MasukBreaking news
Pembunuhan berantai terjadi di hutan, 10 orang tewas, dengan luka-luka yang tidak biasa.. Akhir-akhir ini, sering terjadi pembunuhan berantai ditempat yang berbeda, tapi. Ada sayatan luka yang sama, seolah si pembunuh memberikan sebuah kode. [Pelaku belum ditemukan] Zane membaca berita itu, dia tidak terlalu kaget, karena dirinya seorang mafia, yang sering membunuh lawannya sendiri, tapi. Zane cukup penasaran, dalang dibalik pembunuhan yang terjadi akhir-akhir ini. "Al, kira-kira, siapa dibalik semua ini?" tanya Zane, sembari menatap kearah luar. "Saya tidak tahu, karena mereka cukup lihai dalam menyembunyikan jati dirinya," jawab Alvaro. Alvaro sudah berusaha mencari tahu, tapi nihil, dia tidak menemukan jejak apapun. "Mereka selalu membuat sayatan di kulit korban, dengan desain yang sama," ucap Zane. "Dan sampai saat ini, tidak ada tahu, siapa mereka sebenarnya," jawab Alvaro. Zane menghembuskan napas kasar, dia tidak mau terlalu ikut campur dengan urusan orang lain, selagi tidak menganggu bisnis gelapnya. "Al, apa kau sudah menemukan gadis itu?" tanya Zane. "Sampai saat ini, saya belum menemukannya tuan, tapi tim kita sudah menyebar ke penjuru dunia," jawab Alvaro. "Sudah 10 tahun, tapi kalian belum menemukan keturunan Watson," ujar Zane. "Terakhir dapat info, katanya gadis itu sudah pindah kota, tapi kami belum menemukan dimana kota yang dia singgahi sekarang," sahut Alvaro. "Jangan sampai kita terlambat, musuh keluarga Watson berada dimana-mana, pasti mereka juga mencari anak bungsu Watson," kata Zane. "Semoga kita segera menemukan gadis itu," sahut Alvaro. "Lalu, bagaimana dengan kakaknya, apa sudah ada kemajuan?" tanya Zane. "Sudah, sekarang dia sedang berlatih untuk bisa berjalan," jawab Alvaro. "Bagus, berikan dia perawatan yang baik, agar dia bisa segera sembuh," titah Zane, karena dialah orang satu-satunya yang akan mempermudah pencarian seseorang itu, "Setelah dia sembuh, kita akan gampang mencari gadis itu," lanjut Zane. Alvaro mengangguk, dia faham, apa yang Zane katakan. "Maaf tuan, kalo saya menanyakan masalah pribadi anda, tapi nyonya menanyakannya dengan saya," ucap Alvaro. "Ada apa, apa yang bunda tanyakan?" tanya Zane penasaran. "Nyonya bertanya, siapa perempuan yang bersama anda, yang anda bawa di party kemarin," kata Alvaro. Zane terdiam, dia sudah gegabah membawa Sierra, Zane takut, akan membuat musuhnya menganggu Sierra. "Kalo bunda nanya lagi, katakan. Kalo perempuan itu kekasih saya," ujar Zane. "Selama ini, anda tidak tertarik dengan perempuan, bahkan keluarga anda berusaha menjodohkan anda dengan anak teman kolega bisnisnya, tapi anda menolak mentah-mentah, tapi sekarang, anda sedang dekat dengan seorang perempuan," kata Alvaro. "Dia.. Perempuan yang luar biasa, entah kenapa, saya tertarik dengan dia," jawab Zane, tanpa dia sadari, dia tersenyum kala mengingat Sierra. "Apa anda sedang jatuh cinta?" goda Alvaro. Zane hanya tertawa, umurnya sudah memasuki 38 tahun, jadi dia merasa sudah tidak enak membahas persoalan cinta. "Saya hanya mengingatkan, keluarga anda pemilih dalam memilih calon istri untuk anda, pastikan kalo perempuan yang anda pilih, adalah perempuan yang tepat bagi keluarga Alveric," ucap Alvaro. Zane mengangguk, *** Sedangkan disisi lain.. "Jangan lupa, basuh percikan darah di tubuhmu," ucap