Share

BAB 7

Author: Tutu
last update Last Updated: 2024-03-12 09:13:09

Setelah beberapa kali telfon itu diabaikan, sebuah pesan masuk. 

"Baguslah kamu pergi dari rumah ini.. Dasarnya kamu memang hanya sebuah beban saja di sini! Memang menjadi liar itu kan keinginanmu!" Dita membaca pesan itu dengan mata sedih. Teganya Rizal mengiriminya pesan seperti itu, mereka seperti orang asing yang tidak pernah dipersatukan oleh pernikahan. 

“Kenapa Dit?” tanya Dika membuyarkan lamunan Dita. Dita memasukan ponselnya ke dalam tas. 

“Gak ada apa apa, ini ada penawaran pinjaman uang.” 

“Kamu lagi butuh uang?” 

“Engga, tabungan saya masih ada kok.” Dita turun dari mobil dan mengucapkan terima kasih. Dalam hati Dita, berharap kalau ia bisa diterima kerja di tempat Dika dan menyusun hidupnya kembali. 

** 

Dita terbangun karena suara dari ponselnya, Dita mengecek pesan masuk yang memang ia sudah nantikan.

“Selamat kepada kandidat Dita. Silakan mulaI bekerja hari ini pukul 10.00 pagi.” Dita bergegas bangun dan bersiap siap berangkat kerja. Dita yakin ini adalah permulaan baik hari ini. 

Sesampainya di Super Store, Dita disambut Dika yang sudah berpakaian rapih. Dika menyambutnya hangat. 

“Semoga kamu betah bekerja di sini ya. Kalau ada sesuatu yang harus aku bantu, tinggal bilang aja ya.” Dita memanggutkan kepalanya. Dika juga membantu menjelaskan apa saja yang harus Dita kerjakan dan mengenalkan Dita dengan leader dari divisinya di Super Store. Dita terkesiap ketika melihat wajah wanita itu. 

“Ini Liza. Dia adalah leader yang bertugas memastikan semua stok dan rak tersusun dengan rapih.” Liza tersenyum simpul menyalami Dita. Dita sebenarnya enggan menyalami wanita di depannya ini. Dita tidak ingin banyak basa basi dengan wanita yang merusak rumah tangganya. 

Wanita di depannya ini yang membuatnya sekarang berada di Jakarta. 

"Liza... " Dia bergumam dalam hati. 

Wajah Liza terasa seperti hantu yang datang dari masa lalu. Ingatan akan pengkhianatan dan kepedihan mulai menghampirinya. Dita berusaha menyembunyikan perasaannya di balik senyuman tipis, namun matanya tetap terpaku pada wanita yang kini berada di tim yang sama dengannya.

Dita mencoba memusatkan perhatiannya pada briefing yang sedang berlangsung, berharap dapat mengalihkan pikirannya dari kenangan yang pahit.

Dita merasa denyutan di dadanya, dan ingatan masa lalu mendesak masuk ke pikirannya. Wanita di hadapannya adalah Liza, wanita yang menjadi selingkuhan mantan suaminya, Rizal. Dita tak pernah menyangka bahwa kisah hitam masa lalunya akan terpapar kembali di tempat ini.

“Aku masih ada beberapa urusan, Liza akan bantu kamu ya.” Dika pun berjalan pergi. 

“Tenang aja, aku gak gigit kok. Tapi, yang gigit suami kamu.” ucap Liza dengan nada tertawa meledek. 

“Saya harap, kamu tidak menganggu pekerjaan saya di sini.” Dita mengatakan dengan nada serius. 

“Ya tergantung si…” 

“Bukannya kamu sudah mendapatkan Rizal seutuhnya? Apalagi yang kamu inginkan?” Liza memainkan ujung rambutnya. 

“Aku juga menginginkan Dika..” jawab Liza, yang berhasil membuat Dita merasakan bulu kuduknya meremang. Wanita di depannya ini, bukan wanita baik baik, serakah dan tidak memiliki hati. 

“Aku tidak ingin ikut campur keinginanmu, aku juga sudah mengikhlaskan Rizal untukmu. Jika itu maumu.” Dita pergi begitu saja, tidak ingin membicarakan hal diluar pekerjaan, ambisi yang tadi pagi masih ada di hatinya entah menguap kemana sekarang ini. Dita merasa kecewa dan entah apa yang Tuhan rencanakan untuk hidupnya. Ucapan mertuanya yang menyanjung Liza di depan matanya, masih membayanginya hingga hari ini.

