memandang sinis ke Alena. "Oh, jadi ini induknya sudah bisa bangun untuk menolong anaknya toh?"

"Jangan hina kami terus-menerus. Saya tau, kami disini numpang, tapi anak saya sudah menarik tabungannya untuk merenovasi rumah ini. Ingat itu!"

Ucapan Alena membuat Rubia mendadak emosi, dan maju menghampiri Alena.

PLAKKK!

Tangan Rubia mendarat ke wajah Alena. Sontak saja Alena terhuyung. Badannya yang masih lemah tak mampu mengelak tamparan Rubia.

"Kamu yah, kalau udah numpang, gak usah sok-sok jadi pahlawan!"

"Ma!" Nadine berlari memeluk Alena. Ia menangis melihat Alena jatuh tersungkur dengan tamparan Rubia.

Nadine memapah Alena membawa masuk ke kamarnya. Di kamar Nadine dan Alena saling bertangisan.

Saat ini tubuh Alena tidak berdaya. Nadine anak satu-satunya, walau pun bukanlah anak kandung, namun Alena sangat sayang pada Nadine.

Pikirannya menerawang 24 tahun lalu, dimana saat Alena menemukan putri kecil yang baru belajar merangkak. Putri lucu dan sangat imut. Lama ia memperhatikan putri itu.

Bibirnya tersenyum sendiri memperhatikan kelucuan balita berlesung pipit bila tertawa. "Cantiknya," gumam Alena tidak sadar.

Tapi tidak satu pun ada orang tua yang membawanya. Semakin lama, putri kecil itu merangkak ke jalanan. Alena khawatir, karena banyak kendaraan berlalu lalang. Akhirnya wanita itu membawa gadis kecil ke rumahnya. Menemani hidupnya yang selalu sendiri. Tak ada yang tahu, Nadine bukanlah anak kandungnya. Termasuk Nadine, ia hanya tahu, Alena adalah ibu kandungnya.

'Maafin Mama sayang. Mama gak pernah berterus terang sama kamu. Mama juga gak tau siapa orang tua kamu.' gumam hati Alena, matanya berkaca-kaca.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Tjee Lisnayati
sangat menyedihkan nasib Nadine
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri yang Kau Tuduh Tidak Perawan Ternyata Kaya Rayaย ย ย BAB 114 Bayi cacat.

    Oweee! Oweeekh! Hoaaaakh! Tangis bayi tak berdosa, terdengar kembali suara tangisnya yang melengking mengisi udara. Diselingi jeritan penuh amarah Delia meledak-ledak. Wanita itu masih terbaring lemah, namun, bukan rasa sakit yang membuatnya histeris. Tapi kondisi bayi itulah yang membuatnya marah dan malu. Ia tidak mampu menerima kenyataan yang sedang dihadapinya. "Stop Dokter! Jangan bawa bayi itu kemari, ajak dia pergi dari sini. Aku gak mau menyentuhnya! Iiiist.. Memalukan! Menjijikkan!" "Ibu, Ibu gak boleh seperti itu. Bayi ini darah daging Ibu," ujar dokter sambil menggendong bayi itu yang masih menangis. Seolah ia tahu, kalau kehadirannya tidak diterima sang ibu. "Gak mau! Aku bilang gak mau! Buang! Buang aja bayi itu." Dokter dan suster saling bertatapan. Lalu dokter membawa bayi itu keluar menemui ayahnya. Erlan mengerutkan kening saat mendengar teriakan histeris Delia. Dan kini ia melihat bayi di dalam gendongan tangan dokter dalam kondisi cacat. "Ini bayi Bapa

  • Istri yang Kau Tuduh Tidak Perawan Ternyata Kaya Rayaย ย ย BAB 113. Bayi itu

    Di klinik tahanan wanita, Erlan dan Nesya baru tiba, ditemani Eli di belakang mereka.Teriakan mengerang kesakitan suara Delia terdengar hingga di luar klinik.Erlan masuk terlebih dulu. melihat Erlan datang, suara tangisan Delia sedikit terobati. Ia sempatkan untuk tersenyum pada Erlan."Erlan, sakit Er!"Suster menghampiri Erlan. "Bapak suami dari Ibu Delia? Sebaiknya Ibu Delia dibawa ke rumah sakit besar Pak. Disini tidak ada peralatan dan bidan.""Ya, bawa aja sus," jawab Erlan.Namun Delia melihat di belakang Erlan, berdiri seorang wanita cantik."Dia siapa Er?""Dia ini Nesya, pegawai baru di perusahaan kita," jawab Erlan sambil menarik tangan Nesya memperkenalkan ke Delia. Tapi Delia menatap Nesya tajam."Ini pacar baru kamu? Iya?" seru Delia sambil mengadu kesakitan."Stop Delia! Kamu nggak usah banyak tanya dulu. Yang terpenting adalah keselamatan baik kamu!""Oh, jadi kamu nggak mementingkan keselamatan aku ya? Kamu udah punya pacar baru ya?""Delia, kalau misalnya iya, teru

  • Istri yang Kau Tuduh Tidak Perawan Ternyata Kaya Rayaย ย ย BAB 112. Delia Melahirkan.

