Ini kali kedua, Aland menghadiri makan malam formal bersama keluarga Adhistira. Putri dari keluarga Adhistira adalah tunangan ke-9 Aland. Setelah selama 9 tahun berturut-turut, Aland dipilihkan satu tunangan baru setiap setahun sekali. Aland belum pernah berkencan atau bertemu secara pribadi dengan tunangan barunya, seperti yang dia lakukan kepada Olivia barusan. Masih dalam tahap pengenalan, pertemuan mereka hanya antar dua keluarga.
Menjelang makan malam, Aland kewalahan karna harus mengingat nama tunangan barunya. Dia takut salah sebut, dan malah mempermalukan Ayah dan Kakeknya di depan keluarga lain. Sebenarnya Aland tidak begitu perduli, tapi Ayah dan Kakeknya adalah tipe yang tidak segan menarik telinga meskipun anak atau cucunya sudah nyaris berusia kepala 3.
“Ayura … Ayuri? Yuni? Aduh …” Aland menepuk dahi, lalu berbalik menghadap Lucas. “Siapa namanya tadi?”
Lucas menanggapinya dengan malas, “Ayuna, Tuan Muda.”
“Oke, Ayuna.” Aland menjentikkan jari dengan antusias.
Makan malam berlangsung, setelah Yuda Adhistira bersama Nyonya Adhistira dan salah seorang putri mereka hadir di restoran mewah yang ditujukan sejak awal. Aland heran tidak menemukan wajah tunangannya yang dia kenali dari ketiga orang itu. Setahunya, tunangan barunya berambut ikal lebat? Tapi malah dihadirkan gadis polos dengan rambut pendek, bibir tipisnya jelas berbeda dari bibir tebal Ayuna yang asli.
“Saya tahu apa yang tengah anda pikirkan, Tuan Muda.” Di balik punggungnya, pelan-pelan Lucas berbisik selambat mungkin.
Aland mengangguk, meminta Lucas melanjutkan. “Ceweknya ganti.” Aland setuju dengan pendapat Lucas yang ternyata masih begitu jeli.
“Ehem.” Aland berdeham, membuat banyak kepala menoleh ke arahnya. “Ini bukan Ayuna yang kemaren ‘kan?” Tanyanya, membuat Ayah dan Kakeknya saling pandang dan sama-sama mengarahkan tatapan ke satu titik, ke gadis yang menjadi terdakwa.
“Perlihatkan cincin tunanganmu.” Sekalipun sudah jelas wajah mereka berbeda. Takutnya Aland mendadak face syndrome, Aland mengangkat telapak tangannya, menunjukkan satu cincin berlian yang melingkari satu jemarinya. Tangan gadis itu tidak bergerak, jelas sekali tidak memiliki cincin yang sama.
Ngomong-ngomong, Aland memiliki sembilan cincin sekaligus. Secara berganti dia memakainya, tergantung kepada siapa dia akan bertemu. Tapi jika sembilan tunangannya digabungkan sekaligus, Aland pernah memasang sembilan cincin di kesembilan jemarinya. Sebenarnya Aland tidak mau bertingkah konyol meskipun diharuskan begitu, tapi ide itu diajukan oleh Kakeknya yang berarti adalah perintah untuknya.
Yuda Adhistira terlihat tenang saat berganti menjadi sorotan utama, lalu menjelaskan. “Maafkan saya karna tidak memberitahukannya sedari awal, Tuan Aland, Tuan Andar dan Tuan Kaizer.” Yuda mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya, lalu meletakkannya ke atas meja. Sebuah surat duka, wajah Ayuna terpampang di sana, sudah dicap sebagai mendiang.
“Putri saya, Ayuna, sudah meninggal sedari sehari yang lalu, tapi mayatnya tidak ditemukan.” Mencoret nama Ayuna dalam kartu keluarganya digantikan dengan nama Lily, Yuda sudah menganggap Ayuna telah mati. Yuda tidak terlalu memperdulikannya, siapa yang berani mencoreng nama keluarga, bersiaplah namanya untuk dicoret dari daftar keluarga. Yuda tidak segan untuk menggantikan posisi mereka dengan seorang rendahan sekalipun seorang pengemis.
