Share

Bertemu Gisella

Author: Dian Alfina
last update Last Updated: 2024-05-28 00:55:05

"Anak Sambung? Oh astaga, aku lupa kalau sahabatku ini sekarang seorang ibu. Pasti kau sangat sibuk ya?" 

Mendengar itu, Anna terkekeh. "Ya begitulah, aku ingin sekali bertemu denganmu setelah acara pernikahanku kita belum sempat bertemu lagi," 

"Ah benar, padahal waktu itu aku dulu yang dilamar, ternyata kau dulu malah yang nikah. Dengan duda kaya raya lagi, seperti doamu," 

"Sialan! Bagaimana kau bisa kapan?" 

"Sore nanti aku bisa." 

"Oke baiklah sore nanti kita bertemu, di cafe biasa saja kali ini aku yang traktir," ujar Anna. 

"Wah benarkah?" 

"Ya!" 

"Tumben kau baik An?" goda Gisella.  

"Sejak dulu aku selalu baik ya!" cerocos Anna. 

Terdengar gelak tawa dari Gisela, "Benar memang kau selalu baik An!" Pasalnya memang Anna senang menraktir Gisela mulai dari jaman mereka sekolah, sesekali Gisela juga sering mentraktir Anna.

"Ngomong-ngomong kau nanti datang bersama anak sambungmu itu?" tanya Gisela. 

"Sepertinya iya, kasian dia sendiri di rumah. Aku sudah tidak sabar untuk bercerita banyak kepadamu," 

"Baiklah-baiklah, tahan dulu sampai sore nanti. Sekarang jam istirahatku sudah habis, aku tutup dulu ya Ann. Sampai nanti,"

"Iya, sampai nanti." 

Panggilan berakhir, Anna meletakkan handphonenya ke nakas sebelah ranjangnya lalu Anna ikut merebahkan diri di samping Gerald. 

Anna menatap lekat wajah Gerald, apa tadi Jeremy hanya bercanda mengatakan hal tersebut? Kalau pun bercanda itu sama sekali tidak membuat Anna tertawa, itu tidak lucu! 

"Akan kubuat kau menyesal Jer!"

***

Sesuai rencana, sorenya Anna mengajak Gerald pergi bertemu Gisela.

"Anna!" Gisela melambaikan tangannya saat melihat Anna sedang mengandeng bocah laki-laki.

Anna langsung berjalan menghampirinya, "Apa sudah lama?"

Gisela menggeleng, "Tidak. Baru saja aku sampai." Ia melirik Gerald, "Apakah dia Gerald anakmu?"

Anna mengangguk antusias, "Ya dia Gerlad."

"Gerald kenalkan ini adalah Aunty Gisela, yang nanti akan mengajar Gerald di sekolah," ujar Anna mengenalkan Gisela kepada Gerald.

Gerald mengulurkan tangannya, "Gerald Aunty."

Gisela menerima uluran tangan Gerald, "Halo Gerald." Kemudian ia mengusap pucuk kepala Gerald.

"Sepertinya Gerald tidak nyaman," bisik Gisela.

"Iya Gerald belum terbiasa di tempat ramai seperti ini Gis,"

"Pesankan Gerald makanan An, aku kasian melihatnya,"

Gerald memang tidak pernah pergi ke tempat seperti ini, jadi ia tidak terbiasa dengan banyak orang. Biasanya Gerald hanya diam seorang diri di kamar sempit nan gelap itu, "Tenang Sayang, ada mommy di sini. Gerald tidak akan apa-apa." ujar Anna memegang tangan mungilnya. Terlihat sekali Gerald tidak nyaman.

Lama-kelamaan Gerald mulai bisa membiasakan diri di sana, ia mulai merespons saat Gisela mengajaknya berbicara. Anna bisa bernafas lega, karena tak perlu waktu lama untuk Gerald berinteraksi dengan orang-orang sekitarnya.

"Dia anak yang pandai An!"

Anna setuju dengan Gisela, sayang sekali jika kedua orang tuanya menelantarkan Gerald, "Ya aku setuju denganmu. Dia cepat menangkap saat aku mengajarinya."

"Kurasa orang tuanya cukup bodoh membiarkan Gerald begitu, apalagi suamimu itu!" Mendengar cerita tentang Gerald, Gisela ikut murka dengan apa yang dialami bocah tersebut.

"Ya memang dia bodoh!"

Saat tengah berbincang, Anna menangkap sosok Jeremy bersama calon Gisela, "Gis lihatlah bukankah itu Rafael?"

Gisela menoleh mengikuti arah pandang Anna, "Oh ya! Itu Rafael, dan bukankah itu suamimu An?"

"Mengapa dia bersama Rafael?" gumam Anna.

"Sayang aku di sini!" Gisela melambaikan tangannya memanggil Rafael.

