Share

Istri yang Kau Hinakan
Istri yang Kau Hinakan
Penulis: Irstia88

Bab 1

Malam pertama seharusnya menjadi malam paling indah dan tak terlupakan di sepanjang hidup.

Namun tidak bagi pasangan pengantin baru yang satu ini. Di duga tak perawan lagi oleh suaminya, Nadine menerima caci maki dari orang yang pertama merenggut kesuciannya yaitu Sadam yang tak lain adalah pria yang baru saja mengucapkan ijab kabul siang tadi.

Suami sah, kekasih sekaligus tambatan hati bagi Nadine. Kini tiba-tiba saja menjadi seseorang yang menghancurkan hatinya, menggoreskan luka yang begitu dalam atas tuduhan yang tak jelas dan tanpa bukti.

Hanya karena tak ada bercak darah yang keluar saat malam pertama mereka. Sadam memvonis Nadine sudah tak perawan lagi, dan pria itu mengklaim Nadine sebagai penipu.

"Katakan dengan siapa kamu melakukannya sebelum denganku malam ini?" Sadam mengangkat wajah Nadine yang sedari tadi tertunduk dan hanya menangis tanpa bisa membela diri.

Berulang kali pun Nadine membantah tuduhan suaminya, pria itu tetap tak percaya.

Kedua pipi wanita itu di apit oleh telunjuk dan ibu jari Sadam. Wajahnya yang basah dan mata sembab tak membuat pria itu merasa iba. Semua dia anggap hanya akting belaka. Seolah Nadine sedang mengharapkan belas kasihan darinya, untuk menutupi kesalahan karena sudah menipu dirinya.

Nadine menggelengkan kepala sambil sesenggukan. Air mata tak henti mengalir dari wajahnya yang cantik. Bahkan saat ini Nadine masih dalam keadaan polos, hanya selimut tebal berwarna putih yang menutupi tubuhnya.

"Jangan bohong! Cepat katakan, siapa laki-laki itu?" suara Sadam makin menggema di kamar hotel tempat dimana mereka melangsungkan pernikahan siang tadi.

"Aku belum pernah melakukannya dengan orang lain. Kamu yang pertama ... kamu suamiku," lirih Nadine.

Rahang Sadam mengeras, urat-urat di kepala dan lehernya menonjol menandakan betapa marahnya pria itu.

Dengan kasar Sadam mendorong tubuh Nadine yang semula terduduk di tepi ranjang hingga wanita itu terdorong ke belakang.

"Aaakkk," jerit tertahan keluar dari mulut Nadine.

"Kalau memang baru denganku kamu melakukannya, mana buktinya? Bahkan kamu sama sekali tak mengeluarkan darah keperawanan. Pasti kamu pernah melakukan hubungan intim dengan pria lain sebelumnya. Berapa kali? Satu? Dua kali? Jawab!" desak Sadam masih tak percaya pada istrinya.

Wanita yang selama tiga bulan menjadi kekasihnya, wanita yang semula dia kira adalah pilihan yang tepat untuk dijadikan istri, tapi kini baru ketahuan belangnya. Sadam merasa di tipu habis-habisan, seperti membeli kucing dalam karung.

Wanita yang ia bangga-banggakan dihadapan orang tua karena memiliki sikap yang lugu dan sederhana ternyata dia telah keliru menilainya, dan menikahinya adalah sebuah kesalahan.

Setelah pergumulan panas yang dia lakukan bersama Nadine, dia baru sadar jika Nadine tak mengeluarkan darah keperawanan seperti yang terjadi pada wanita pada umumnya saat pertama kali berhubungan badan. Namun tidak dengan Nadine. Sadam mengira jika Nadine pernah melakukannya dengan pria lain sebelumnya.

Meski mungkin tak merusak bagian intim wanita itu hingga rasanya masih seperti layaknya perawan, tetap saja Sadam tak terima karena dia ingin menjadi orang pertama, karena ini pun adalah yang pertama baginya. Bukan barang bekas seperti Nadine saat ini.

Sadam benar-benar merasa tertipu. Rasa cintanya yang begitu besar seketika terbalut oleh rasa benci yang tak kalah besar.

Sadam berjanji akan membuat hidup Nadine menderita bersamanya. Jika perlu seumur hidup, Sadam akan membuat Nadine tersiksa menjadi istrinya.