Aland terlihat tidak yakin, sedangkan Ayah dan Kakeknya terlihat prihatin. “Kami turut berduka, Tuan Yuda.” Aland melirik Andar, Kakeknya yang berkaca-kaca. Sekalipun galak, Andar adalah lelaki yang sentimental. Mudah marah, mudah terharu, mudah diambil hati dan mudah diporoti.
Yuda mengangguk sekenanya, berlagak sendu. Seperti bersedih, hanya rekayasa. Lily diam tidak berkutik, nafsu makannya ikut menghilang. Dia menyaksikan sebuah kebohongan, tapi mulai hari ini dia juga harus berakting. Di depan Yuda, Nyonya Adhistira, di depan tunangannya dan di depan keluarga besar Asrazaq.
“Kami turut bersedih, kamu sebagai adik kehilangan seorang Kakak, Nona.” Kaizer bersuara. Ayah dan anak, benar-benar banding sebelas dan duabelas. Sama-sama mudah terbawa suasana, layaknya Anzar. Kedua raut mereka hampir sama, mata berembun, seperti berkaca-kaca, dengan bibir mengerut. Hanya Aland sebagai anak sekaligus cucu yang masih bertampang sama, wajah datar, tidak mengiba, wajah cuek, dan memiliki firasat seakan tengah dibohongi.
Fokus Aland teralih pada gadis yang diserahkan untuk menggantikan posisi Kakaknya. Aland harus memberi tanda agar bisa mengenali gadis itu sebagai salahsatu tunangannya. “Kuberikan cincinku.” Aland berkata, melepaskan cincin berlian yang mengerat di jarinya lalu meletakkannya ke punggung tangan Lily. “Pakai itu, label kalau kamu adalah tunanganku.”
Yang Lucas lakukan pemaksaan, dan tindakan di luar prikemanusiaan.“Kamu tidak perawan?”Lucas bisa membedakan, mana yang bersegel dan mana yang berpengalaman. Sekalipun Binarji yang dia paksa tidak seantusias wanita jalang, wanita itu yang bergetar dalam tangis itu. Meraung, menjerit dan menangis kencang. Wanita itu … begitu frustrasi. Memekakkan telinga Lucas yang menahan emosi.Lucas meremuk mulutnya, “heh pelacur, jangan menangis! Kamu pikir, kamu pantas menangis, hah!? Emangnya apa yang aku rebut darimu jika sudah kehilangannya!” Seorang bajingan baru saja menyebut korbannya yang tak berdaya dengan sebutan pelacur. Binarji tidak bersalah, perempuan itu tidak menyahut. Masih menangis, kencang, keras. Seakan menderita. Seakan ditimpa kemalangan besar untuk kedua kalinya.Mengingat betapa tidak tahu dirinya saat itu, cekraman Lucas semakin kuat. Dia berlari sekalipun lututnya seperti menjeritkan kesakita, terluka, tapi dip
Dengan gesit, sekalipun sebelah langkah Lucas pincang, Lucas menangkap tubuh Fino. Bocah yang kehilangan kendali itu menarik berkali-kali pelatuknya yang melayang ke plafon, hingga pelurunya habis. Lucas terus mendekapnya, lalu mengambil alih pistolnya. Fino yang ketakutan akan dibunuh menangis kencang di atas bahunya. “Jangan bunuh aku … jangan bunuh aku ….” rengek bocah itu, terlihat menyedihkan. “Kak Path bilang di telepon, jika dia udah nggak ada aku harus tetap hidup dan kuat untuk mengurus adik-adikku yang lain … jangan bunuh aku, kumohon ….”Lucas tersenyum geli, lalu menjunjung tubuh mungil itu. Dari atas menatapnya dengan mata memerah. Marah, yang didominasi rasa takut dan memohon belas kasihan. “Jika sudah besar, kamu akan malu jika teringat pernah memohon seperti ini kepada lelaki yang menjadi alasan kenapa Kakakmu bunuh diri.” Lucas kembali menjatuhkannya ke bahunya, mendekap tubuh mungil itu. “
