Share

JERAT HUTANG 10 MILYAR
JERAT HUTANG 10 MILYAR
Author: Idareu14

BAB 1. HUTANG IBU TIRI ANGELA

"Kita harus menjual rumah ini!"

Suara dentingan keras seketika memenuhi area dapur. Angela—gadis yang baru memasuki usia 20 tahun itu secara reflek melepaskan spatula begitu mendengar suara menggelegar dari sang ibu tiri. "Apa yang kamu bilang tadi?" Angela menatap tajam wanita itu.

Desi maju beberapa langkah sambil melipat kedua tangan di depan dada, "Aku harus menjual rumah ini untuk membayar hutang Ayahmu!"

"Sejak kapan Ayahku memiliki hutang? Aku tahu itu hutang dirimu sendiri, jangan mengada-ngada, kamu tidak memiliki hak untuk menjual rumah ini." Angela membalas ucapan Desi sekeras mungkin. Tidak! setahu Angela selama ayahnya hidup pria tua itu bukan orang yang gemar berhutang. Angela yakin, ini hanya akal-akalan wanita itu saja.

Tawa sinis Desi membuat Angela yang semula ingin mengambil spatula yang tidak sengaja ia jatuhkan itu terdiam. "Kamu tidak ingat sertifikat rumah ini ada padaku? tanpa persetujuan siapapun juga aku bisa menjual rumah ini."

Angela menggeram kesal, gadis itu mengambil spatulanya dengan cepat lalu menodongkannya ke arah Desi membuat Laura—adik tirinya terpekik, "Berani sekali kamu dengan Mamaku, Angela!"

Angela tidak menghiraukan Laura, ia hanya terfokus dengan masalahnya saat ini, bagaimanapun caranya, rumah peninggalan terakhir orang tuanya ini tidak boleh dijual, hanya rumah ini satu-satunya kenang-kenangan yang Angela miliki. "Bukannya kamu masih punya mobil dan perhiasan? Jual saja milikmu itu tanpa harus menyentuh milikku!"

"Angela, Ini juga rumahku, aku juga istri dari ayahmu kalau kamu lupa, aku harus menjual rumah ini untuk membayar hutang dari rentenir," ucap Desi mencoba melunak, siapa tahu saja Angela mau mendengarkan dirinya.

"Tidak! Itu hutangmu sendiri, bukan? kenapa harus menggunakan harta ayahku untuk membayarnya? Kamu jual saja mobil sama emas mu itu." Angela benar-benar tidak terima jika rumah ini dijual begitu saja. Sebanyak apa hutang itu sampai harus menjual rumah?

Desi menggeram. Baiklah, sepertinya anak itu tidak bisa diberi hati. "Terserah kamu saja, aku bisa menjual rumah ini tanpa persetujuanmu!"

Desi berlalu dari sana. Namun, sebelum benar-benar meninggalkan dapur sekaligus ruang makan itu. Desi kembali bersuara yang mampu membuat Angela kembali menegang. "Ayo, Lau, setelah ini ikut Mama, kita langsung tawarkan saja rumah ini pada perusahaan-perusahaan besar."

"Oke, Ma." Sahut Laura dengan senang, tentu saja. Mereka akan menjual rumah ini, pasti masih banyak uang yang tersisa dari berbayar hutang.

"Stop! Aku akan membayar hutang itu. Jangan kalian berani menjual rumah ini!" Angela terpaksa kembali menanggung semuanya, sekali lagi. Ia sangat ingin mempertahankan satu-satu kenangan dari orang tuanya ini. Ia tahu ibu tirinya itu orang seperti apa, dengan cara apapun Angela mengancam, pasti Desi tidak akan kalah.

"Berapa hutangmu itu?" tanya Angela. Ia berharap kali ini semoga saja hutangnya tidak seberapa, ia akan berusaha mencari uangnya, bekerja tiada henti, ia sudah terbiasa akan itu, jadi untuk beberapa bulan belakangan juga sepertinya ia sanggup. Asal rumah ini masih bersamanya.

"10 Miliar."

"WHAT?" Kali rasanya jantung Angela keluar dari tempatnya saking terkejutnya, apa ia salah dengar? 10 Miliar?

"Apa kamu gila!" Teriak Angela lagi memandang tak percaya kearah Desi. "Untuk apa kamu uang sebanyak itu?"

"Tidak usah banyak bicara, carikan uang itu dalam tiga hari. Jika kamu tidak sanggup, gampang saja, aku tinggal menyerahkan sertifikat rumah ini."

