LOGIN"Sierra, siapa pria itu?" tanya Karel,
Karel cukup kaget, karena baru pertama kalinya dia melihat Sierra bersama pria asing, dan cukup romantis. "Oh, Karel.. Aku kira siapa," ujar Sierra, "Kenalkan, dia kekasih aku," lanjut Sierra. "Tidak mungkin, kamu bohong, 'kan," kata Karel tak percaya. "Aku serius, dia kekasih aku, maaf baru mengenalkannya denganmu," ujar Sierra tersenyum. "Saya Xavier Zane Alveric, pasti anda tahu siapa saya." Zane mengulurkan tangannya. "Apa!! Tuan Xavier, kenapa Sierra bisa mempunyai hubungan dengan keluarga Alveric, mereka berbahaya," batin Karel, dia cukup khawatir dengan keselamatan Sierra. "Karel, kenapa kamu bengong?" tanya Sierra. Karel menarik tangan Sierra. "Sakit Karel, ada apa kamu menarik tanganku, hah!" Sierra menarik tangannya. "Maaf, Sierra. Tapi, kenapa bisa kamu mempunyai hubungan dengan pria itu, maksudku.. Dengan keluarga Alveric, mereka berbahaya. Mustahil rasanya kalau kamu tidak tahu siapa mereka," ujar Karel tak percaya. "Memangnya, kenapa?" tanya Sierra lagi. "Dia cukup membahayakan, buat hidup kamu," jawab Karel. "Tidak masuk akal," ucap Sierra, Sierra langsung meninggalkan Karel, lalu dia kembali ke meja yang berada Zane. "Maaf sayang, itu temanku," ucap Sierra, dengan nada suara yang halus, sembari mengedipkan matanya memberi kode kepada Zane. Karel hanya menatap Sierra tak percaya, karena selama ini, Sierra tak pernah bermanja dengan seorang pria. "Anda hanya orang asing di sini, jangan menganggu kami, yang sedang bermadu kasih," ucap Zane, menatap sinis kearah Karel. Karena Karel tidak mau berurusan dengan Zane, dia langsung meninggalkan restoran Sierra. Sepeninggalan Karel.. "Terima kasih tuan, maaf sudah merepotkanmu, saya benar-benar berhutang budi dengan anda," ucap Sierra, tak enak. "Jangan lupakan ucapanmu yang tadi, kalo kamu akan melakukan apapun yang saya suruh!" Zane mengingatkan Sierra lagi, dengan janjinya. "Ya, tapi masih batas wajar, jangan meminta yang aneh-aneh" kata Sierra ketus. Karena dia tadi panik, Sierra tidak berfikir dulu sebelum mengatakan hal itu kepada Zane. "Saya akan kerumah kamu nanti, tapi tidak tahu kapan, saya akan menagih janji kamu," tegas Zane, "Sekarang akan pergi dulu, selamat pagi nona." Zane langsung meninggalkan Sierra, dengan senyuman yang penuh arti. Sierra hanya menghembuskan napas kasar, dia selalu menepati ucapannya, tapi kali ini, perasaannya tidak enak. "Apa yang karus aku lakukan, aku tahu bagaimana laki-laki," batin Sierra. Sierra melamun, memikirkan nasibnya akan bagaimana kedepan. Tetapi, mau bagaimanapun dia harus melakukan apa yang Zane katakan, sesuai janjinya. "Yaudahlah, lagian juga kalau dia minta yang aneh-aneh bisa aku tolak," ucap Sierra, menenangkan hatinya. Sierra melanjutkan pekerjaannya, dia nge-cek satu persatu laporan keuangan yang karyawannya kerjakan. "Semakin hari restoran ini semakin ramai, aku senang karena aku bisa mendirikan restoran ini sendiri." Sierra bangga dengan dirinya sendiri, meskipun hidupnya sebatang kara, tidak mempunyai keluarga satupun, tapi Sierra bisa berdiri dikaki sendiri. Saat Sierra sedang fokus mengerjakan pekerjaannya, tiba-tiba ponselnya bunyi, lalu dia melihat yang menelepon. "Alleta!" Sierra bergegas mengangkat telepon dari Aleta. [Aletta, ada apa?] tanya Sierra. [Sierra tolong aku!] Tut, telepon tiba-tiba mati. [Aletta, hallo.. Aletta!] Sierra bergegas meninggalkan