-- "Hai, Nayra. Aku Dhanu. Apa kamu mengingatku?" --
-- "Iya. Aku ingat, Mas. (emoticon senyum)" --
Sapaan dan pertanyaan Dhanu dijawab oleh Nayra seketika itu. Tidak hanya sekedar membalas pesan. Nayra pun mengimbuhi emoticon senyum di belakang kalimat balasan, sebagai tanda bahwa Nayra begitu senang saat Dhanu menghubunginya lewat media sosial.
-- "Kamu apa kabar?" --
-- "Kabar baik. Mas Dhanu sendiri apa kabar?" --
-- "Sama baiknya denganmu, Nay. (emoticon senyum)" --
Giliran Dhanu yang menggunakan emoticon senyum di akhir kalimat balasannya. Hal itu sungguh membuat senang hati Nayra. Debaran jantung tak dapat dihindarkan. Senyum pun terus mengembang mengiringi ketikan pesan balasan.
Nayra dan Dhanu terus berbalas pesan. Awalnya hanya saling bertanya kabar. Setelahnya, obrolan mereka jauh lebih mengembang. Tentang kesibukan, kegiatan kegemaran, hal-hal yang disukai, hingga kalimat basa-basi pun turut menyertai.
Melenggang anggun sembari menebar senyum, itulah yang dilakukan Soraya ketika keluar dari ruang kerja Dhanu guna menemui Ron di ruang kerjanya. Soraya terlihat ramah di mata karyawan Pak Bos Besar. Sikap Soraya yang demikian hanya tampak mata, padahal sebenarnya Soraya begitu keras kepala. Langkah kaki Soraya tinggal beberapa meter lagi menuju ruang kerja Ron, tapi tetiba saja dia berhenti. Soraya tampak berpikir lagi. Mendadak saja rasa gengsi itu kembali menjulang tinggi. Ron yang telah menjadi status mantan kekasih, bagi Soraya terlalu menguras harga diri untuk kembali didekati. Mimik wajah Soraya seketika berubah. Yang tadinya penuh semangat berapi-api, kini justru terlalu gengsi. Pandangan mata Soraya setelahnya diedarkan ke sekitar. Tampak sepi. Sama sekali tidak ada karyawan yang berlalu lalang seperti tadi. Usai memastikan tidak ada siapa pun di
Debaran merdu jantung Nayra hanya sementara kala teringat bahwa si pengirim pesan singkat bukanlah orang dekat. Si pengirim ucapan selamat malam tak lain adalah teman seangkatan yang dulunya banyak diidolakan. Dialah Bintang, teman kuliah Nayra yang sudah sekian tahun lamanya tak pernah dijumpa.Dulunya Bintang adalah idola kampus yang banyak diidolakan teman-teman Nayra, adik angkatan, bahkan mahasiswi-mahasiswi di lain jurusan. Paras tampan dan pesona yang memikat pandangan menjadi alasan utama si Bintang mendapat banyak penggemar.Dulunya pun Nayra sempat mengidolakan, tapi hanya sebatas karena kepintaran si Bintang. Itulah yang menjadi alasan kenapa Nayra sempat berdebar saat membalas pesan singkat ucapan selamat malam dari Bintang.“Tumben banget si Bintang kirim pesan?” Nayra bertanya-tanya usai membalas ucapan selamat malam yang sama.Pesan singkat berlanjut. Nayra dan Bintang pada akhirnya saling berbalas pesan. Mulai dari bertanya kab
Betapa hati Nayra begitu bahagia kala tahu bahwa Dhanulah yang menghubunginya. Jemari Nayra sudah bersiap mengetik pesan balasan. Akan tetapi, Dhanu mencoba menelepon ulang. Tentu saja kali ini Nayra menerima panggilan itu tanpa pikir panjang. “Halo,” sapa Nayra begitu telepon diterima. “Hai, Nayra. Maaf menghubungimu malam-malam,” ucap Dhanu di seberang. Nayra senyum-senyum sembari memainkan jemari tangan kanan pada vas bunga di atas meja dekat ranjang. “Tidak apa-apa, Mas. Em … ngomong-ngomong … ada apa Mas Dhanu menghubungiku malam-malam?” Nayra bertanya dengan debaran jantung yang sulit dikendalikan. “Aku … ingin mendengar suaramu.” Gombalan ala Dhanu mulai digencarkan. “Cie,” sahut Nayra, spontan. Untuk sejenak, Nayra dan Dhanu sama-sama terdiam dengan masih terhubung sambungan telepon. Baik Nayra ataupun Dhanu sama-sama merasakan debaran merdu. Benih cinta dalam hati Nayra dan Dhanu, semakin tumbuh. Seiring dengan itu, me
Rasa tidak nyaman jelas mengusik hati dan pikiran Nayra. Apalagi pernyataan Bintang telah membuat tanda tanya besar yang segera ingin Nayra luruskan. Apa maksud Bintang? Untuk apa Bintang berkata demikian? Dua pertanyaan itulah yang kini berputar-putar di kepala Nayra. Sorot mata Nayra tertuju pada Bintang. Nayra ingin segera mendapat penjelasan. Baru saja Nayra hendak melontarkan tanya pada Bintang, Gerry mendahului aksi dengan bertanya profesi. “Nay, kamu seorang guru?” tanya Gerry. Nayra mengalihkan pandangan matanya ke arah Gerry usai Bintang memberinya kode mata. “Iya, kak.” Tidak ada senyum ramah yang Nayra suguhkan atas pertanyaan Gerry barusan. Nayra hanya sekedar menjawab, sambil sesekali menyiratkan kekesalan pada Bintang. “Nayra seorang guru, sedangkan Bintang seorang dosen. Dunia kalian sama. Pasti cocok jika hidup bersama-sama,” ujar Gerry sembari menepuk-nepuk bahu Bintang. Ekspresi Nayra semakin membendung rasa tidak suk
