Bab 7
Naura Cemburu
" Kak Bagas …!" panggil wanita itu seraya mencium pipi kanan dan kiri Bagas.
Bagas yang tak siap, tak sempat menghindar.
"Kamu …." ucapan Bagas terputus saking terkejutnya.
"Iya … ini aku. Kakak apa kabar?" ujar wanita itu.
"Aku … baik. Sama siapa?" tanya Bagas.
"Sendiri aja. Kak Ronald masih di Aussie, ngurusin bisnisnya. Kakak sama siapa?"
Bagas ingin menjawab, tapi didahului oleh Naura.
"Sayang … dia siapa?" tanya Naura sambil bergelayut manja di lengan Bagas.
"Ow … iya, Sayang! Kenalin! Ini Alice, adiknya Ronald, sahabat aku pas kuliah."
Naura
Bab 8Bagas Sakit"Kalo cewek gak mau, ya jangan dipaksa!" sela Bagas yang tiba-tiba sudah muncul."Emangnya lo siapa? Gak usah ikut campur!" ujar Nico ngegas."Lo belum tahu siapa gue? Dengarkan baik-baik. Gue suaminya Naura. Jadi, jangan pernah lo coba ganggu dia lagi! Ngerti lo!" ujar Bagas."Apa benar yang dia katakan, Ra?" tanya Nico kepada Naura."Udah dibilangin, masih saja ngeyel!" ejek Bagas."Gue tanya sama Naura, bukan sama lo!" ujar Nico sambil menunjuk muka Bagas."Apa lo pake nunjuk-nunjuk?" Bagas tersulut emosinya."Kur*ng aj*r!" teriak Nico.Bugh …. Nico menghantam wajah Bagas.Bagas yang tak siap, tak sempat meng
Bab 9Bulan MaduPukul 08.00 WIB Naura terbangun. Dia berjalan perlahan ke kamar mandi. Rasanya nyeri sekali. Tapi dia bahagia. Hari ini, dia sudah menjadi istri Bagas seutuhnya.Dia sadar, selama ini dia sudah mulai jatuh cinta pada sang suami. Cinta yang dia pendam sendiri, karena menunggu sang pujaan hati benar-benar siap membuka hati. Wajahnya merona saat ingat kejadian tadi."Masih sakit?" tanya Bagas lembut saat mendapati Naura keluar perlahan dari kamar mandi."Gak kok! Udah mendingan."Bagas menghampiri Naura, lalu membopongnya menuju tempat tidur."Istirahatlah! Kamu pasti capek!""Aku mau masak, Kak! Ini sudah siang!""Gak usah masak! Kita order saja! Satu lagi! Jangan panggil aku kak la
Bab 10Tamu Tak DiundangMereka tiba di Jakarta pukul 19.00 WIB. Mereka sepakat untuk pulang ke apartemen dahulu untuk berisitirahat. Besok mereka baru akan ke rumah orang tua mereka untuk mengantar oleh-oleh.Pagi ini, saat bangun tidur, Naura merasa mual hebat. Dia langsung berlari menuju kamar mandi.Bagas yang terkejut, langsung menyusulnya. Dia memijit lembut tengkuk Naura."Bagaimana, Sayang? Sudah enakan?" tanya Bagas.Naura hanya melambaikan tangannya dengan lemas. Setelah selesai, Bagas segera membopong tubuh istrinya ke tempat tidur. Setelah menidurkan istrinya, dia bergegas menuju dapur untuk membuat teh hangat."Diminum dulu, tehnya! Biar enakan! Habis ini kita ke dokter, ya! Wajah kamu pucat banget, gitu!" ucap Bagas.
