Istriku Hanya di Atas Kertas

Istriku Hanya di Atas Kertas

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-09-11
Oleh:  Aidil saputraBaru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
6Bab
8Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

“Kita menikah hanya di atas kertas. Jangan pernah berharap lebih dariku.” Itulah kalimat pertama yang Aurora dengar dari suaminya, Rayden Arvelio—CEO dingin pewaris keluarga mafia. Demi menyelamatkan keluarganya dari kehancuran, Aurora terpaksa menerima pernikahan kontrak yang tak pernah ia inginkan. Tapi siapa sangka, di balik sikap tunduknya... ia menyimpan rahasia dan luka yang bisa menghancurkan pria itu dari dalam. Ketika cinta dan kebencian mulai bercampur, siapa yang akan menyerah lebih dulu?

Lihat lebih banyak

Bab 1

bab 1 -pernikahan tanpa hati

Bab 1 – Pernikahan Tanpa Hati

Hujan deras mengguyur kota sejak pagi, menimbulkan genangan di jalanan dan aroma tanah basah yang menusuk hidung Aurora. Setiap tetes yang jatuh di genting seakan meniru denyut jantungnya sendiri—tak beraturan, tegang, penuh kecemasan. Di luar jendela kamar pengantin, langit kelabu seolah ikut meratapi nasibnya. Kota tampak indah dari balik kaca, lampu-lampu jalan memantulkan diri di genangan air, menciptakan kilau yang seharusnya romantis. Tapi bagi Aurora, itu semua hanyalah ilusi.

Di dalam gedung pernikahan yang megah, lampu kristal berkilau, memantulkan cahaya lembut ke dinding marmer. Hiasan bunga bertebaran, aroma segar memenuhi ruangan, musik lembut dari orkestra mengalun menenangkan. Semua terlihat sempurna. Semua orang akan berpikir ini adalah pernikahan impian. Namun Aurora merasa seperti terperangkap di dalam mimpi buruk yang tak bisa ia hindari.

Aurora berdiri di depan cermin besar di ruang pengantin. Gaun putih panjang menempel sempurna di tubuhnya, renda dan mutiara berkilau di cahaya lampu, menegaskan anggun dan kecantikannya. Tapi ia merasa sesak. Gaun yang seharusnya lambang kebahagiaan hanyalah belenggu. Napasnya cepat, tangan gemetar saat menyentuh veil tipis yang menutupi rambutnya.

“Kenapa harus aku?” gumamnya lirih. Suara itu hampir tenggelam di denting hujan di luar jendela. Malam tadi, ia tak tidur, hanya terbaring menatap langit-langit kamar. Pikiran-pikiran gelap berkecamuk: pernikahan ini bukan pilihannya, masa depannya seakan dirampas, dan hidupnya kini dikontrol oleh orang lain.

Ibunya masuk, mengenakan kebaya emas elegan, wajah tegas yang tidak memberi ruang keberatan.

“Aurora,” suara ibunya datar, “semua tamu sudah menunggu. Jangan mempermalukan keluarga.”

Aurora menelan ludah. “Bu… aku—”

“Tidak ada ‘tapi’,” potong ibunya cepat. “Kau tahu ini demi siapa. Demi nama baik, demi masa depan keluarga. Jangan egois.”

Aurora menahan air mata. Nama baik, masa depan keluarga… tapi bagaimana dengan masa depannya sendiri? Ia ingin menolak, ingin berteriak, ingin kabur. Tapi bayangan ketegasan ibunya menghantui, menekan semua keberanian yang tersisa.

Hujan di luar semakin deras, menciptakan suara ritmis yang menekan kesunyian di ruang pengantin. Aurora menutup mata, merasakan detik-detik yang berlalu seperti beban di pundaknya. Ia teringat masa kecilnya, ketika ia bebas berlari di halaman rumah tanpa rasa takut. Ibunya selalu menuntut sempurna, ayah selalu sibuk, dan kini semua tuntutan itu memuncak di hari pernikahan yang bukan pilihannya.