"Liza lebih berpendidikan dan memiliki karir, tidak sepertimu..."

Kini Dita harus belajar untuk menyeimbangkan antara pekerjaan profesional dan ingatan pribadi. 

Dari sanalah Dita hampir selalu menghindari kontak mata yang lebih dari Maria. Dita berusaha fokus pada pekerjaan dan dengan cermat merencanakan strategi dan taktik pemasaran bersama tim, berusaha mempertahankan kinerja tim yang efektif. Dita hanya sesekali bertanya dengan Liza. Dita juga yakin Liza tidak menyukainya. 

Saat berada di lapangan untuk merencanakan kampanye pemasaran, Dita memilih jalur yang berbeda jika melihat Liza. Dia berusaha menjaga jarak. Meski pun hatinya sudah mengiklaskan Rizal, tapi rasa kecewa dan sakit di hatinya belum bisa hilang seutuhnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Janda Tapi Perawan   BAB 12

    Dita mengelap bibirnya dengan serbet yang halus. Matanya melirik ke arah Dika. Dika, dengan wajah tenangnya, sedang meneguk jus dengan tenang, seperti tak terlalu banyak pikiran yang mengganggunya."Ada sesuatu yang ingin Anda bicarakan malam ini, Pak Dika?"Dika membalas senyuman Dita dengan santai, kemudian berkata, "Ya, sebenarnya ada beberapa hal yang ingin saya diskusikan. Salah satunya adalah tentang peningkatan gaji untukmu."Sorot wajah Dita berubah, pipinya sedikit kemerahan."Tapi, saya baru bekerja di sini selama lima bulan, Pak," ujarnya dengan nada yang masih mencerminkan rasa tidak percaya.Dika tertawa ringan."Ya, tapi peranmu di sini sungguh berarti bagi perusahaan kita, Dita. Kamu telah berkontribusi besar dalam meningkatkan penjualan barang-barang kita dalam sebulan terakhir."Senyuman merekah di wajah Dita, dia merasa bangga dan dihargai."Terima kasih, Pak Dika. Say

  • Janda Tapi Perawan   BAB 11

    Dita melangkah mundur, memandang dua potongan pakaian yang telah ia pilih. Blus lavender dengan leher tinggi dan rok hitam panjang yang merayap ke lantai. Ia memutuskan untuk mencoba kombinasi itu. Saat ia mengenakan pakaian tersebut, Dita merasa seperti bintang yang bersinar di langit malam.Kemudian, ia memeriksa dirinya di cermin.Blus satin melingkari lehernya dengan lembut, memberikan sentuhan romantis. Rok hitam panjang menyorot anggunnya, menciptakan siluet yang mempesona. Dita tersenyum puas, namun kegelisahannya masih menyelinap di dalam hatinya.Dia membuka lemari lagi dan melirik dress hitam yang selalu menjadi andalannya. Meski sederhana, dress itu selalu berhasil menonjolkan kecantikan alaminya. Setetes keringat dingin mengelilingi keningnya saat dia memutuskan untuk tetap dengan pilihan pertamanya.Ponsel Dita berdering dengan lembut, menciptakan getaran kecil di udara. Pandangannya langsung tertuju pada ponsel yang tergeletak di a

  • Janda Tapi Perawan   BAB 10

    Dita bangkit dengan cepat, seraya mencoba menjelaskan bahwa itu adalah kebetulan dan dia hanya mencoba merapikan uang yang jatuh. Namun, sorakan dan bisikan-bisikan di antara rekan-rekannya semakin memperparah keadaan.Meskipun Dita berusaha membela diri, tuduhan itu membuatnya terlihat bersalah di mata sebagian besar teman kerjanya. Liza, dengan senyuman licik di wajahnya, memanfaatkan kesempatan untuk menjatuhkan Dita lebih dalam lagi."Tidak bisa! Kalau harus berbicara dengan bos mengenai hal ini," ucap salah satu rekan kerjanya dan melaporkan situasi itu kepada bos mereka.Dengan wajah yang berat, Dika memanggil Dita ke dalam ruangan kecil tempatnya biasa mengurus berbagai masalah karyawan. Dita mengikutinya dengan langkah gemetar, hatinya penuh rasa gelisah. Ruangan itu terasa begitu kecil dan udara juga terasa lebih berat dan sesak.Dika duduk di meja kecilnya, menatap Dita dengan tatapan penuh pertanyaan. Sejenak, ruangan itu hanya diisi dengan suara langkah dan detik-detik wak

