Istri yang Kau Hinakan

Istri yang Kau Hinakan

Oleh:  Irstia88   On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
14Bab
339Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Nadine tak pernah menyangka jika pernikahannya bersama Sadam adalah awal dari penderitaan baginya. Malam pertama yang seharusnya menjadi momen indah dan tak terlupakan, namun malah menjadi hari paling menyakitkan bagi wanita itu. Di duga tak perawan lagi oleh suaminya, menjadi sebuah penghinaan terbesar dalam hidupnya. Tapi Nadine bertahan dalam belenggu cinta dan benci yang Sadam ciptakan.

Lihat lebih banyak
Istri yang Kau Hinakan Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
14 Bab
Bab 1
Malam pertama seharusnya menjadi malam paling indah dan tak terlupakan di sepanjang hidup. Namun tidak bagi pasangan pengantin baru yang satu ini. Di duga tak perawan lagi oleh suaminya, Nadine menerima caci maki dari orang yang pertama merenggut kesuciannya yaitu Sadam yang tak lain adalah pria yang baru saja mengucapkan ijab kabul siang tadi.Suami sah, kekasih sekaligus tambatan hati bagi Nadine. Kini tiba-tiba saja menjadi seseorang yang menghancurkan hatinya, menggoreskan luka yang begitu dalam atas tuduhan yang tak jelas dan tanpa bukti.Hanya karena tak ada bercak darah yang keluar saat malam pertama mereka. Sadam memvonis Nadine sudah tak perawan lagi, dan pria itu mengklaim Nadine sebagai penipu."Katakan dengan siapa kamu melakukannya sebelum denganku malam ini?" Sadam mengangkat wajah Nadine yang sedari tadi tertunduk dan hanya menangis tanpa bisa membela diri.Berulang kali pun Nadine membantah tuduhan suaminya, pria itu teta
Baca selengkapnya
Bab 2
Saras tengah duduk bersantai di teras rumah. Seketika ia bangkit saat melihat mobil putranya memasuki halaman rumah.Wanita itu memicingkan mata melihat sepasang pengantin baru yang seharusnya masih berada di hotel untuk tiga hari kedepan.Tapi anehnya mereka sudah kembali. Tak ada raut bahagia yang terpancar dari pasangan pengantin baru itu. Tak seperti pada umumnya, dimana kebanyakan orang akan mengumbar kemesraan atau paling tidak terlihat lebih romantis. Tak seperti yang Saras lihat saat ini.Wajah mereka terlihat datar. Apalagi ekspresi yang terpancar dari Nadine, cukup menarik perhatian Saras. Kantung mata wanita yang kini menjadi menantunya itu tampak bengkak. Sedangkan wajah putranya yang bernama Sadam pun tak kalah membuatnya heran. Anak itu tampak datar wajahnya seperti banyak pikiran.Mereka berdua tak terlihat romantis seperti layaknya pengantin baru. Mengundang banyak tanya di hati Saras. Terlebih seharusnya pasangan pengantin itu ma
Baca selengkapnya
Bab 3
Gemerlap lampu berwarna-warni menghiasi ruangan diskotik yang dipenuhi banyak orang bergerak meliuk bebas di lantai disko.Di sudut ruangan nampak Sadam sedang minum di temani temannya yang bernama Arya.Hampir tiga botol minuman yang dia habiskan sendiri, sementara Arya hanya minum segelas kecil saja. Arya tak mau mabuk apalagi saat ini Sadam mabuk parah dan tentu dia yang harus mengantarkan Sadam pulang agar tak terjadi hal buruk pada sahabatnya itu."Sudah cukup! Kita pulang sekarang," cegah Aryo saat Sadam kembali menuangkan minuman beralk*hol ke dalam gelas.Mata Sadam sudah merah, gerak tubuhnya pun sudah keleyengan tampaknya dia mabuk parah dan harus dihentikan."Sebentar lagi, tanggung. Ini juga belum habis, kamu gak mau? Ya udah aku aja yang minum," ucap Sadam sambil menepis lengan Arya dan kembali menenggak minuman itu.Ponsel Sadam yang tergeletak di atas meja tampak berkedip-kedip menandakan ada telepon masuk. Arya membaca nama yang tertera pada layar ponsel, rupanya it
