Share

BAB 8

Tidak terasa Dita sudah bekerja selama 3 bulan di Super store. Dita membawa banyak hal baik. Karena kesungguhannya dalam bekerja. 

Dika duduk di ruangannya, terfokus pada layar komputer yang menampilkan hasil penjualan bulan ini. Senyumnya mengembang, penuh kepuasan. Sejak kedatangan Dita ke perusahaan, tampaknya ada perubahan positif yang terjadi, terutama dalam pencapaian penjualan.

Penghasilan bulan ini menunjukkan peningkatan yang signifikan, dan Dika tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya. Dia merasa bangga atas kontribusi Dita dan tim marketing dalam mencapai pencapaian tersebut.

Dari sanalah Dika memutuskan untuk berbicara langsung dengan Dita, seakan tak bisa menahan hasratnya untuk memberi apresiasi. Tanpa ragu, dia meninggalkan ruangannya dan menuju ke lokasi supermarket. Semua karyawan terkejut melihatnya, tetapi Dika dengan tegas mengatakan bahwa dia hanya ingin berbicara dengan Dita pada saat ini.

Bertemu di tengah ruangan, Dika melihat Dita. 

"Tolong, ikut aku sebentar," ucap Dika dengan suara berat. Dika memilih untuk berbicara secara pribadi dengan Dita.  Maria tanpa sengaja melihat Dita pergi bersama Dika dari sudut ruangan.

Sebuah kilatan tak nyaman menyapu wajahnya ketika melihat Dika dan Dita berbicara hanya berdua saja.  Liza juga jarang sekali bekerja dengan Dita walaupun berada di tim yang sama. Pandangan Liza, langsung berubah menjadi tidak suka saat melihat Dika tampak senang bersama Dita.

Liza memutuskan untuk mencari tahu lebih lanjut, penasaran tentang apa yang mereka bicarakan. Dengan langkah cepat, dia mencoba mengikuti mereka, berusaha untuk menguping pembicaraan mereka yang berlangsung di sudut supermarket. Namun, usahanya digagalkan oleh beberapa orang yang menghalanginya. Beberapa karyawan sibuk dengan tugas masing-masing, menghalangi langkah Liza untuk mendekati tempat Dita dan Dika berbicara. 

Dia terpaksa menyimpan rasa penasaran dan kekesalannya sendiri, tanpa dapat mengetahui apa yang sebenarnya sedang dibicarakan oleh Dita dan Dika. 

***

Di antara rak-rak yang dipenuhi barang-barang di supermarket, Liza duduk di meja kerjanya dengan pandangan yang penuh kebencian. Di dalam benaknya, dia merencanakan cara-cara licik untuk mencemarkan nama baik Dita, membuat hidupnya penuh penderitaan, dan pada akhirnya, mencoba menjatuhkannya dari posisinya di supermarket ini.

Kecantikan Dita memang selalu menjadi pemicu iri hatinya sejak awal. Dia bersusah payah berselingkuh dengan Rizal, mantan suami Dita, hanya untuk membuat hidup Dita menjadi penuh kepahitan. Namun, sekarang, dia harus kembali menghadapi keberadaan Dita yang ternyata mendapatkan perhatian dari bos mereka.

Dan dia menemukan ide dalam sekejap. Hari itu, dia mulai menyebarkan hal apa pun yang berkaitan dengan Dita. Sama seperti yang dilakukan oleh para tetangga Dita di kampung, sekarang Maria yang menyebarkan gosip buruk itu kepada rekan kerjanya.

"Kamu tahu kan, Dita dulu itu perempuan kampung, gagal jadi istri," bisik Liza kepada teman-temannya di kantin. 

"Serius? Kenapa ya?" tanya seorang teman, mata mereka membelalak menahan rasa ingin tahu.

"Diceraikan suaminya, katanya. Bahkan suaminya nggak mau menyentuh Dita itu. Pantas aja, lihat saja wajahnya, pasti ada sesuatu yang nggak beres," lanjut Liza dengan nada merendahkan.