"Ayo, Lau, kita sarapan di luar saja." Desi dan Laura pergi meninggalkan Angela yang pikirannya seketika blank memikirkan semuanya, bagaimana mungkin ia mendapatkan uang sebanyak itu dalam tiga hari?

Sudah bertahun-tahun bekerja pun Angela tidak pernah sampai mengumpulkan uang sebanyak itu.

Gadis itu berteriak frustasi sambil menjambak rambutnya, melupakan omelet yang kini mulai perlahan menghitam, Angela baru menyadari saat bau hangus mulai tercium, gadis itu segera mematikan kompor dan berlari menuju kamarnya di bagian belakang. Ya, kamar yang seharusnya untuk pengurus rumah tangga. Ah, Angela melupakan sesuatu, ia memang dijadikan pengurus rumah tangga dalam rumahnya sendiri.

Dalam kamar, Angela kembali melanjutkan teriakan frustasinya, gadis itu berteriak sekencang yang ia bisa, suaranya pun mulai serak.

Puas meluapkan amarahnya. Angela meraih ponsel, menghubungi seseorang di sana. "Alexa, tolong aku!" teriak Angela begitu panggilan itu terhubung.

"Angela, ada apa?"

"Kamu sudah pergi kerja?"

"Aku baru sampai"

"Baiklah, aku berangkat," Angela langsung mematikan panggilan itu kemudian menyambarkan jaket dan tas selempang miliknya.

Angela pergi meninggalkan rumah sederhana itu menggunakan motor bebek pemberian sang ayah saat Angela berulang tahun.

Sepanjang perjalanan. Angela terus memikirkan uang 10 Milyar itu, sampai detik ini ia masih tidak menyangka jika Desi memiliki hutang sebanyak itu. Wanita itu mengatakan jika itu hutang sang ayah? Ck, wanita jahat itu terlalu membual.

Angela terlalu sibuk melamun hingga gadis itu tidak menyadari adanya macet di depan. Kecelakaan tidak terelakkan lagi, Angela yang tidak sempat lagi menekan rem akhirnya menabrak mobil di depan.

Gadis itu tersungkur dengan bobot motor menindih sebelah kakinya. "Sakit." Angela meringis saat ia di bopong oleh beberapa pengendara yang membantunya untuk menepi agar tidak menghalangi jalan.

"Kamu tidak apa-apa?"

Angela yang terduduk sambil memegangi kakinya yang perlahan membiru itu seketika mendongak.

Mata sayu dengan genangan air mata itu mengerjap beberapa kali menatap seorang pria dewasa dengan pakaian formal berdiri di hadapannya. 'Tampan sekali,' batin Angela.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya pria itu sekali lagi yang berhasil membuat Angela akhirnya bisa mengendalikan diri.

"Kakiku sakit." Angela meringis menahan denyutan keras di kakinya. Sungguh, Angela ingin menangis saja rasanya.

"Mau aku antarkan ke rumah sakit?"

Angela kembali mengangkat kepalanya. "Kamu siapa?"

Pria itu menunjuk mobil yang terparkir di samping motornya sudah penyok di bagian depan. "Pemilik mobil yang kamu tabrak."

Angela kembali meringis pelan. Tidak! Angela bukan meringis karena sakit di kakinya, melainkan melihat kondisi mobil yang cukup membuatnya berkeringat dingin

Angela sedikit-sedikit tahu dengan merek mobil, mobil yang ditabraknya adalah mobil dengan harga milyaran. Ah, apa pria di hadapannya ini mencoba meminta ganti rugi? Haish, kenapa hari ini Angela sial sekali. "Maaf." Hanya itu yang bisa Angela lakukan.

"Tuan." Suara lain menginterupsi mereka membuat pria itu menoleh sebentar dan mengangguk.

"Nona, kamu bisa ke rumah sakit sendiri? Aku sedang buru-buru, kamu bilang saja berapa yang kamu butuhkan, aku akan memberikannya untuk biaya pengobatanmu."

"10 Milyar."

"Hah?" pria itu berseru bingung.

Angela yang baru menyadari kebodohannya itu seketika melotot, ia menggeleng keras sambil menutup mulutnya, "Tidak, aku hanya salah bicara saja." Sepertinya otak Angela sudah eror karena hutang 10 milyar itu.

Pria itu mengangguk pelan kemudian merogoh dompet dalam saku celananya, mengambil 5 lembar uang berwarna pink dan meletakkannya di sisi Angela, "Aku rasa ini cukup … Lain kali hati-hati, kau bisa rugi besar karena berurusan dengan orang yang salah." Pria itu pergi meninggalkan Angela yang terdiam memperhatikannya.

"Siapa dia? Apa orang kaya?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status