Share

BAB 7

Setelah beberapa kali telfon itu diabaikan, sebuah pesan masuk. 

"Baguslah kamu pergi dari rumah ini.. Dasarnya kamu memang hanya sebuah beban saja di sini! Memang menjadi liar itu kan keinginanmu!" Dita membaca pesan itu dengan mata sedih. Teganya Rizal mengiriminya pesan seperti itu, mereka seperti orang asing yang tidak pernah dipersatukan oleh pernikahan. 

“Kenapa Dit?” tanya Dika membuyarkan lamunan Dita. Dita memasukan ponselnya ke dalam tas. 

“Gak ada apa apa, ini ada penawaran pinjaman uang.” 

“Kamu lagi butuh uang?” 

“Engga, tabungan saya masih ada kok.” Dita turun dari mobil dan mengucapkan terima kasih. Dalam hati Dita, berharap kalau ia bisa diterima kerja di tempat Dika dan menyusun hidupnya kembali. 

** 

Dita terbangun karena suara dari ponselnya, Dita mengecek pesan masuk yang memang ia sudah nantikan.

“Selamat kepada kandidat Dita. Silakan mulaI bekerja hari ini pukul 10.00 pagi.” Dita bergegas bangun dan bersiap siap berangkat kerja. Dita yakin ini adalah permulaan baik hari ini. 

Sesampainya di Super Store, Dita disambut Dika yang sudah berpakaian rapih. Dika menyambutnya hangat. 

“Semoga kamu betah bekerja di sini ya. Kalau ada sesuatu yang harus aku bantu, tinggal bilang aja ya.” Dita memanggutkan kepalanya. Dika juga membantu menjelaskan apa saja yang harus Dita kerjakan dan mengenalkan Dita dengan leader dari divisinya di Super Store. Dita terkesiap ketika melihat wajah wanita itu. 

“Ini Liza. Dia adalah leader yang bertugas memastikan semua stok dan rak tersusun dengan rapih.” Liza tersenyum simpul menyalami Dita. Dita sebenarnya enggan menyalami wanita di depannya ini. Dita tidak ingin banyak basa basi dengan wanita yang merusak rumah tangganya. 

Wanita di depannya ini yang membuatnya sekarang berada di Jakarta. 

"Liza... " Dia bergumam dalam hati. 

Wajah Liza terasa seperti hantu yang datang dari masa lalu. Ingatan akan pengkhianatan dan kepedihan mulai menghampirinya. Dita berusaha menyembunyikan perasaannya di balik senyuman tipis, namun matanya tetap terpaku pada wanita yang kini berada di tim yang sama dengannya.

Dita mencoba memusatkan perhatiannya pada briefing yang sedang berlangsung, berharap dapat mengalihkan pikirannya dari kenangan yang pahit.

Dita merasa denyutan di dadanya, dan ingatan masa lalu mendesak masuk ke pikirannya. Wanita di hadapannya adalah Liza, wanita yang menjadi selingkuhan mantan suaminya, Rizal. Dita tak pernah menyangka bahwa kisah hitam masa lalunya akan terpapar kembali di tempat ini.

“Aku masih ada beberapa urusan, Liza akan bantu kamu ya.” Dika pun berjalan pergi. 

“Tenang aja, aku gak gigit kok. Tapi, yang gigit suami kamu.” ucap Liza dengan nada tertawa meledek. 

“Saya harap, kamu tidak menganggu pekerjaan saya di sini.” Dita mengatakan dengan nada serius. 

“Ya tergantung si…” 

“Bukannya kamu sudah mendapatkan Rizal seutuhnya? Apalagi yang kamu inginkan?” Liza memainkan ujung rambutnya. 

“Aku juga menginginkan Dika..” jawab Liza, yang berhasil membuat Dita merasakan bulu kuduknya meremang. Wanita di depannya ini, bukan wanita baik baik, serakah dan tidak memiliki hati. 

“Aku tidak ingin ikut campur keinginanmu, aku juga sudah mengikhlaskan Rizal untukmu. Jika itu maumu.” Dita pergi begitu saja, tidak ingin membicarakan hal diluar pekerjaan, ambisi yang tadi pagi masih ada di hatinya entah menguap kemana sekarang ini. Dita merasa kecewa dan entah apa yang Tuhan rencanakan untuk hidupnya. Ucapan mertuanya yang menyanjung Liza di depan matanya, masih membayanginya hingga hari ini.

"Liza lebih berpendidikan dan memiliki karir, tidak sepertimu..."

Kini Dita harus belajar untuk menyeimbangkan antara pekerjaan profesional dan ingatan pribadi. 

Dari sanalah Dita hampir selalu menghindari kontak mata yang lebih dari Maria. Dita berusaha fokus pada pekerjaan dan dengan cermat merencanakan strategi dan taktik pemasaran bersama tim, berusaha mempertahankan kinerja tim yang efektif. Dita hanya sesekali bertanya dengan Liza. Dita juga yakin Liza tidak menyukainya. 

Saat berada di lapangan untuk merencanakan kampanye pemasaran, Dita memilih jalur yang berbeda jika melihat Liza. Dia berusaha menjaga jarak. Meski pun hatinya sudah mengiklaskan Rizal, tapi rasa kecewa dan sakit di hatinya belum bisa hilang seutuhnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status