‘’Apa jangan-jangan, sangking ketagihannya sama mas sampai lupa sama bapak?’’ ‘’Mas!’’ Abi terus tertawa seakan aku ini badut lucu. Apa iya aku ketagihan? Tapi, sungguh, jika sedang melakukan suatu hal namun diganggu, bukankah hal tersebut menjadi tanggung bila digantung?Di sisi lain, melakukan sesuatu setengah-setengah tidaklah baik.‘’Harusnya tadi suaranya jangan ditahan-tahan biar bapak tau kamu gak sendiri.’’ Ya ampun.Benar-benar tidak mengerti dengan Abi, mengapa terus saja membahas bapak dan tidak takut jika ketahuan.‘’Mas, malu-maluin!’’ Sambil menggerutu aku coba berdiri. Akan tetapi, ‘’Mas?’’ Baru saja menegakkan kaki Abi kembali mendekati, bahkan menghimpit tubuhku.Ingin sekali menangis saat ini, sangking tidak kuat dengan posisi di mana semua yg tak tertutup menempel tanpa penghalang.‘’Kita bukan nikah siri, nikah sah dan buku nikahnya mas bawa. Apa perlu mas tunjukin biar kamu gak malu lagi?’’‘’Mas, nggak perlu ngelakuin itu. Maksud Selin, nggak enak nanti diden
‘’Mas, mau ngapain buka baju?’’ tanyaku kebingungan.Tetapi pertanyaan itu dibalas dengan seringai mengerikan. Abi mendekatiku aku pun refleks berjalan mundur dan menabrak ranjang hingga terduduk di sana.‘’Mas, mas gak kesambet, kan?’’ Aku bersumpah Abi seperti orang kesurupan.‘’Mas mau nambah lagi.’’‘’Bukannya tadi sudah makan banyak bahkan jatah bapak dan Handi juga kita makan? Memang kurang, ya, pisang dan ubi nya?’’ Aku tidak tahu jika nafsu makan Abi begitu tinggi. ‘’Ya, mas, mau makan ubinya kamu makan pisangnya,’’ kata Abi semakin mendekat. ‘’Selin kenyang. Tapi kalau mas mau, ya sudah Selin ambilkan dulu.’’ Aku pun bergegas berdiri ingin keluar menuju dapur, namun Abi tiba-tiba membuka bajuku, sontak aku pun menahannya tidak mengerti.‘’Mas katanya mau nambah, ini Selin mau ke dapur,’’ kataku sedikit kesal. Ketika kembali berjalan, Abi menghalangi. Bergerak ke kiri, juga di ikuti. Ke kanan pun apalagi. Entah apa maksudnya, kalau begini tidak selesai-selesai.‘’Mas, min
‘’Oh, ya?’’‘’Iya, Selin itu suka sekali ke sawah. Katanya mau lihat matahari terbenam. Alasannya itu-itu terus.’’‘’Jadi kalau pagi sama sore, Selin selalu menghilang?’’‘’Iya, Mas. Nah, nanti yang bertugas disuruh nyari, ya, Handi.’’Kali ini obrolan tersebut disertai gelak tawa menggelegar. Sebelumnya suaranya kadang muncul kadang hilang. Tetapi sudah tak lagi begitu sampai-sampai aku jadi terbangun.Ini kedua kalinya ketika aku melek dan Abi sudah tidak di ranjang. Perasaan tadi pelukannya masih terasa tetapi sekarang entah kemana orangnya.Aku pun segera turun dan memakai pakaian lalu keluar. Menemukan para pria yang ku sayangi sedang duduk mengitari meja makan. Lengkap dengan kopi dan makanan rebusan.‘’Nduk, cepat sarapan dulu, kamu pasti lapar. Itu makanannya di meja.’’ Ibu kemudian berlalu bergabung dengan yang lainnya.Dengan langkah gontai aku mengikuti di belakang.Tidak di rumah Abi tidak di rumah sendiri, rasanya begitu malu bangun kesiangan bahkan tidak menyiapkan sarapa