Baca selengkapnya
Bab 4
Perlahan Nadine memapah suaminya menaiki anak tangga. Cukup sulit apalagi Sadam berjalan sempoyongan dan Nadine harus menahan bobot tubuh suaminya yang cukup berat. Tapi akhirnya Nadine berhasil membawa Sadam ke kamar. Sadam dibaringkan di atas tempat tidur. Dengan telaten Nadine membuka beberapa kancing kemeja yang di pakai suaminya, tak lupa sepatunya pun dia lepas.Nadine duduk di samping Sadam. Menatap suaminya dengan tatapan miris. Tangannya mengusap rambut Sadam yang basah karena keringat. "Maafkan aku, Mas. Gara-gara aku, kamu jadi seperti ini. Asal kamu tau Mas, aku tak pernah melakukan hubungan intim dengan siapapun sebelumnya. Kamu adalah orang pertama yang melepas kesucianku. Masalah darah yang keluar atau tidak, bukanlah tolak ukur untuk menentukan apakah seseorang itu masih perawan atau bukan. Dan hal seperti itu seharusnya kamu juga tau, jangan jadikan masalah kecil menjadi pemicu hancurnya hubungan kita, Mas," lirih Nadine lantas menyandarkan kepalanya pada bahu Sadam
Baca selengkapnya
Bab 5
"Salah sendiri pilih dia jadi istrimu," ucap Saras mendelik pada Nadine."Bu ...." Prasetyo menoleh pada istrinya, seolah matanya mengatakan agar istrinya tak ikut campur urusan rumah tangga mereka.Mbak Nur nampak iba pada Nadine. Kasihan karena baru sehari saja menginjakkan kaki di rumah ini sudah dijadikan bahan pergunjingan mertua dan suaminya."Maaf, Mas, Bu. Nanti saya akan minta diajarin sama Mbak Nur, gimana bikin kopi yang sesuai selera Mas Sadam," ucap Nadine bersuara pada akhirnya."Kalau perlu bantu beres-beres sama masak di dapur. Kamu lebih cocok dijadikan pembantu kok daripada jadi istrinya Sadam," pungkas Saras sambil melempar sapu tangan putih dengan kasar ke atas meja. Ia bangkit dan melengos pergi meninggalkan ruang makan."Ya ampun, Ibu ... mulutmu itu loh!" Prasetyo berdiri menyusul langkah istrinya.Kini hanya ada Sadam dan Nadine di sana, sedang Mbak Nur buru-buru pergi ke belakang ke dapur kotor untuk mencuci piring bekas sarapan. Mbak Nur tak mau mendengar hi
Baca selengkapnya
Bab 6
"Barusan teman sekolah mengundangku ke acara reuni, dia juga minta agar aku ajak kamu, sekalian mengenalkan kamu sama teman-temanku. Kalau kamu keberatan aku gak akan ikut," ucap Nadine ragu-ragu menyampaikannya."Kapan?" tanya Sadam tanpa menoleh ke arah Nadine lawan bicaranya."Lusa." Nadine merasa lega saat Sadam merespon perkataannya."Aku akan menemani kamu ke acara itu." Sadam menoleh sekilas lalu kembali sibuk dengan layar laptopnya.Senyuman terbit di sudut bibir Nadine, hatinya makin terasa lega. Dia pikir Sadam akan menolak pergi bersamanya ke acara reuni nanti, tapi ternyata Sadam mau ikut dengannya. "Ngapain masih berdiri di situ?" Sadam membuyarkan lamunan Nadine yang terlihat tersenyum-senyum sendiri."Jangan ge-er dulu karena aku mau mengantarmu ke acara reuni. Aku hanya tak ingin orang lain curiga dengan hubungan kita yang kacau. Biarkan mereka menganggap kita ini sepasang suami istri yang harmonis," oceh Sadam sambil tersenyum miring.Baru saja Nadine merasa bahagia
Baca selengkapnya
Bab 7
Nadine bergegas melangkah ke dekat meja kompor dimana mertuanya berdiri di tempat yang sama.Beruntung api belum merambat ke atas wajan penggorengan hingga tak terjadi kebakaran. Hanya saja makanan yang sedang dimasak menjadi berwarna hitam dan gosong. Sudah pasti tak bisa di konsumsi, lalu Nadine mengambil lap dan membuang makanan gosong itu ke tong sampah."Bagus ya, buang-buang makanan seenaknya. Kamu pikir makanan itu hasil mungut? Itu aku beli loh pake uang bukan pake daon!" geram Saras."Maaf, Bu. Tadi aku gak sengaja bikin makanannya gosong, aku ngangkat telepon dari bapak sebentar, lupa matiin kompor." Nadine tertunduk."Dasar ceroboh! Ambil lagi makanan itu, cepat!" titah Saras membentak."Tapi, Bu. Makanannya udah gak layak makan, buat apa diambil lagi," ucap Nadine."Buat makan malam kamu karena sudah buang-buang makanan. Pokoknya malam ini gak ada makan malam buat kamu! Kalau mau makan, pungut tuh dari tong sampah. Lebih cocok untuk gembel seperti kamu," bentak Saras.Kemu