Resto, dia langsung menghubungi Kayla, supaya Kayla juga kerumah Sierra. "Aletta, kamu kenapa!" Sierra cemas dengan keadaan sahabatnya itu, pasalnya memang Aletta sedang sendiri dirumah, yang Sierra takutkan, yaitu keluarga Aletta. Sierra membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi, rasa cemasnya kepada Aletta membuat dirinya tak memikirkan keselamatannya. "Kay, dimana Aletta?" tanya Sierra yang baru saja sampai kerumahnya. "Sie, gua udah cari Aletta diseluruh rumah Lo, tapi gua nggak nemeuin dia!" jawab Kayla, dengan napas yang ngos-ngosan. "Kay, menurut Lo, Aletta kemana?" tanya Sierra. "Tunggu, bukannya ini warna kesukaan Aletta!" Kayla melihat banyak butiran berwarna biru disepanjang jalan, Kayla mengira kalau Aletta memberikan petunjuk kepada mereka dengan membuang butiran itu disepanjang jalan, agar kedua sahabatnya gampang untuk menemukan dirinya. "Kay, itu berarti.." ucap Sierra terpotong. "Kita ikuti butiran berwarna biru ini, gua rasa kalau Aletta yang menabur ini," kata Kayla, "Lo masuk kedalam mobil gua, biar kita satu mobil!" titah Kayla. "Ayo!" Sierra dengan Kayla terus mengikuti jejak itu, untuk menemukan Aletta. "Kay, ini gedung tua, gedung ini sudah lama terbengkalai," kata Sierra. "Ayo kita masuk kedalam!" ajak Kayla, "Tapi kita harus tetap waspada, mereka pasti membuat jebakan untuk kita," sambung Kayla. Sierra mengangguk, keduanya masuk dengan mata yang melihat kesana kemari, memastikan kalau tidak ada orang yang mengincar mereka. "Sie, itu Aletta.. Brengsek! Mereka mau menikahkah Aletta dengan laki-laki tua itu!" geram Kayla. "Kay, kita harus tetap hati-hati, kayaknya laki-laki itu bukan orang sembarangan, pasti di sini banyak penjaganya," kata Sierra. "Ya pasti!" "Aletta!" Suara Kayla dengan Sierra membuat Aletta lega, akhirnya mereka menemukan Aletta. "Kay, Sie.. Tolong gua, mereka memaksa gua nikah sama laki-laki tua bangka ini," teriak Aletta. "Brengsek! Kalian masih saja menganggu hidup Aletta!" kesal Kayla. "Kalian jangan ikut campur dengan urusan keluarga kami, kalian hanya orang asing!" sang ayah Aletta mengeluarkan suaranya. "Kalau kau memang seorang ayah, kau tidak akan melakukan hal seperti ini. Seorang ayah harusnya menjaga dan melindungi anak perempuannya, bukan malah merusak kebahahiaannya!" geram Sierra. Selama ini Sierra selalu diam, tapi untuk kali ini dia rela mati demi melindungi Aletta yang malang. "Kalian siapa, kenapa kalian menganggu pernikahan kami?" tanya pria yang sudah tua itu. "Kenapa kau memaksa seorang wanita muda ini menikah, apa kau belum mempunyai anak?" "Dimana otakmu, memaksa sahabatku menikah!" geram Kayla. "Saya tidak memaksa dia menikah dengan saya, keluarganya yang menjual dia dengan harga yang sangat mahal, karena katanya dia masih perawan. Lalu salah saya dimana?" "Dan saya tidak mau ikut campur dengan urusan kalian, saya akan menikahinya. Karena uang sudah saya berikan kepada mereka!" kata pria paruh baya itu. "Kalian memang brengsek!" "Seharusnya yang kalian jual itu dia, anak kalian. Karena selama ini dia sudah menjalang, jadi dia tidak akan keberatan kalau dinikahkan dengan pria tua itu!" pekik Kayla. "Jaga ucapanmu, aku tidak seperti apa yang Lo katakan!" Karina, adik tiri Aletta membela dirinya. "Jangan fikir selama ini kami nggak tahu kelakuan Lo!" imbuh Sierra. Karina terdiam, karena memang selama ini dia selalu menjual tubuhnya kepada pria