Sierra. "Ya, kita harus segera membersihkan tubuh kita," ujar Kayla. Lalu, mereka bertiga memasuki toilet, guna akan membersihkan tubuhnya. Setelah mereka membersihkan tubuhnya, dan mengganti bajunya, mereka duduk di sofa. "Hidupkan televisi, pasti ada berita baru," kata Alleta. Kayla menghidupi televisi, dan sesuai dugaan mereka, kalo ada berita baru. "Keren juga aksi mereka," puji Kayla. Sierra hanya menggelengkan kepala mendengar ucapan sang sahabat. "Alleta, jadi sampai kapan kamu akan membiarkan keluargamu hidup bahagia, setelah membuang dirimu?" tanya Kayla. "Nanti juga kalian akan tahu, tidak mau terburu-buru, kita bermain-main dulu, biarkan mereka senang dan merasa menang, nanti setelah itu baru aku akan melakukan yang seharusnya aku lakukan," jawab Alleta. "Tapi seriusan deh, adik tirimu memang menyebalkan," sahut Sierra. Alleta hanya tertawa kecil. "Oh iya, tadi aku dapat kabar dari Karel, katanya kamu sudah mempunyai kekasih?" ujar Kayla, menatap tajam kearah Sierra. "Kok kamu ngak pernah cerita sama kita?" sahut Alleta. "Tunggu dulu, kalian jangan salah faham," ucap Sierra, "Aku memang mengaku sudah mempunyai pasangan kepada Karel, biar dia tidak menganggu aku terus, 'kan kalian tahu bagaimana keluarganya, mereka selalu merendahkan aku," lanjut Sierra. "Tapi, siapa pria yang kamu kenalkan kekasih itu kepada Karel, soalnya kata dia, bukan orang sembarangan," ujar Kayla. "Xavier Zane Alveric." "Apa!" "Berisik Alleta," ujar Kayla. "Keluarga Alveric, 'kan.." ucap Alleta terpotong. "Langkah awal, agar bisa masuk bagian dari keluarga Alveric," ujar Sierra, matanya menatap kosong. "Tapi, itu akan berbahaya bagi kamu, Sierra. Aku tidak mau ada yang tiada di antara kita," kata Alleta khawatir. "Tenang saja, kita setara kok, dengan mereka," sahut Kayla. "Ah sudah, jangan memembahas itu, mending kita nikmati waktu kita," ujar Sierra. "Besok libur, kira-kira kita ke mana?" tanya Kayla. "Aku ikut saja dengan kalian," jawab Alleta. "Liburan ke luar negri?" kata Sierra. "Tanggung ah, liburnya cuman tiga hari," jawab Kayla. "Ke tempat biasa aja, kita berlatih," usul Sierra. "Aku setuju, mending kita berlatih, kita harus bersiap-siap," sahut Alleta. "Yasudah, aku ikut saja," jawab Kayla. Mereka duduk diatas sofa, menatap suasana malam diluar, tatapannya dingin, seolah-olah menyimpan dendam yang begitu dalam. "Semoga, kita segera menyelesaikannya permasalahan kita," ujar Kayla, "Rasanya sudah cape, kesana-kemari, tapi belum menemukan titik terang," lanjut Kayla. "Kamu benar, ada saatnya kita hidup tenang, mempunyai keluarga, dan tidak terlibat dalam hal yang membahayakan," sahut Sierra. "Pasti, waktu itu akan datang, kemenangan kita akan segara tiba," ujar Alleta. *** "Zane!" teriak seorang wanita, yang sudah berumur, tapi masih terlihat sangat cantik. "Bunda, malam-malam begini, kenapa teriak-teriak," ujar Zane, menutup telinganya. "Tidak sopan sekali dengan ibumu ini," ucapnya. "Lagian, bunda teriak-teriak," kata Zane. "Bunda lagi senang," ujarnya. "Kenapa, bunda hamil lagi?" goda Zane. Dia mencubit perut Zane. "Kata-katamu Zane, benar-benar mengerikan," ucapnya. "Ya, lalu apa?" tanya Zane. "Kata Alvaro, perempuan yang bunda tanyakan itu, kekasih kamu," katanya. "Mulut ember, baru saja di kasih tahu, sudah terdengar sama bunda," batin Zane. "Zane, kenapa bengong? Ucapan