Motor matic yang dikendarai Dhanu melaju dengan kecepatan sedang. Dhanu menuju sebuah pertokoan guna menemui sang mantan. Sebuah toko busana kekinian seketika menjadi tujuan. Dulu, Erika, mantan kekasih Dhanu itu bekerja di sana. Bukan hanya bekerja, Erika adalah pemilik tokonya. Sayangnya, Dhanu harus menelan rasa kecewa saat melihat toko busana yang dua tahun lalu berdiri megah di sana, kini sudah rata dengan tanah. Menegaskan pula bahwa Dhanu tidak akan menemui Erika di sana. Pencarian menjadi terkendala lantaran Dhanu tidak menyimpan nomor ponsel Erika. Sempat terbersit pula sebuah ide untuk menemui Erika di rumah orangtuanya. Namun, butuh waktu berjam-jam lamanya hingga Dhanu sampai di sana, karena rumah orangtua Erika ada di luar kota. Lagipula, Dhanu yakin sekali bahwa Erika ada di kota yang sama dengannya, karena Erika sudah berani menitipkan salam rindu pada Ron dan Soraya. “Ke mana lagi aku harus mencarinya?” Dhanu mengingat-ingat tempat yan
Bintang terdiam mematung di belakang tempat duduk Nayra. Sengaja Bintang berdiri di sana agar bisa mendengarkan Nayra mengobrol via telepon. Ada getir yang sempat dirasa. Begitu pula rasa cemburu yang hadirnya tidak dapat dicegah. Dengan jelas Bintang bisa mendengar kata-kata manis yang keluar dari mulut Nayra. Sayangnya, kata-kata itu bukan untuknya. “Sudah selesai teleponnya?” tanya Bintang sembari berusaha tegar. “Hai, Bin. Kukira kamu masih di kasir. Iya. Sudah selesai.” Mimik wajah Nayra tampak bahagia. “Apakah dia lelaki yang akan melamarmu minggu depan?” Bintang tidak bisa menutupi rasa penasaran. Nayra mengangguk sambil tersenyum. “Iya.” Bintang melebarkan senyuman, meski sedikit dipaksakan. Bintang bahkan terus-terusan menatap Nayra. Sebenarnya Bintang tidak rela. Namun, apalah daya. Bintang tidak bisa memaksakan segala yang diinginkan agar bisa menjadi miliknya, termasuk Nayra. “Bin, jangan seperti itu, dong!” tegur Nayra.
Tubuh Dhanu dipeluk erat. Semakin erat lagi saat Dhanu berusaha merenggangkan pelukan itu. Sungguh, kehangatan yang seharusnya dirasakan dari sebuah pelukan, saat itu sama sekali tidak Dhanu rasakan. Yang dirasakan justru rasa kaget dan malu. Ya, tentu saja malu, karena banyak pasang mata yang saat ini melihat ke arah Dhanu. Terutama Ron, sahabat Dhanu itu sudah siap menyerbu Dhanu karena terhantui rasa ingin tahu. “Wow!” Spontan saja Ron berkata demikian. Dhanu tidak memedulikan Ron untuk sementara waktu. Fokus Dhanu masih tertuju pada Erika. Dhanu terus berusaha melepas pelukan Erika tanpa bertindak keras padanya. “Erika, jangan bertingkah bodoh seperti ini!” ujar Dhanu. “Aku memang bodoh karena dua tahun lalu merelakanmu pergi. Sekarang, aku tidak akan melepaskanmu lagi, Dhanu-ku.” Bukan hanya Dhanu yang mendengar penuturan Erika. Ron juga dengan jelas dapat mendengarnya. Spontan saja Ron kembali melontarkan kata ‘wow’ tanpa bisa dicegah.
Sekian detik meja tempat Dhanu dan Erika seolah membeku. Begitu dingin, dengan suasana tegang yang saat ini tersuguh. Erika terus menatap Dhanu. Dengan sedikit tidak sabar, Erika menunggu tanggapan atas pertanyaan yang baru saja dia lontarkan. Sementara Dhanu, dia masih saja terdiam.“Dhanu, jawab aku, dong! Apa Nayra tahu kalau statusmu adalah seorang duda?” Erika terus mendesak dengan tanya.Mendengar pengulangan tanya, pandangan Dhanu pun teralih seketika. Kali ini Dhanu membalas tatapan Erika. Begitu serius, hingga tidak ada sedikit canda pun yang tergambar di sana.“Itu bukan urusanmu,” ujar Dhanu.“Tentu saja itu urusanku. Kamu adalah mantan suamiku. Setelah kita berpisah, statusku adalah janda dan kamu adalah duda.” Erika mempertegas status mereka.Nada bicara Erika meninggi. Spontan saja Dhanu mengedarkan pandangan mata, khawatir ada orang lain yang mendengar penuturan Erika.“Erika, pelankan