Share

Part 5

"Naf__nafkah ba__tin?" Ucapanku terbata.

Kapan aku bilang menginginkannya?

"Abang sedang mabuk, ya?" protesku, sambil bangkit dari tempat tidur. Tentu saja masih dengan tangan yang masih setia melindungi kerah piyama.

"Bu_bukankah kau sudah setuju? Kau bahkan terdengar begitu yakin." Suara bang Haikal tampak gugup. 

"Tapi... itu...."

Ah, ya. Ini pasti salah paham. Dia membahas apa, aku menjawab apa.

Aku menarik napas. Jadi yang dari tadi dia maksud adalah tentang nina ninu malam pengantin? Pantas saja hanya aku sendiri yang dia bilang akan merasa sakit. Kudengar memang seperti itulah rasanya pertama kali seorang wanita menanggalkan status perawannya. 

"Jadi, kau mau atau tidak?" Bang Haikal kembali bertanya. 

Namun lagi-lagi pertanyaan itu terasa begitu ambigu. Aku takut kembali terjadi kesalah pahaman.

"TIDAK MAU!" Aku setengah berteriak sambil menggeleng. Mengusap sisa air mata yang tadi mengalir deras.

Apa pun itu, aku tidak mau. Baik bercerai atau nafkah batin, aku tetap tidak mau. 

Aku berjalan mendekati bang Haikal. Bermaksud menolongnya untuk bangkit. Namun belum sempat aku sampai, tangannya sudah terjulur dengan lima jari ke hadapanku, mengisyaratkan bahwa jangan sampai aku mendekat.

"Aku hanya ingin menolong Abang. Maaf, aku tak sengaja." Merasa menyesal telah mendorongnya hingga terjatuh.

"Sudahlah. Aku bisa bangun sendiri." 

Tak lama dia bangkit dan menepuk-nepuk telapak tangan layaknya membersihkan debu. Padahal lantai kamar ini selalu aku bersihkan hingga mengkilap.

"Kenapa pipi Abang memerah? Sakit, ya?" Aku sedikit khawatir dengan pipi mulus suamiku itu. Dia itu menahan rasa sakit atau sedang marah?

"Aku panaskan air untuk mengompres, ya?" Aku kembali mendekatinya.

"Tidak, tidak." Dia kembali melarangku untuk mendekat. "Aku kembali ke kamar saja."

Dengan cepat dia melangkahkan kaki, keluar dari kamarku tanpa menoleh lagi. Masih kulihat gerakan tangannya menepuk-nepuk pipinya sendiri. Apa tiba-tiba dia terserang demam?

Aku kembali terduduk lemas di tepi ranjang saat tubuh bang Haikal menghilang dari balik pintu. Kupegangi dadaku untuk meredakan suara jantung yang sedari tadi sudah jedag jedug layaknya video tiktok. 

Aku menarik sudut bibir. Merasa lega karena apa yang aku takutkan tidak jadi dia lakukan. Setidaknya malam ini aku selamat. Aku benar-benar tidak jadi bercerai dan masih tetap menjadi istrinya.

Terima kasih, Tuhan. Kejaiban itu nyata dan telah Engkau berikan malam ini.

*

Keesokan paginya aku menyiapkan sarapan seperti biasa. Bang Haikal langsung duduk di meja makan tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Aneh saja. Biasanya dia masih mau berbasa-basi menanyakan sarapan apa yang aku buat. Atau rencana apa yang akan aku lakukan hari ini.

"Abang sakit, ya? Setelah salat isya, Abang tak keluar kamar." Aku membuka percakapan.

"Tidak!" jawabnya singkat.

"Abang kecewa karena aku membatalkan__."

Tiba-tiba suara batuk terdengar dari mulutnya. Sepertinya dia tersedak hingga memukul-mukul dadanya sendiri. Aku langsung menyodorkan air  minum padanya.

"Jangan lagi membahasnya. Tidak jadi, ya tidak jadi. Aku juga tidak mau menjadi duda. Malu!" ucapnya, sambil terbatuk-batuk.

"Maksudku soal naf__." 

"Kubilang tidak usah dibahas!" Dia kembali menyela ucapanku. Kali ini dengan sedikit tegas.

Aku mengulum senyum. Dia pasti manahan malu karena tidak jadi melakukan ritual malam pengantin denganku. Apa lagi sampai salah pemikiran tentang permintaanku. 

Dasar laki-laki. Mau saja melakukannya meski dengan orang yang tidak dicintai. Memangnya dengan begitu aku bahagia? Memikirkan bahwa dia sedang membayangkan Kania saat bersentuhan denganku? 

Itu menyakitkan, Bang!

Kalau soal nafkah batin aku juga masih sabar menunggu. Aku tidak serakus wanita-wanita di luar sana. Yang aku mau dia mencintaiku dan melupakan bayang-bayang Kania dari ingatannya. Aku lelah selalu dibanding-bandingkan dengan wanita sempurna versi suamiku itu.

Usai sarapan bang Haikal pamit. Pipinya yang tadi sudah kembali ke warna asli, kini terlihat kembali memerah. Entah apa yang sedang terjadi padanya.

*

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Cilon Kecil
makanya buka hatimu bang biar istrimu juga mau disentuh dengan senang hati
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status