Gosip itu mulai menyebar seperti api liar di hutan kering. Sebagian karyawan yang mendengar cerita itu terkejut.

"Nggak heran, sih, dia masih sendiri. Suaminya nggak sudi menyentuh, gimana mau bahagia," komentar seorang karyawan.

Namun, terdengar juga suara-suara bisikan kecil yang membela Dita, mungkin karena mereka sudah mengenal Dita sebagai perempuan yang baik selama bekerja di supermarket ini. 

"Si Liza itu, mulutnya kok jahat banget gitu si?" tanya seorang yang sebenarnya juga mengagumi Dita sebagai orang yang loyal pada perusahaan.

Namun pengaruh yang disebarkan oleh Liza lebih kuat daripada mereka. Liza tetap saja menjelek-jelekkan kehidupan Dita seolah dia tidak pantas mendapatkan lelaki manapun.

"Enak saja, kamu perempuan tidak berguna, bisa mendapatkan perhatian lebih dari Dika!"

*** 

Beberapa menit setelah itu, Dita melangkah dengan hati-hati menuju area tugasnya. Langkahnya pelan dan matanya menatap sekitar sambil tersenyum kepada rekan kerjanya. 

Tim kerja sudah berkumpul di depan rak-rak yang dipenuhi dengan produk-produk yang harus mereka atur dengan rapi. Dita bergabung dengan mereka, tetapi ketika dia memandang wajah-wajah rekan-rekannya, dia bisa merasakan atmosfer yang berubah. Pandangan mereka sudah tentu sangat berbeda dari hari sebelumnya. Dia bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang aneh di sini. Ada sesuatu yang terjadi sehingga membuat semua orang memandangnya dengan pandangan aneh seperti itu seolah dia sudah melakukan kejahatan yang tidak termaafkan.

Liza dan sebagian orang yang tadi ikut menyebarkan gosip pura-pura sibuk, seolah tidak pernah membicarakan hal apa pun tentang Dita. Mereka sibuk berbicara tentang hal-hal sepele, tersenyum seakan-akan tak ada sesuatu yang terjadi beberapa saat lalu.

Dita berusaha untuk mengabaikan pandangan sinis. Dia tahu bahwa ini adalah hasil dari usaha Liza untuk menjatuhkannya. Dalam hati, Dita menghela nafas panjang, mencoba memfokuskan pikirannya pada tugas.

"Dasar, wanita itu!" ucap Dita dengan suara yang tetap tenang meski hatinya berdebar. 

Suasana di supermarket masih terasa tegang. Liza, dengan senyuman licik, merencanakan serangan berikutnya. Ketika Dita tengah sibuk mengatur barang-barang di rak, Liza menyusup dengan hati-hati ke area mesin kasir.

Liza berpura-pura sedang mencari sesuatu di dekat mesin kasir. Dengan cekatan, dia meletakkan beberapa uang di lantai, dekat kakinya.

Dita yang fokus pada pekerjaannya, tanpa sengaja melirik ke arah Liza yang berdiri di sebelah mesin kasir. Matanya memperhatikan uang-uang yang berhamburan di lantai, dan tanpa berpikir panjang untuk memungut semua uang itu dan merapikannya kembali ke mesin kasir.

Dengan hati-hati, Dita menundukkan tubuhnya untuk mengambil uang yang berserakan. Tiba-tiba, Liza berteriak, menarik perhatian semua orang karena suara teriakannya.

"Hei, lihat itu! Dita ambil uang dari mesin kasir!" seru Liza dengan nada tinggi, seolah menemukan bukti kejahatan yang besar.

Rekan-rekan Dita terkejut dan segera berpaling ke arah mesin kasir. Dita, yang masih membungkukkan tubuhnya, terkejut oleh tuduhan yang dilemparkan ke arahnya. Liza dengan lincah menunjuk jari ke arah Dita, memperparah situasi. 

"Lihat, dia mengambil uangnya! Dia mencuri dari mesin kasir!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status