Share

calon menantu pilihan

Penulis: Pusparani Surya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-03 14:07:45

"Bagaimana aku bisa tenang, Max? Kesalahan itu … kesalahan itu mungkin sudah diketahui Edward sejak lama, Max. Tapi aku baru menyadarinya tadi."

Max berdiri tegang di depan Sarah. Meski dalam tatapan Sarah, laki-laki itu terlihat tetap tenang seperti biasa.

"Saya tidak yakin, Nyonya."

"Tapi dia jelas menanyakan padaku, apa aku pernah mengkhianati dia selama pernikahan, Max! Dan kesalahan itu … itu bukan satu pengkhianatan kan, Max? Kita tidak mengkhianati Edward. Kita hanya terjebak dalam situasi yang tidak menguntungkan. Benar kan, Max?!" pekik Sarah sambil berdiri di depan Max.

"Pelankan suara anda, Nyonya. Nona Louisa bisa sadar kapan saja. Bukankah anda tidak ingin nona mengetahui tentang hal itu?" kata Max seakan menyadarkan Sarah.

"Aku takut, Max. Aku takut kalau Edward sudah mengetahui kebenaran Louisa. Bagaimana aku bisa menjelaskan padanya tentang kesalahan itu?!"

"Justru kalau Nyonya terus bersikap seperti ini--apalagi di depan Tuan Edward, bukan tidak mung
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • JANGAN PISAHKAN KAMI, DADDY    lelaki misterius

    "Bagaimana keadaan Louis, Dokter?" tanya Bima begitu sudah berhadapan dengan dokter. "Penyebab bayi bapak demam adalah infeksi. Namun selain infeksi, bayi baru lahir juga dapat mengalami demam akibat dehidrasi, efek samping vaksinasi, atau kegerahan karena mengenakan pakaian yang terlalu ketat dan tertutup. Bayi yang terlalu lama terpapar terik matahari pun berisiko tinggi untuk terserang demam. Apa bapak membawa bepergian jauh Louis?" tanya dokter membuat Bima kembali menyadari satu hal. Apa Louis sudah divaksin sebelum dia bawa pergi? Seingatnya, saat dia melihat Louis, bayinya dibalut dengan kain tebal, mungkin maksudnya untuk melindungi dari kedinginan, tapi justru mungkin itu salah satu sebab kini Louis demam. Dehidrasi? Tentu saja hal itu lebih mungkin lagi. Meski saat di pesawat Ajeng begitu telaten mengurus Louis, hingga bayi mungil itu tak sempat menangis lama, dan diberi susu formula. Dan begitu sampai di Indonesia, kembali Louis menggunakan baju tebal untuk

  • JANGAN PISAHKAN KAMI, DADDY    kepanikan di pagi hari

    Ketukan di pintu membangunkan Bima dari tidurnya. Dia bahkan belum lama memejamkan mata, setelah terus mencoba menghubungi nomor asing yang tertulis di kertas. Meski tahu ada perbedaan waktu, namun Bima seakan tak ingin peduli dengan itu. Meski tetap hasilnya membuat dia kecewa, karena nomor itu masih tidak bisa dihubungi. "Pak Dirga!" Suara Mela terdengar, gedoran di pintu semakin kencang terdengar, bahkan seperti tidak sabar. Bima segera turun dari pembaringan, membawa langkah meski terasa berat karena kantuk yang mendekap. "Mbak? Ada apa?" tanya Bima begitu pintu terbuka, nampak Mela dan Ajeng berdiri di depan pintu dengan wajah tegang. Dalam gendongan Ajeng, Louis terlihat memejamkan mata. "Mas Louis panas, Pak," terang Mela terlihat cemas. Kantuk Bima langsung pergi begitu saja, dia lantas mengulurkan tangan untuk menyentuh dahi mungil Louis, dengan jantung berdegup kencang. "Bagaimana awalnya, Mbak?" tanya Bima, dia sangat awam mengurus bayi, saat mengetahui

  • JANGAN PISAHKAN KAMI, DADDY    calon menantu pilihan

    "Bagaimana aku bisa tenang, Max? Kesalahan itu … kesalahan itu mungkin sudah diketahui Edward sejak lama, Max. Tapi aku baru menyadarinya tadi." Max berdiri tegang di depan Sarah. Meski dalam tatapan Sarah, laki-laki itu terlihat tetap tenang seperti biasa. "Saya tidak yakin, Nyonya." "Tapi dia jelas menanyakan padaku, apa aku pernah mengkhianati dia selama pernikahan, Max! Dan kesalahan itu … itu bukan satu pengkhianatan kan, Max? Kita tidak mengkhianati Edward. Kita hanya terjebak dalam situasi yang tidak menguntungkan. Benar kan, Max?!" pekik Sarah sambil berdiri di depan Max. "Pelankan suara anda, Nyonya. Nona Louisa bisa sadar kapan saja. Bukankah anda tidak ingin nona mengetahui tentang hal itu?" kata Max seakan menyadarkan Sarah. "Aku takut, Max. Aku takut kalau Edward sudah mengetahui kebenaran Louisa. Bagaimana aku bisa menjelaskan padanya tentang kesalahan itu?!" "Justru kalau Nyonya terus bersikap seperti ini--apalagi di depan Tuan Edward, bukan tidak mung