Pintu terbuka lagi. Sosok tinggi berjas hitam melangkah masuk—Rayden. Jantung Aurora tersedak. Mata tajam Rayden penuh wibawa, dingin seperti es. Ia CEO muda terkenal ambisius, tampan, kaya, dan cerdas. Di mata dunia, ia sempurna. Tapi bagi Aurora, ia hanyalah kurungan yang dipaksakan padanya.

“Jangan membuat masalah,” ujar Rayden, pelan tapi tegas.

Aurora menatapnya, perasaan campur aduk: takut, marah, dan muak. “Masalah?”

“Kita hanya perlu menandatangani kertas itu, menjalani pertunjukan, dan selesai. Jangan mengira pernikahan ini lebih dari kesepakatan,” lanjutnya datar. Kata-kata itu menusuk hatinya, membuatnya seakan berdiri di tepi jurang yang menakutkan.

Rayden memberi isyarat pada ibunya, lalu meninggalkan ruangan tanpa sepatah kata pun. Aurora menatap punggungnya, dada terasa sesak. Hujan di luar seakan meniru perasaannya—deras, tak terkendali, dan menyedihkan.

Musik orkestra mulai mengalun. Aurora digandeng ayahnya menuju altar. Puluhan pasang mata menatap mereka, decak kagum terdengar di antara bisik tamu. Semua tampak sempurna—kecantikan Aurora, ketampanan Rayden, kemewahan dekorasi. Tapi bagi Aurora, semuanya hanyalah sandiwara.

Setiap kata penghulu terdengar bagai beban yang menekan. Tangannya dingin saat Rayden meraih jemarinya. Cincin pernikahan melingkar di jarinya, bukan karena cinta, tapi kewajiban. Tepuk tangan bergemuruh dari para tamu terdengar bagai ejekan. Aurora menatap sekeliling, mencari sesuatu yang nyata, tapi wajah-wajah tersenyum dan dekorasi mewah hanyalah topeng yang menutupi kenyataan pahit: ia menikah bukan karena cinta, melainkan perjanjian.

Kilasan masa kecil kembali hadir. Aurora teringat malam-malam sendiri di kamarnya, menulis di buku harian, menulis tentang cinta dan kebebasan yang selalu terasa jauh. Ia teringat kerapuhan dirinya, rasa ingin dicintai yang selalu ditolak oleh realitas keluarganya. Sekarang, semua itu tampak sia-sia.

Rayden menunduk, mendekatkan bibirnya ke telinga Aurora. Bisikannya dingin.

“Ingat, Aurora. Kau hanya istriku di atas kertas.”

Jantung Aurora seakan berhenti. Ia menoleh ingin memastikan, tapi Rayden sudah menatap lurus ke depan. Aurora tersenyum kaku pada para tamu, matanya berkaca-kaca. Dalam hatinya, satu pertanyaan terus menghantui:

Bagaimana aku bisa bertahan dalam pernikahan tanpa hati ini?

Aurora menunduk, menatap cincin di jarinya, dan untuk pertama kalinya, ia merasa takut akan hari-hari yang akan datang. Hujan di luar masih mengguyur deras, membasahi kota yang tak peduli pada penderitaannya. Dunia tampak indah bagi semua orang, tapi baginya, semuanya hanyalah sandiwara—dan ia terjebak di dalamnya.

Di balik senyuman tipisnya, Aurora merasakan ketakutan yang menusuk. Ia tahu, pernikahan ini hanyalah awal dari kehidupan yang penuh kompromi, pengorbanan, dan pengendalian. Setiap langkah yang akan ia ambil ke depan akan diawasi, dikontrol, dan ditentukan orang lain. Satu hal yang paling menakutkan: ia tidak tahu bagaimana caranya bertahan.

Dan ketika ia menatap Rayden, yang tampak tenang dan penuh wibawa, Aurora sadar satu hal: pernikahan tanpa hati ini baru saja dimulai, dan ia harus menemukan cara untuk bertahan—atau hancur di dalamnya.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
6 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status