Alvaro benar, 'kan?" tanyanya lagi penasaran. "Iya bunda, perempuan itu kekasih Zane," jawab Zane terpaksa. "Perempuan mana, dari mana asalnya, harus jelas keturunan siapa!" Sahut sang nenek tua, yang mendengar perbincangan cucu dan menantunya. "Ibu.." ujarnya. "Siapa pun yang akan menjadi istri anakmu, harus jelas latar belakangnya, jangan asal memasukan orang asing, ke dalam keluarga ini, ingat. Kita keluarga terhormat, dan juga di segani!" "Jangan lupakan itu!" "Aku yang akan menikah, aku yang berhak menentukan siapa wanita yang akan bersamaku, latar belakang itu tidak penting," jawab Zane dengan tegas. Zane meninggalkan ibu dan juga neneknya, dia tidak mau banyak bicara dengan neneknya. ***Kaya dengan Sierra hampir saja kalah melawan mereka semua, tapi kedatangan Zane dengan Alvaro menyelematkan mereka berdua."Berhenti kalian!" titah Zane.Mendengar suara Zane yang sudah tidak asing ditelinganya, mereka langsung menunduk sopan kearah Zane."Kalian sudah menyakiti calon istri saya, saya pastikan tidak akan mengampumi kalian!" ancam Zane."Tuan Zane! Maaf kalau saya tidak tahu kalau salah satu wanita ini adalah calon istri anda!" Pria paruh baya yang akan menikahi Aletta itu lemas, saat mendengar kebenaran yang Zane katakan. "Bawa mereka, dan berikan mereka hukuman yang setimpal!" titah Zane, kepada semua bodyguardnya.Tentunya semua bodybuard Zane bukan orang sembarangan, mereka orang terlatih yang tidak bisa dikalahkan begitu saja. "Sierra, kamu nggak apa-apa?" tanya Zane yang terlihat khawatir.Sierra tidak menjawab pertanyaan Zane, dia lebih fokus kepada kondisi Kayla, yang sepertinya lebih parah melebihi dirinya."Kay, ayo kita ke RS, sekarang!" ajak Sierra."Sie,
"Sierra, siapa pria itu?" tanya Karel,Karel cukup kaget, karena baru pertama kalinya dia melihat Sierra bersama pria asing, dan cukup romantis."Oh, Karel.. Aku kira siapa," ujar Sierra,"Kenalkan, dia kekasih aku," lanjut Sierra."Tidak mungkin, kamu bohong, 'kan," kata Karel tak percaya."Aku serius, dia kekasih aku, maaf baru mengenalkannya denganmu," ujar Sierra tersenyum."Saya Xavier Zane Alveric, pasti anda tahu siapa saya."Zane mengulurkan tangannya."Apa!! Tuan Xavier, kenapa Sierra bisa mempunyai hubungan dengan keluarga Alveric, mereka berbahaya," batin Karel, dia cukup khawatir dengan keselamatan Sierra."Karel, kenapa kamu bengong?" tanya Sierra.Karel menarik tangan Sierra."Sakit Karel, ada apa kamu menarik tanganku, hah!" Sierra menarik tangannya."Maaf, Sierra. Tapi, kenapa bisa kamu mempunyai hubungan dengan pria itu, maksudku.. Dengan keluarga Alveric, mereka berbahaya. Mustahil rasanya kalau kamu tidak tahu siapa mereka," ujar Karel tak percaya."Memangnya, kena
Breaking newsPembunuhan berantai terjadi di hutan, 10 orang tewas, dengan luka-luka yang tidak biasa..Akhir-akhir ini, sering terjadi pembunuhan berantai ditempat yang berbeda, tapi. Ada sayatan luka yang sama, seolah si pembunuh memberikan sebuah kode.[Pelaku belum ditemukan]Zane membaca berita itu, dia tidak terlalu kaget, karena dirinya seorang mafia, yang sering membunuh lawannya sendiri, tapi. Zane cukup penasaran, dalang dibalik pembunuhan yang terjadi akhir-akhir ini."Al, kira-kira, siapa dibalik semua ini?" tanya Zane, sembari menatap kearah luar."Saya tidak tahu, karena mereka cukup lihai dalam menyembunyikan jati dirinya," jawab Alvaro.Alvaro sudah berusaha mencari tahu, tapi nihil, dia tidak menemukan jejak apapun."Mereka selalu membuat sayatan di kulit korban, dengan desain yang sama," ucap Zane."Dan sampai saat ini, tidak ada tahu, siapa mereka sebenarnya," jawab Alvaro.Zane menghembuskan napas kasar, dia tidak mau terlalu ikut campur dengan urusan orang lain, s