  • Janda Tapi Perawan   BAB 9

    "Lihat, dia mengambil uangnya! Dia mencuri dari mesin kasir!"Dita bangkit dengan cepat, seraya mencoba menjelaskan bahwa itu adalah kebetulan dan dia hanya mencoba merapikan uang yang jatuh. Namun, sorakan dan bisikan-bisikan di antara rekan-rekannya semakin memperparah keadaan.Meskipun Dita berusaha membela diri, tuduhan itu membuatnya terlihat bersalah di mata sebagian besar teman kerjanya. Liza, dengan senyuman licik di wajahnya, memanfaatkan kesempatan untuk menjatuhkan Dita lebih dalam lagi. "Tidak bisa! Kalau harus berbicara dengan bos mengenai hal ini," ucap salah satu rekan kerjanya dan melaporkan situasi itu kepada bos mereka.Dengan wajah yang berat, Dika memanggil Dita ke dalam ruangan kecil tempatnya biasa mengurus berbagai masalah karyawan. Dita mengikutinya dengan langkah gemetar, hatinya penuh rasa gelisah. Ruangan itu terasa begitu kecil dan udara juga terasa lebih berat dan sesak.Dika duduk di meja kecilnya, menatap Dita dengan tatapan penuh pertanyaan. Sejenak, r

  • Janda Tapi Perawan   BAB 8

    Tidak terasa Dita sudah bekerja selama 3 bulan di Super store. Dita membawa banyak hal baik. Karena kesungguhannya dalam bekerja. Dika duduk di ruangannya, terfokus pada layar komputer yang menampilkan hasil penjualan bulan ini. Senyumnya mengembang, penuh kepuasan. Sejak kedatangan Dita ke perusahaan, tampaknya ada perubahan positif yang terjadi, terutama dalam pencapaian penjualan. Penghasilan bulan ini menunjukkan peningkatan yang signifikan, dan Dika tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya. Dia merasa bangga atas kontribusi Dita dan tim marketing dalam mencapai pencapaian tersebut. Dari sanalah Dika memutuskan untuk berbicara langsung dengan Dita, seakan tak bisa menahan hasratnya untuk memberi apresiasi. Tanpa ragu, dia meninggalkan ruangannya dan menuju ke lokasi supermarket. Semua karyawan terkejut melihatnya, tetapi Dika dengan tegas mengatakan bahwa dia hanya ingin berbicara dengan Dita pada saat ini. Bertemu di tengah ruangan, Dika melihat Dita. "Tolong, ikut aku sebe

  • Janda Tapi Perawan   BAB 7

    Setelah beberapa kali telfon itu diabaikan, sebuah pesan masuk. "Baguslah kamu pergi dari rumah ini.. Dasarnya kamu memang hanya sebuah beban saja di sini! Memang menjadi liar itu kan keinginanmu!" Dita membaca pesan itu dengan mata sedih. Teganya Rizal mengiriminya pesan seperti itu, mereka seperti orang asing yang tidak pernah dipersatukan oleh pernikahan. “Kenapa Dit?” tanya Dika membuyarkan lamunan Dita. Dita memasukan ponselnya ke dalam tas. “Gak ada apa apa, ini ada penawaran pinjaman uang.” “Kamu lagi butuh uang?” “Engga, tabungan saya masih ada kok.” Dita turun dari mobil dan mengucapkan terima kasih. Dalam hati Dita, berharap kalau ia bisa diterima kerja di tempat Dika dan menyusun hidupnya kembali. ** Dita terbangun karena suara dari ponselnya, Dita mengecek pesan masuk yang memang ia sudah nantikan.“Selamat kepada kandidat Dita. Silakan mulaI bekerja hari ini pukul 10.00 pagi.” Dita bergegas bangun dan bersiap siap berangkat kerja. Dita yakin ini adalah permulaan bai

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status