  • JANGAN PISAHKAN KAMI, DADDY    apa Edward mengetahuinya?

    "Katakan, apa kamu tidak merasa sudah mengkhianati aku, Sayang?" Edward membingkai wajah Sarah, menatap sendu pada istrinya yang masih terengah setelah tautan bibir mereka terlepas. "Edd … apa yang kamu katakan?" tanya Sarah balas menatap Edward yang langsung terkekeh. "Rupanya istriku tercinta ini benar-benar polos." Edward menjauh, lalu berbalik memunggungi Sarah yang jantungnya masih berdegup kencang mencerna apa yang dikatakan Edward. "Pergilah! Temui papa. Sampaikan salamku untuknya," kata Edward lalu melangkah ke meja kerjanya, "ah, aku belum sempat melihat Louisa lagi. Aku pasti kesana nanti bersama Jason. Calon suaminya." "Jangan keterlaluan, Edd!" sentak Sarah, namun Edward hanya menggeleng. "Aku tak membutuhkan pendapatmu, Sayang. Pergilah! Aku sibuk," usir Edward lalu menyibukkan diri tanpa menganggap Sarah masih ada di sana. "Kenapa kamu bersikap seperti ini padaku, Edd?" lirih Sarah yang berhasil membuat Edward berhenti dari sikap tak pedulinya. Laki-l

  • JANGAN PISAHKAN KAMI, DADDY    apa kamu tidak merasa?

    Edward mengusap pipinya yang terasa sakit, dengan gerakan tangan, dia meminta Alex mendekat. "Tunjukkan rekaman itu, Alex!" titahnya, Alex pun segera membuka ponselnya, dan menunjukan rekaman yang ada di dalamnya. "Lihat! Aku sebaik itu pada mantan menantu kita," kekeh Edward begitu ponsel Alex berpindah ke tangan Sarah yang membelalak melihat isi rekaman. "Cucuku," lirih Sarah begitu melihat sosok Bima yang duduk bersebelahan dengan seorang wanita yang menggendong bayi. Anak Bima, cucunya. Air mata Sarah berjatuhan, dia menangisi cucunya yang tidak pernah dilihatnya. "Salah apa dia hingga sekecil itu harus menerima kebencian darimu, Edd?" Sarah menatap suaminya dengan pilu, Edward memberi tanda agar Alex segera pergi. "Aku hanya menempatkan semuanya pada posisinya kembali, Sayang." Edward mengusap pipi Sarah, lalu dikecupnya pipi itu dengan lembut. "Apa maksudmu?" Edward menghempaskan punggungnya, sementara Sarah tak sabar menunggu suaminya kembali membuka suara.

  • JANGAN PISAHKAN KAMI, DADDY    kemarahan Sarah

    Sarah memasuki rumah, setelah mengatakan pada pelayan kalau dia pulang hanya untuk mengambil beberapa pakaian, dia pun bergerak naik ke lantai dua. Namun saat teringat dengan suaminya, wanita cantik itu memutar setengah badannya untuk bertanya. "Apa Tuan Edward ada di rumah?" "Iya, Nyonya. Bahkan tadi siang, Tuan Besar Wei juga datang kesini untuk bertemu dengan Tuan Besar. Tapi …." "Papa kesini?" ulang Sarah, dia bahkan urung menaiki anak tangga dan menghampiri pelayannya. "B-betul, Nyonya," jawab si pelayan dengan gugup. Dia heran bagaimana bisa dia lupa untuk menghubungi Sarah, dan mengatakan kalau Thomas dibawa oleh Sam ke rumah sakit setelah berbicara dengan Edward. Rupanya beberapa kejadian tak disangka di rumah tersebut, membuatnya jadi tidak bisa berpikir dengan jernih. Dia pasrah andai setelah dia mengatakan semuanya, sang nyonya akan marah padanya. "Ada apa? Kenapa kamu seperti gugup?" Sarah menatap tajam. Hatinya merasa tak enak, entah kabar tak menyenangk

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status