hidung belang. "Kalian tega, apa salahku kepada kalian. Sehingga kalian melakukan ini denganku?" tanya Aletta. Aletta tak percaya kalau sang ayah menjual dirinya kepada pria tua itu, hanya karena 'uang' mereka rela melakukan itu. Sierra menarik tangan Aletta, dia akan membawa sahabatnya itu pergi. "Kalau kalian membawa dia keluar, kalian siap-siap mati didalam gedung ini!" ancamnya. "Sie, bawa Aletta kemobil, tenangkan dia. Kalau sudah memastikan Aletta aman didalam mobil, Lo masuk kesini bantu gua!" titah Kayla. Sierra mengangguk, dia langsung membawa Aletta kedalam mobil, Sierra memastikan keselamatan Aletta terlebih dahulu. "Aletta, kamu diam disini. Apapun yang terjadi, kamu diam didalam, didalam mobil kamu akan aman," kata Sierra. "Sie, kalian hati-hati," ucap Aletta. Sierra mengangguk, dia masuk kedalam lagi untuk membantu Kayla didalam. ***"Alvaro, lihat RS itu!" Zane menunjuk kearah bangunan megah itu, kalau di lihat dari luar, itu hanya sebuah RS biasa, selain Zane, tidak ada yang tahu kalau di balik RS itu menyimpan sebuah rahasia yang cukup menegangkan. "RS itu, di sana tempat orang-orang gila menjual organ-organ dalam tubuh manusia!" "Merek menculik anak-anak, atau menipu orang dewasa dengan pekerjaan, lalu membawanya kesana!" Zane mengajak Alvaro masuk, karena Alvaro harus mengetahui dibalik RS itu ada apa. "Seperti RS biasa, banyak orang berlalu lalang di sini, dan juga banyak pasien yang berobat kesini." Tidak ada keanehan dalam pandangan Alvaro, sama persis seperti pandangan orang awam yang berobat ke RS itu. "Semua orang yang tidak tahu gelapnya RS ini memang akan mengatakan hal demikian! Mereka sering kali tidak sadar kalau sudah masuk kedalam RS ini, mereka akan kehilangan!" Dengan suara yang pelan, Zane menjelaskan hal dasar tentang RS itu. "Kehilangan? Maksud tuan?" tanya Alvaro, dia
"Semalam, gua pulang sama siapa?" tanya Sierra, yang baru saja bangun dari tidurnya. Dia masih sangat ngantuk sekali. "Tidurlah lagi aja, Lo pasti masih ngantuk 'kan!" suruh Aletta. "Gua harus ke restoran Letta!" ujar Sierra. "Udah, Lo tidur aja dirumah, biar gua yang ke restoran," kata Aletta. "Lo yakin?" tanya Sierra, "Lo nggak sibuk?" "Enggak kok, aku lagi free," jawab Aletta tersenyum. "Yaudah, gua percaya sama Lo," kata Sierra. Aletta langsung pergi meninggalkan Sierra, sedang 'kan Sierra masuk kedalam kamarnya lagi, dia akan melanjutkan tidurnya, karena merasa masih mengantuk. Sedangkan Aletta baru saja sampai ke restoran, dia sudah melihat kalau restoran sudah ramai pengunjung, meskipun masih siang. "Selamat siang nona Aletta," sapanya, dengan nada sopan. "Selamat siang!" jawab Aletta, "Hari ini saya yang akan mengurus restoran, nona Sierra sedang sakit," sambung Aletta. "Baik nona Aletta!" Semua pegawai di sana, sudah tahu siapa Aletta dan juga Kayla, jadi saat
"Damn! Siapa yang sudah menggagalkan rencana kita!" "Ini diluar kendali kita, tuan!" kata Alvaro, menundukan kepalanya."Selama ini kita selalu berhasil melakukan transaksi dipelabuhan itu, tapi kenapa sekarang gagal!" Amarah Zane marah padam.Alvaro hanya terdiam, karena dia tahu kalau transaksi barang ilegal ini harus secepatnya dikirim, tapi seseorang sudah menggagalkannya."Cari tahu, siapa dibalik semua ini!" titah Zane."Baik tuan, saya akan mencari orang itu, dan akan membawanya kesini," jawab Alvaro."Pastikan bawa dia hidup-hidup, akan aku bunuh dengan cara mengerikan!" "Baik tuan!" jawab Alvaro.Setelah mengatakan itu, Zane langsung meninggalkan markas, dengan perasaan yang masih emosi."Sial, bajingan!" Zane memukul setir mobilnya. ***Sedangkan di sisi lain, Sierra kembali ke restorannya, meskipun hari sudah malam, tapi restorannya masih ramai.Sierra mengganti baju, lalu dia kembali keruangannya."Capek juga, ya!" batin Sierra, dia menghela napas berat."Selamat mala