“Bisa-bisanya dia datang tanpa Nonanya.”Itu yang sebagian pekerja keluarga Asrazaq pikirkan, jika melihat Moca berjalan melewati mereka.“Jika Nonanya kenapa-napa seperti Nona Anatasha dan Nona Miranda, aku jamin, dia akan menembak kepalanya sendiri seperti Path.”Moca pergi tanpa Nonanya, itu merupakan bentuk dari bolongnya sebuah tanggung jawab. Mutlak bagi para pelayan untuk selalu ada di sisi Nona mereka, Moca ‘pun termasuk. Pelayan Nona Lulu itu menggulung lengan kemeja hitamnya lalu mulutnya mendesis samar. Mengitari rumah keluarga Asrazaq, tanpa Lulu, Moca benar-benar dianggap mencuri waktu senggang di tengah pekerjaan. Dan terbunuhnya seorang Nona, selalu diawali oleh kelalaian kecil itu.“Bagaimana dengan Xin?” Masih dengan bisikan samar yang menusuk pendengaran Moca saat berlalu.Mereka melirik ke arah Moca, membelalak, lalu kembali membahas Xin. “Dia cukup tidak tahu malu. Seharusnya dia s
"Semenjak dua hari yang lalu, aku sudah seperti gelandangan yang tidak memiliki tempat tinggal." Desah Aland kesal, sambil mengusap kedua telapak tangannya, berusaha menghangatkan diri."Layaknya saya, mengikuti Anda, saya juga gelandangan, Tuan."Aland tersenyum tipis, membenarkan. "Benar, sadar juga ternyata."Flo kaget saat mendapati Aland tanpa izin menggunakan card-nya untuk masuk ke dalam apartemen Lily. Bahkan menggunakan 'hak'-nya untuk membuka seenaknya semua pintu di dalam ruangan tersebut. Aland yang menggigil kedinginan bertanya, "di mana Lily?" Flo yang disorot menelan ludah. Jika diberitahu, apakah Nona-nya akan selamat dari segi kehormatan dan kegadisan? Para Nona memang patut dijaga, tapi pihak yang berwenang seperti Aland belum tentu bisa dipercaya 'kan?Lucas yang meyakinkan, "jawab saja. Tuan Aland tak patut dicurigai karena pada dasarnya dia bukan lelaki normal--" Aland menoleh sambil mendesis. Lelaki itu sudah kedinginan tapi Lucas ti
"Sebenarnya uang dan peranku sebagai Ibu--istri--nggak ada artinya, 'kan? Mama hanya ingin menghasilkan sesuatu yang tidak berharga--uang--yang diakui banyak orang hingga mayoritas manusia mengusahakannya mati-matian, dari status Mama--sebagai Ibu dan istri--yang tak ada artinya sama sekali ... seharusnya kamu paham, Aland.""Aku sama sekali tidak paham," Aland bersuara lirih."Pelukan ini akan membuatmu mengerti," Alana merapatkan tubuhnya, memeluk anaknya. Aland membeku, dia bisa merasakan tubuh Ibunya yang bergetar ketakutan. Seperti ada teriakan teredam dari dalam, yang menjeritkan tangis tanpa suara yang sekejap membuat Aland mengerti. Apakah Ibunya tidak bisa bahagia? Sekalipun dia bisa menghasilkan sekian dollar di setiap detik belaiannya, hanya dari tangan, hanya dari kalimat manis di bibirnya, hanya dari hal-hal kecil yang bisa dia lakukan.Aland balas memeluk. Mereka yang berada di meja makan sudah berpencar. Andar bermain dengan adik-adik Path, Ellan
"Lucas," Aland menengahi. Membuyarkan lamunan Lucas yang dengan tajam menyorot tubuh Binarji yang menjauhinya. Aland sudah mengetahui, Binarji mantannya Lucas. Pacaran cuma dua bulan, Lucas sudah kehilangan rasa manusiawinya dalam memperlakukan Binarji. Alhasil, Binarji pendarahan aborsi, Lucas yang membunuh anaknya sendiri ... dan Binarji yang stres masuk rumah sakit, koma dan semacamnya. Drama itu berlanjut, Lucas tertangkap polisi karena membunuh Ayahnya Binarji yang ingin memisahkan mereka, terlebih kasus Lucas yang lain saat dirinya masih dilacak, membunuh banyak orang dan memerkosa beberapa gadis. Pembunuh dan pemerkosa, seperti hewan buas. Disampaikan berita palsu Binarji meninggal di ranjang rumah sakit jiwa, Lucas hendak bunuh diri.Saat itu, Lucas menghentikannya. Mengeluarkannya dari penjara, menyogok hakim hingga uang membungkam segalanya. Kalimat Aland yang membangkitkan api semangat Lucas yang sempat redup, "Binarji masih hidup. Demimu, aku menjadikan semua nyaw