"Bodoh! Kenapa kamu memanggilnya?" decak Anna.

"Biarkan saja, Rafael memang tadi mengatakan bahwa dia ada meeting di sini dan aku tidak tau kalau ternyata dia bersama suamimu,"

Sangat, sangat sialan bukan?

Anna menghela nafas pasrah. Ia melihat Gerald yang masih menikmati spaghetti bolognesenya. Rupanya Gerald belum tau ada Jeremy di sana.

Jeremy memicingkan mata saat melihat Anna dan Gerald sedang bersama kekasih rekan kerjanya, Rafael. Ia mengikuti Rafael menghampiri mejanya.

"Kau ada di sini juga Sayang?" ujar Rafael mencium pipi kanan dan kiri Gisela.

Reflek Anna menutup mata Gerald, "Hei tolong lihatlah sekitar kalian!" protes Anna.

Rafael menoleh, "Oh hei An, kau juga ada di sini?"

"Hmm," sahut Anna.

"Siapa dia?" tanya Rafael saat melihat ada anak kecil di samping Anna.

"Dia anakku," ujar Anna sambil melirik Jeremy yang juga sedang meliriknya sinis.

Rafael menepuk keningnya, "Astaga aku lupa kau sudah menikah kan An!" ia tertawa. "Maafkan aku An."

"Ya aku tau sekarang kau banyak pikiran, apalagi pesta lamaran kalian sebentar lagi akan digelar."

"Begitulah An. Dan di mana suamimu An?"

Dengan enteng Anna menjawab, "Dia ada di belakangmu Raf."

Rafael menoleh, hanya ada Jeremy. Ia mencari-cari siapa yang dimaksud Anna.

"Mr. Jeremy?" ucapnya, kebingungan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jadi Istri Dadakan Perfect Duda   Penggoda

    "Cih aku saja jijik melihat wajahmu," batin Jeremy ,namun ia tak langsung menangkis wanita itu yang kini menggerayai wajahnya. Jeremy hanya ingin tau seberapa berani ia kepadanya, dan lihat saja apa yang akan Jeremy lakukan. "Oh ya, dengar-dengar kau sudah menikah? Bagaimana dengan istri barumu? Aku tebak kamu tidak bahagia kan bersamanya? Kamu tidak merasa puas dengannya 'kan?" Ia terus mengoceh, sedangkan Jeremy mencoba meredam emosinya sebelum menghempaskan wanita itu dari hadapannya. "Di sini panas, apakah ac-nya rusak? Boleh tidak jika aku membuka kemeja saja, aku sangat gerah Jer," Tanpa rasa malu di hadapan Jermey ia membuka kemejanya hingga menyisahkan bra berwarna merah menyala dengan bawahannya yang masih lengkap. "Nah begini lebih baik." Meski disuguhkan tubuh Maureen, Jeremy sama sekali tidak terangsang. Yang ada di kepalanya hanya bentuk tubuh Anna, bahkan ia terus membandingkan tubuh Maureen dengan body sexy Anna. Maureen semakin berani, sekarang wanita itu d

  • Jadi Istri Dadakan Perfect Duda   Kembali Datang

    Jeremy meringis kecil mengingat apa yang Frans katakan tadi. Ia sendiri bingung antara, apakah dirinya benar menyukai Anna atau tidak, kebimbangan itu membuat kepalanya pusing sendiri. "Kau bodoh atau bagaimana sih Jer?" tanya Frans yang tidak percaya bila Jeremy masih bimbang dengan perasaannya. Jeremy menggeleng polos, seperti anak anjing yang baru melihat dunia. Brak! Reflek pria itu menggebrak kuat mejanya, "Sudah kupastikan, bahwa kau bodoh!" "Sialan! Aku datang ke mari memintamu pendapat, aku tidak tau dengan diriku sendiri," "Shit!" Frans memijat pelan keningnya. Heran dengan kebodohan Jeremy, pantas saja ia selalu dipermainkan oleh wanita. "Menurutmu kau bagaimana? Kau merasa aneh tidak dengan sikapmu?" "Entahlah," jawabnya yang mengundang Frans ingin memukul wajahnya. "Oh bagaimana kalau aku memukul kepalamu di dinding agar sedikit lebih mudah mencerna?" "Boleh, asalkan aku dulu yang melemparmu dari lantai dua belas!" "Ya sudah fikir saja sendiri, bagaiman