Baca selengkapnya
Bab 8
"Apa kamu mencintai Nadine?" Pertanyaan itu terlontar dari mulut Prasetyo ketika Sadam menghampirinya di taman belakang dimana terlihat permukaan air kolam renang yang begitu tenang dan berwarna biru gelap."Kenapa Ayah menanyakan hal itu?" Sadam malah balik bertanya bukannya menjawab pertanyaan ayahnya tadi.Pria berusia 60 tahun itu menoleh pada putra semata wayangnya. Pewaris tunggal dari perusahaan yang dulu dia kelola dari nol hingga sekarang sudah menjadi perusahaan cukup besar dan ternama."Jawab saja, apa susahnya," tukas pria berkumis itu menatap tajam manik mata putranya."Dulu iya, aku sangat mencintainya tapi sekarang setelah aku tau jika ternyata aku menikahi wanita yang salah. Cinta itu sudah terkubur bersama kekecewaan dan rasa sakit hatiku," jawab Sadam."Semudah itu cintamu luntur hanya karena Nadine diduga tidak perawan lagi? Jika memang kamu sudah tidak mencintai Nadine, maka lebih baik kamu ceraikan saja dia, kembalikan dia pada orang tuanya. Seburuk apapun Nadine
Baca selengkapnya
Bab 9
"Jangan lama-lama jabatan tangannya, itu laki orang loh, May!" tiba-tiba muncul Rena masih sahabat kami juga.Nadine baru menyadari jika sedari tadi Maya belum melepaskan tangannya dari Sadam.Spontan Maya melepaskan setelah mendapat teguran dari Rena."Maaf," ucap Maya mengukir senyum terbaiknya pada Sadam.Pria itu membalas senyuman yang tak kalah maut, membuat siapapun yang melihat akan meleleh dibuatnya."Mari kita duduk di sana," ajak Maya menunjuk ke arah sebuah kursi yang melingkar di sudut ruangan.Nadine dan Sadam melangkah mengikuti Maya dengan Rena yang berjalan lebih dulu.Mereka duduk disana sambil mengobrol banyak hal. Mengenang keseruan mereka saat bersekolah, maupun menceritakan keseharian dan kesibukan mereka saat ini."Ngomong-ngomong ini tempat punya dia. Maya sedang sibuk bisnis cafe dan karaoke, sudah buka cabang dimana-mana. Hebat kan?" tutur Rena."Hebat sekali. Kamu wanita karir yang sukses," puji Nadine."Oh jadi ini tempat kamu?" Sadam mengedarkan pandangan k
Baca selengkapnya
Bab 10
Plaaak!Satu tamparan keras mendarat di pipi Nadine hingga tubuh wanita itu terhuyung.Kulit putih itu bersemu merah akibat cap jari yang dilayangkan suaminya. Tak seberapa sakit jika dibandingkan dengan hatinya yang kini terluka namun tak berdarah. Dipermalukan di depan umum seperti ini tak ada satu wanita pun yang mau, apalagi yang mempermalukan dirinya tak lain adalah suaminya sendiri."Berani kasar pada istrimu sendiri? Pria macam apa kamu ini?" Tiba-tiba terdengar suara seorang pria mendekat ke arah mereka."Aksan?" gumam Nadine cukup kaget dengan kemunculan pria itu yang secara tiba-tiba dan tak terduga. Sadam menoleh ke arah sumber suara, menatap tajam pria yang kini sudah berada tepat di hadapannya."Bukan urusanmu, mau aku apakan dia terserahku, dia istriku!" tegas Sadam."Ya, dia memang istrimu. Tapi kelakuan kamu itu tidak mencerminkan perilaku seorang suami terhadap istrinya. Karena ini tempat umum, dan aku berhak mencegah tindakan kasar pria terhadap seorang perempuan."
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status