    "Apa? Delia melahirkan? Laluโ€”lalu kenapa? Ya, udah. Silahkan kamu tengok dia" jawab Erlan, yang tidak ingin lagi mendengar nama Delia.'Aku baru ingin bicara serius dengan Nesya. Malah diganggu si nenek sihir itu. Aku gak akan peduli. Lebih baik aku suruh Mama yang tengok Delia,' batinnya."Pak! Tapi kan Pak? Delia itu ... " Eli tidak meneruskan ucapan, yang langsung dipotong oleh Erlan."Stop! Jangan bicara yang gak penting lagi yah! Silahkan kamu pergi dari sini!?"Tentu saja Eli pergi dengan penuh pertanyaan. Kenapa dengan sikap Erlan yang tidak mau tahu anaknya sendiri. Seharusnya dia bahagia dengan kelahiran anaknya. Namun ini, malah mengusirnya. Menyuruhnya pergi."Padahal itu kan anak kandungnya. Kenapa Pak Erlan gak peduli? Apa mungkin karena perempuan itu?" gumam Eli sambil melangkah pergi.Erlan kembali membalikkan badannya, memandang Nesya."Maaf, ini bukan urusan kamu. Dan sekarang saya gak mau diganggu siapapun saat sedang bicara dengan kamu.""Tapi Pak? Bukannya itu ana

  • Istri yang Kau Tuduh Tidak Perawan Ternyata Kaya Rayaย ย ย BAB 111. Erlan ingin Mengucapkan Sesuatu.

    Tiga minggu di kantor Delia siang itu."Nesya! Nesya! Tunggu! Kamu mau kemana?" panggil Erlan berlari ke arah Nesya alias Nadine yang sedang berjalan ke arah kantin."Aku mau ke kantin. Ada apa Pak?""Aku juga mau ke kantin. Ayo bareng aku.Biar aku traktir," ujar Erlan memberi senyumnya.Nadine mengangguk. "Boleh. Aku juga udah lapar kok"Mereka jalan beriringan menuju kantin yang letaknya tidak jauh, masih di dalam perkantoran.Siang itu Erlan ingin mengungkapkan apa yang ia tahan selama tiga minggu ini.Sesampai di kantin, Erlan mengajak Nesya sudut di sudut ruangan. Matanya tak henti memandang wajah cantik Nesya yang menggoda."Kamu mau pesan apa Nes?" tanya Erlan sambil membolak balikkan menu."Aku mau ini aja, ayam geprek ... Mbak, saya ayam geprek sama air putih aja yah," Nesya memberikan menu itu ke pelayan."Oke, aku samain aja yah Mbak," ujar Erlan."Kok Bapak makannya sama-samain gitu sih Pak?""Yah, karena pilihanmu juga pilihan aku." jawab Erlan tersenyum.Nesya memandang

  • Istri yang Kau Tuduh Tidak Perawan Ternyata Kaya Rayaย ย ย BAB 110. Rencana Linda

    "Awas aja kau Ghia. Aku akan melakukan sesuatu untukmu," gumamnya penuh amarah dan cemburu. Melihat mobil Aldiano berjalan pelan menuju jalan raya, bersama Ghia. Maka Linda menghidupkan kembali motornya. Ia tetap mengikuti. "Wanita yang baru masuk kerja saja sudah bisa menarik perhatian kamu Aldiano! Sedangkan sama aku? Kamu gak mau memandang sebelah mata pun sama aku." Setelah 30 menit mobil sampai di rumah mungil bertata rapih. Ghia turun dari mobil itu, dan masuk sambil melambaikan tangannya, dibalas Aldiano. Mereka saling senyum. Aldiano menunggu Ghia masuk ke dalam rumah. Barulah ia meninggalkan rumah itu. Ada rasa sakit melihat itu di hati Linda. "Ternyata mencintai dalam diam itu menyakitkan ya," gumam Linda. Ia duduk di kursi bawah pohon pinggir jalan. Pikirannya kacau. "Haruskah aku membunuhnya lagi? Tapi harus. Ini tidak boleh terjadi. Aldiano tetap jadi milikku, walau pun dalam diam" "Aldiano, kenapa kamu dulu gak percaya saat aku bilang, Helena, istri kamu itu

  • Istri yang Kau Tuduh Tidak Perawan Ternyata Kaya Rayaย ย ย BAB 109 Membuka Laptop Linda

    "Kesempatan ini tidak datang dua kali. Ghia masuk ke ruangannya sambil membawa laptop Linda ke ruang dokumentasi. Ia duduk di depan meja sambil membuka kembali layar laptop itu."Semoga kali ini berhasil," gumamnya sambil menunggu loading layar terbuka. Rasa penasaran dan firasat yang mengusiknya, terlalu kuat untuk diabaikan. Dengan kemampuan yang ia miliki pada teknologi informatika, ia paham cela-cela keamanan untuk mengaktifkan mode pemulihan dan membuka command prompt yang tersembunyi. Beberapa kali jarinya mengetuk keyboard, dan saat menunggu yang mendebarkan, matanya lekat memandang layar itu.Ghia menunggu beberapa saat. "Ayo cepat! Cepat tebuka!"Setelah menunggu beberapa saat akhirnya layar desktop muncul di hadapannya. Ghia menghela nafas lega."Huh! Akhirnya muncul juga."Jarinya mulai mengetik kembali dan mencari folder. Beberapa folder tampak biasa. Beberapa laporan kerja dan arsip persentasi dan spreadsheet anggaran. Matanya menangkap folder yang tersembunyi bertulis

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status