  • Jadi Istri Dadakan Perfect Duda   Jeremy Yang Aneh

    Tidak segampang itu ternyata menahan diri untuk tidak berbicara dengan Anna, ia akui dirinya mulai ketergantungan oleh sosok Anna. Seperti barang haram, Anna bisa membuat Jeremy candu semudah itu. Ia buru-buru keluar dan pergi ke kamar anaknya, dengan sangat pelan pria itu membuka kamarnya. Tiba-tiba Jeremy terdiam, ia melihat sang istri tidur memeluk Gerald. Sungguh pemandangan yang cukup membuat pria berdarah diringin itu menghangat, sedikit demi sedikit bongkahan es pada hatinya meleleh. Cinta yang Anna berikan sangat lah tulus, wanita itu yang membuat kehidupannya yang semula gelap menjadi terang. Apalagi Gerald, ia terurus dengan sangat baik. Bolehkah jika sekarang Jeremy benar-benar takut kehilangannya? Wanita yang tidak gila dengan harta, wanita yang sederhana dengan penampilannya, wanita yang sangat sopan dengan tutur bahasanya, wanita yang penuh cinta setiap harinya, relakah bila wanita sesempurna itu hilang dari kehidupannya? Jeremy berjalan mendekat lalu mencium k

  • Jadi Istri Dadakan Perfect Duda   Tidur Bersama

    Anna melihat bibir Jeremy yang mengerucut kesal, "Kau marah?" goda Anna seraya mencolek dagu suaminya. Jeremy melirik sebentar lalu balik membelakangi Anna. Mereka baru saja sampai, tadi tanpa sepengetahuan Anna suaminya itu menjemputnya di sebuah restoran saat bersama Gisela tadi. Setelah mengurus berkas Gerald, Anna dan Gisela memutuskan untuk mampir makan siang di restauran jepang milik teman kuliahnya dulu, di salah satu mall yang kebetulan mereka datangi. Menurut rumor yang beredar saat mereka masih duduk di bangku perkuliahan, pemilik restaurant tersebut yang bernama Tama ini menyukai Anna, tetapi Anna tidak tau itu benar atau tidak. Dan tadi saat Anna berada di restaurant Tama, tiba-tiba Jeremy menyusulnya. Suaminya itu merasa kesal sebab tatapan Tama yang selalu mengawasi Anna. Jeremy melihat secara langsung kala Tama mencuri-curi pandang kepada sang istri. Ia tau itu bukan tatapan biasa, entah Jeremy sedang cemburu atau tidak yang pasti ia tidak suka dengan tatapan

  • Jadi Istri Dadakan Perfect Duda   Jilat Ludah

    "Kenapa Jer?" sahut Anna, namun ia tak menoleh sedikit pun, fokusnya masih pada kembang api yang tengah bersautan di atas sana. "Oh Anna, aku sedang berbicara kepadamu sekarang. Persetan dengan kembang api itu, aku bisa membelikanmu tiga kali lipat nanti, tapi kali ini lihatlah aku," kata Jeremy merengek. Anna langsung menoleh, menangkup pipi pria dihadapannya. Jangan lupakan tinggi Jeremy yang lebih dari Anna, membuat wanita itu harus menjinjit terlebih dahulu. Membutuhkan effort yang cukup lumayan. "Kenapa sayang?" Kali ini bukan pipi Anna yang memerah, melainkan pipi Jeremy. Kata sayang dari mulut Anna itu adalah sebuah hal keramat yang menjadi candu untuk Jeremy. Mulutnya seakan membisu terbius tatapan Anna yang memabukkan. Tanpa basa-basi ia mengeluarkan sebuah kotak beludru dari saku coatnya. Anna yang awalnya tersenyum manis berubah bingung, ia mengendurkan tangannya yang berada di kedua pipi Jeremy. "Jer ...." cicitnya. Jeremy membuka kotak beludru tersebut lalu m

  • Jadi Istri Dadakan Perfect Duda   Sebuah Mitos

    "Kenapa aku selalu suka melihatmu tersipu seperti ini Ann?" Ah sial! Anna tidak bisa mengontrol hatinya, padahal sejak tadi ia berusaha untuk biasa saja namun Jeremy terus-terus menggombalinya. "Jer sudahlah lebih baik kau makan saja, kau tidak bisa melihat wajahku memerah karena ulahmu hah?" Anna tidak peduli lebih baik ia berbicara jujur saja. "Astaga, kau bisa jujur juga ternyata Ann," ungkap Jeremy. "Sudahlah, makanan di depanku jauh lebih lezat keliatannya," "Baiklah, mari makan Ann," "Tapi ini tidak terlalu banyak Jer?" kata Anna melihat berbagai macam menu tersaji di depannya. Jeremy dengan santai mengambil sushi lalu melahapnya, dan Anna menyadari cara makan Jeremy yang begitu rapi meski menggunakan sumpit. Mungkin seorang pembisnis seperti Jeremy dituntut untuk makan dengan tata cara tertentu karena mereka pasti sering menghadiri rapat-rapat tertentu sehingga dituntut untuk terus elegan. Tidak seperti Anna yang terserah saja bagaimana, asal sopan. "Tidak, aku se

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status