Pagi-pagi sekali, Sierra sudah disibukan dengan pekerjaan rumah, dia membagi pekerjaan rumahnya dengan Aleta, agar cepat selesai.Aletta memasak, agar saat Sierra selesai membereskan rumah, dia bisa langsung makan."Sie, kalau capek, diem dulu aja, makan kue buatan gua dulu," kata Aletta."Tanggung Let, ini sebentar lagi selesai kok," jawab Sierra tersenyum."Yaudah deh, gua nggak bisa maksa," ujar Aletta, menggelengkan kepalanya.Keduanya melanjutkan pekerjaan masing-masing sampai selesai, lalu mereka makan. Karena kalau menunggu Kayla akan lama, Kayla izin pulang, karena ada kepentingan mendadak.Saat mereka sedang makan, bel rumah berbunyi."Nggak mungkin Kayla, dia 'kan kalau kesini suka langsung masuk aja," kata Sierra."Lo buka aja, siapa tahu ada tamu penting," ujar Aletta."Mengganggu waktu makan, aja!" kesal Sierra.Dengan terpaksa, Sierra membuka pintu rumah.. Saat dia membukanya, Sierra kaget dengan kedatangan seseorang yang cukup dia kenal."Sayang!" sapa Malaikha, dengan
"Jadi, apa yang membuat Lo datang kesini dengan wajah yang masam?" tanya Sierra."Gua butuh bantuan Aletta!" jawab Kayla."Butuh bantuan apa, Kay?" tanya Aletta."Seseorang telah meretas data perusahaan gua, dan mungkin yang melakukannya orang perusahaan, sehingga gua kecolongan," kata Kayla kesal."Pantas saja datang dalam keadaan kesal," sahut Sierra."Kirim data-datanya, biar gua cari tahu," pinta Aletta."Gua udah kirim ke email Lo, lihat aja," kata Kayla."Oke, tunggu sebentar. Gua pasti akan menemukan orang yang Lo maksud," ujar Aletta.Aletta memang seorang hacker, identitasnya tersembunyi, tapi dialah yang selama ini menutupi identitas kedua sahabatnya yang asli, sehingga tidak ada satupun orang yang tahu siapa mereka. Karena Aletta benar-benar menyembunyikannya, siapapun tidak ada yang bisa menandingi kemampuan Aletta, dalam meretas identitas seseorang."Karyawan Lo yang menjual data perusahaan Lo, informasi lengkapnya udah gua kirim ke email Lo," kata Aletta.Hanya dalam wak
Sierra terdiam mematung, saat Zane mendekati wajah Sierra dengan sangat intens."Zane, apa-apaan sih!" Suara Sierra seperti terhenti, dia menelan ludahnya.Zane langsung mencium Sierra dengan sangat lembut, naluri nafsunya meningkat saat Sierra mengatakan kalau Zane tidak tampan.Sierra melotokan matanya, dia tidak percaya dengan apa yang Zane lakukan itu, dia akan menolak. Tetapi tenaga Zane lebih kuat dari dirinya, sehingga Sierra hanya diam mematung."Itu hukuman untukmu!" kata Zane."Hukuman? Memangnya apa yang sudah aku lakukan?" tanya Sierra."Saya tahu kalau kamu mengatakan, saya itu tidak tampan!" jawab Zane.Sierra tertawa, mendengar alasan Zane."Kan memang standar ganteng itu beda-beda, kamu tidak bisa memaksa 'kan aku untuk melihat kamu tampan," ujar Sierra."Diamlah, jangan sampai saya bersikap yang lebih dari tadi," kata Zane."Aku tidak takut!" ancam Sierra,"Lagian kita tidak mempunyai hubungan apa-apa, kita hanya pacaran pura-pura, kamu harus ingat itu!" Sierra kemba