Langkahnya gontai, menelusuri lorong jalan yang sepi, suara koper terdengar nyaring, dia.. Alleta, seorang gadis yang baru saja di usir dari rumahnya."Ibu, bagaimana bisa, aku hidup tanpa dirimu.""Ayah sudah berubah, bu, dia tidak sayang denganku lagi, tolong bawa aku dari sini bu, peluk aku."Suara pilu, terdengar dari mulut Alleta, dia benar-benar terluka atas perlakuan sang ayah.Alleta bingung, dia harus pergi kemana.Setelah melamun cukup lama di sisi jalan sepi itu.."Sierra, aku bisa kerumah dia," batin Alleta.Alleta bergegas menuju ke rumah sang sahabat, karena itu satu-satunya harapan terakhir dia.Alleta mengetuk pintu rumah Sierra, tapi Sierra tak kunjung membukanya."Mungkin Sierra sudah tidur," batin Alleta.Alleta putus asa, dia bingung harus pergi kemana, karena rumah Kayla cukup jauh dari sana, apa lagi hari sudah malam.Namun.. Saat Alleta akan meninggalkan kediaman Sierra, tiba-tiba pintu rumah terbuka."Ya, siapa?" tanya Sierra, sembari mengucek matanya, karena t
Sierra tergesa-gesa, dia tidak melihat kearah jalan yang dia lalui, sehingga dia tidak melihat bahaya yang sedang mengintai dirinya..Saat Sierra tersadar, dia sedang di ikuti. Langkahnya terus berjalan cepat, melihat ke kanan dan ke kiri."Kamu tidak akan bisa lari dari kami." Ujarnya, menatap Sierra sinis."Untuk apa kalian mengangguku, saya tidak kenal dengan kalian!" Sierra berjalan mundur, menghindar dari mereka yang berjumlah cukup banyak."Ya, tapi kami kenal siapa dirimu!" ujarnya, dengan senyuman menyeringai.Sierra berlari menjauhi mereka, tapi sayangnya.. Langkah Sierra ter-susul."Kau tidak akan bisa lari dari kami." Mereka tersenyum sinis, seolah-olah akan mendapatkan suatu hal yang besar."Jangan harap! Saya tidak akan menyerahkan diri kepada para bajingan seperti kalian!" hardik Sierra.Sierra melawan semua preman itu, bukan lawan satu persatu, tapi semua dia lawan. Sierra kehabisan tenaga, dia terjatuh."Kau tidak akan bisa lari dari kami," ucapnya dengan tatapan sini
"Pria asing itu kemana, ya. Tiba-tiba menghilang tanpa memberi kabar," batin Sierra, aneh. "Sierra, kenapa kamu bengong?" tanya Kayla, menyenggol bahu Sierra."Ah, aku tidak apa-apa, Kay. Hanya ada masalah kecil," jawab Sierra tersenyum simpul."Kalo ada apa-apa, jangan sungkan buat cerita sama aku dan juga Alleta," ujar Kayla tersenyum."Aku pasti akan cerita sama kalian, kalo ada masalah," jawab Sierra tersenyum Kayla mengelus pundak Sierra, dia cukup tahu bagaimana kehidupan Sierra selama ini, nyaris seperti dirinya."Wah ada cewek-cewek cantik nih."Sierra dengan Kayla dikagetkan dengan kedatangan segerombolan preman."Pergi kalian, jangan ganggu kami!" usir Kayla.Segerombolan preman itu menertawakan ucapan Kayla, mereka memandang rendah kepada kedua wanita tersebut."Kalian fikir, kami akan takut? Hah! Tidak akan!""Jangan salahkan kami, kalo kalian pulang babak belur," lontar Kayla, dia tersenyum sinis."Dari pada banyak ngomong, mending ikut kita, kita senang-senang yuk!""B