Bab 11Kirana KembaliTing … tong….Bel rumah berbunyi.Naura bergegas membuka pintu. Saat pintu terbuka, Naura tertegun melihat siapa yang datang."Siapa, Sayang?" tanya Bagas sembari berjalan ke depan. Dia pun tertegun. Suasana pun sesaat menjadi canggung. "Selamat pagi! Maaf mengganggu waktunya! Boleh saya masuk?" tanya Kirana.Ya, tamu mereka pagi ini adalah Kirana. Naura hanya mampu menatap wanita itu dengan pandangan yang entah. Sulit untuk diterjemahkan."Pergilah!" ujar Bagas."Kak, ijinkan aku menjelaskan semuanya! Setelah selesai, terserah bagaimana penilaianmu! Aku hanya ingin menjelaskan semuanya!" mohon Kirana."Tidak ada yang perlu dijelaskan! Pergilah! Aku tidak ingin melihat mukamu lagi!""Tolong, beri aku waktu sebentar saja! Aku mohon!""Pergi, kataku!" Bagas berteriak keras. Naura terkaget. Baru kali ini, dia melihat Bagas semarah itu. Selama ini, Bagas terlihat tenang, bahkan saat mereka terpaksa menikah, dia terlihat pasrah. "Baiklah, aku akan pergi! Aku harap
Bab 12Dalang Gagalnya Pernikahan Bagas-Kirana"Iya. Terpaksa. Aku tidak akan tenang kalau belum jelasin semua!"Bagas menghela napas. Melihat situasinya, Anita segera meminta izin untuk kembali ke kantor terlebih dahulu."Sepuluh menit! Aku beri kamu waktu sepuluh menit!""Sayang, maafkan aku! Aku ta—.""Jangan panggil sayang. Kau bukan siapa-siapa ku!" ujar Bagas dingin.Kirana menunduk. Matanya sudah mulai berkaca-kaca."Em … Kak … aku … minta maaf. Maaf … karena aku sudah melakukan kesalahan besar sama kamu. Aku melakukannya karena aku disuruh.""Siapa yang menyuruhmu?" tanya Bagas dingin.Kirana diam dan menunduk. Dia tidak berani mengangkat kepalanya."Kenapa diam saja? Siapa yang menyuruhmu?" bentak Bagas. "Kak Ronald," jawab Kirana lirih.Bagas mencelos. Semua ini, diluar perkiraannya. "Kenapa?" tanya Bags lirih."Dia ingin membalas sakit hatinya. Dulu, saat kamu menolak Alice, dia sempat depresi dan mencoba bunuh diri. Perlu waktu cukup lama untuk menyembuhkan adiknya. Bahk
Bab 13Penyesalan Kirana"Kamu tidak mau menjadi kekasihku?" tanya Ronald."Tentu saja aku mau, Kak. Itu adalah impianku sejak lama. Tapi … kenapa?" tanya Kirana bingung."Kenapa? Tentu saja karena aku menginginkan kamu," jawab Ronald santai."Tapi … ini seperti mustahil. Bagaimana bisa?" Kirana masih kebingungan."Tentu saja bisa. Bahkan, aku akan menikahimu," ujar Ronald."Kakak serius?" tanya Kirana memastikan."Tentu saja. Aku akan menikahi kamu, asalkan kamu mau membantuku.""Membantu apa?" tanya Kirana."Membalas dendam kepada Bagas," sahut Ronald mantap."Apa? Tidak. Aku tidak bisa menyakiti dia. Dia terlalu baik.""Terserah kamu. Itu berarti, kamu lebih memilih menyakiti diri kamu sendiri. Apakah kamu benar-benar akan melewatkan kesempatan menikah denganku?""Kak, aku memang mencintai kamu. Tapi, tidak seperti ini.""Kirana, hidup itu pilihan. Dan sekarang, saatnya kamu memilih. Tetap bersama dia atau menikah denganku."Kirana terdiam. "Aku akan menemui kamu seminggu lagi. Pi
Bab 14TEROR FOTODi rumah, di kamarnya, Naura menangis tergugu. Dia membanting ponselnya ke atas ranjang. Dia berharap semua itu tidak nyata, tapi foto-foto itu begitu jelas.Seseorang mengirimi dia foto-foto Bagas yang sedang berpegangan tangan dengan Kirana di sebuah restoran. Hatinya benar-benar hancur.Ini yang Naura takutkan selama ini. Kehadiran Kirana kembali akan menggoyahkan hati Bagas yang sudah mulai beralih kepadanya.Mood Naura yang tadinya bagus, anjlok seketika. Sepanjang siang hingga sore hari, Naura benar-benar gelisah. Dia bahkan tidak mau keluar dari kamarnya. "Assalamualaikum," teriak Bagas saat masuk ke rumah. "Waalaikumsalam," sahut ibu mertuanya. Dia segera mencium tangan sang ibu mertua. "Naura mana, Ma?" tanya Bagas."Di kamar. Gak tahu, tuh. Dari tadi gak mau keluar. Hati-hati, moodnya lagi jelek kayaknya!" ujar Mama Naura sembari berbisik."Beneran, Ma?""Iya. Biasalah ibu hamil. Suka berubah-ubah. Kamu yang sabar aja, ya!"Bagas bergegas naik ke kamarny
Bab 15BERTEMU LAGI"Sebenarnya gue juga pengen jalan. Tapi, gak enak kalo berdua aja. Sama lo sekalian gimana? Ntar, pulangnya gue anterin," sahut Nico."Duh, gimana, ya? Soalnya, bodyguardku ini protectif banget," ujar Naura bimbang."Ayolah! Kan, kita gak berdua! Sama Prilly juga?"Naura tampak menimbang-nimbang."Aku izin kak Bagas dulu, deh!" putus Naura.Akhirnya, Naura segera menghubungi Bagas untuk meminta izin. "Bagaimana?" tanya Prilly tidak sabar saat naura sudah selesai menelepon."Gue dapat izin ta—" "Yes … yuk, berangkat sekarang!"Belum selesai Naura bicara, Prilly sudah menyambarnya. "Aku belum selesai ngomong, markonah …," ujar Naura sebal kepada temannya."He … maaf. Abisnya, gue terlalu seneng sih. Ya udah gih, lanjutin. Gimana tadi?" ujar Prilly cengengesan."Aku dapat izin, tapi hanya gak boleh lama-lama," ujar Naura."Ya udah, gak papa. Kita nongkrong di cafe aja. Gak usah muterin mall. Kasihan Naura nya juga," ujar Nico."Ya udah, yuk, berangkat!" sahut Pril