Hilang sudah ragu dan ratapan penyesalan istri yang dibeli. Nyatanya tidak menghalangi rasa yang murni muncul tanpa paksaan siapapun.Ikhlas lahir batin.‘’Sejak kapan?’’ Abi merubah posisinya, menyanggah kepalanya dengan satu tangan dan tangan yang lain mengelus perutku.‘’Harus dikasih tahu, ya?’’ Jika terus memaksa ingin tahu, aku benar-benar tidak bisa memberi jawaban.‘’Nggak juga. Mau itu jatuh cintanya kapan, yang penting, kita sudah sama-sama mencintai ketika sudah sah terikat.’’ Aku tersenyum dan kembali memejam kala mendapatkan pagutan hangat. ‘’Mas, apakah pernikahan kita ini bisa dikatakan pernikahan?’’ ‘’Kenapa memangnya?’’ Aku terdiam dahulu, mencari jarum lalu menarik benang topik agar pembicaraan penting ini tidak ada yang terlewat.‘’Karena kita nikah demi biaya bapak? Atau nikah di hari yang sama kamu dicerai Ega? Atau karena sebelumnya kamu dijual lalu mas yang membelinya?’’Mendengarnya semakin membuatku terdiam. Semua yang dikatakannya itulah yang tengah aku p
‘’Mas, aku tidak tahu bagaimana caranya?’’ Aku benar-benar malu. Abi tertawa kecil melihat kelucuan ini. Akan tetapi mengajari tentunya dengan tatapan menggoda. Aku gerakkan tubuh ke atas lalu ke bawah, seperti yang diarahkan hingga kini gantian Abi yang menengadah.‘’Istri mas belajarnya cepat ternyata,’’ ucap Abi dengan bangganya.Aku menunduk malu namun sembari menikmati yang aku lakukan sekarang. Sementara Abi mengerjakan yang lain. Tak ada satupun bagian dari tubuhku yang lolos dari Abi. Hampir seluruhnya berhasil dijamah.Sudah tidak tahu berapa banya tanda yang tercipta, yang jelas permainan belum usai.‘’Mas.’’ Aku menutup mata, saat merasa hampir selesai, tetapi Abi malah menidurkan ku di ranjang.‘’Apa yang… akh…’’Aku menahan desahan yang kian luar biasa menyiksa. Milik Abi bergerak keluar masuk di bagian utamaku. Ranjang tua itu sampai berdenyit namun sudah tak ku pikirkan lagi, karena perbuatan Abi.‘’Mas… akh… mas… aku…’’‘’Sebentar lagi, Sayang. Kita keluar bersama.
‘’Mas.’’ Aku protes karena Abi jadi genit sekali.Mas?Nada suaraku yang manja membuat Abi tersenyum penuh arti. Rasanya deg deg ser tatkala melihatnya demikian. Padahal hanya senyum tapi serasa disekitar ada banyak bunga-bunga.Seakan Abi adalah cinta pertamaku, masa cinta monyet terbayang indahnya.‘’Mas kangen sekali. Semalam tidur sendiri teringat kamu.’’ Abi memeluk dan dagunya disanggakan pada bahu. Aku pun juga rindu. Namun tidak terucap karena menikmati hangatnya pelukan suami tercinta. Tangan Abi bergerilya lancar sekali. Aku mengerti maksudnya, menggodaku sekaligus menyampaikan sesuatu.‘’Mas tidak mau gagal lagi bulan madu. Dari kemarin terbayang-bayang terus, Sayang.’’ Abi tidak berbasa-basi dan langsung ke intinya. ‘’Mas sudah siap?’’Sontak Abi menoleh dan tertawa. Kaget dengan pertanyaan tersebut.Memang dari kemarin aku sudah siap, hanya saja waktu yang tidak tepat.Abi tersenyum penuh rasa bahagia. Sangat. Saat ini dirinya adalah lelaki yang haus belaian istrinya.