"Pasti pria itu meninggalkan kamu setelah mendapatkan kesucianmu. Dan kamu menganggap aku orang bodoh yang bisa kamu kelabui dengan keluguanmu itu. Berpura-pura menjadi wanita baik-baik demi bisa dinikahi olehku, kamu pikir aku bodoh dan tak tau kalau ternyata kamu bukan perawan?" tukas Sadam masih kekeh dengan persepsinya yang salah.

Nadine sendiri tidak mengerti kenapa bisa darah keperawanan itu tak keluar. Dia tak mengerti hal semacam itu, namun dia berani bersumpah jika selama ini dia selalu menjaga kesuciannya untuk calon suaminya kelak. Dan dia adalah Sadam.

Entah berapa kali Nadine harus membantah, dan harus bagaimana Nadine menjelaskan pada Sadam jika tuduhan pria itu salah besar. Dia masih perawan dan bukan wanita yang bisa semudah itu melepas kesucian sebelum adanya akad pernikahan yang sakral.

Nadine merasa lelah untuk menjelaskan, karena Sadam tetap tak percaya.

"Aku menyesal menikahi kamu, aku merasa sangat tertipu! Pantas saja ibu tak pernah menyetujui hubungan kita. Mungkin ibu sudah punya firasat atau memang ibuku sudah bisa menilai wanita macam apa kamu ini!" bentak Sadam kembali menggoreskan luka di hati Nadine. Luka yang makin dalam hingga batin wanita itu seakan menjerit.

"Mas tolong jangan bicara begitu," lirih Nadine.

"Mas, percaya sama aku. Aku mohon! Malam ini adalah malam pertama bagiku melakukannya. Aku bukan wanita murahan seperti yang kamu tuduhkan," lanjutnya.

"Terus saja mengelak! Aku sudah tak percaya lagi sama kamu. Mulai saat ini akan aku buat kamu menderita." Mata Sadam membola, ia mendekatkan wajahnya pada Nadine.

Kedua tangannya bertumpu di atas ranjang dimana Nadine terbaring.

"Dengar! Aku tak akan pernah melepaskanmu sebelum aku puas membalas rasa sakit hatiku karena tertipu mentah-mentah olehmu. Akan ku buat hidupmu menderita bersamaku. Akan ku jadikan pernikahan ini neraka bagimu," desis Sadam lalu bangkit melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Sadam merasa sangat jijik telah berhubungan dengan istrinya sendiri karena dia pikir Nadine hanya bekas orang lain yang tak sengaja ia pungut dan dia pakai.

Nadine memungut pakaian yang berserakan di lantai. Dengan tertatih dia melangkah memungut satu persatu pakaian yang terlempar berserakan dimana-mana.

Selain hatinya yang sakit, raganya pun sakit karena ini kali pertama ia melepaskan kesuciannya. Dia berjalan sambil sesekali meringis perih.

Terpaksa rasa sakit itu dia tahan dan segera mengenakan pakaiannya kembali. Setelah semua melekat ditubuhnya. Nadine kembali berbaring di tempat tidur. Memeluk guling dengan erat, tak lupa menarik selimutnya sampai leher.

Suara guyuran air shower masih terdengar di dalam kamar mandi. Tak lama suara itu berhenti dan berganti dengan derit pintu kamar mandi. Sadam baru selesai membersihkan diri.

Melihat Nadine meringkuk membelakangi dirinya di atas ranjang, pria itu pun berjalan mendekat.

"Bangun!" bentak Sadam membuat Nadine tersentak kaget padahal wanita itu baru saja akan tertidur setelah lelah menangis.

Nadine merubah posisi menjadi duduk, menoleh pada Sadam yang kini berdiri di dekat ranjang.

Sadam yang masih memakai handuk kini menarik selimut dan melemparkan selimut itu ke sofa yang ada di sebrang tempat tidur.

"Tidur di sana!" tunjuk Sadam pada sofa itu.

Nadine mengikuti arah telunjuk suaminya, seakan tak percaya jika Sadam memintanya untuk tidur terpisah.

"Malah bengong! Ayo, ikut aku!" Sadam menarik tubuh lemah Nadine dan menyeret wanita itu menuju sofa.

Sadam melepaskan genggamannya dengan kasar, hingga Nadine tersungkur di atas sofa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status