Janda Tapi Perawan

Janda Tapi Perawan

By:  Tutu  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 rating
12Chapters
334views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Dita sering dituduh janda nakal. Karena wajahnya cantik dan tubuhnya yang molek. Dita juga dicap oleh mertuanya di kampung, wanita gatal yang tidak menurut oleh suami. Suka main cowok di luar sana. Padahal kenyataannya tidak. Bahkan suaminya saja tidak pernah menyentuh Dita karena omongan mertuanya. Rizal suaminya tertangkap basah berselingkuh dengan wanita lain. Lalu, Rizal mencampakan Dita begitu saja. Hoax tentang Dita janda gatal menyebar luas. Bagaimana Dita melanjutkan hidupnya yang sudah hancur ini?

View More
Janda Tapi Perawan Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Christhalia Agatha
Menarikk!!
2024-03-12 10:34:08
0
12 Chapters
BAB 1
"Eh, tadi lihat Dita, 'kan? Itu loh istrinya si Rizal!" bisik seorang wanita paruh baya ketika Dita baru saja melewati toko kelontong tempat gerombolan ibu-ibu itu menggosip. "Iya, iya, yang katanya udah jadi istri, tapi masih gatal itu kan!” timpal yang lain dengan nada berbisik. Padahal, Dita masih bisa mendengarnya dengan jelas. “Emangnya dia pikir dengan tubuhnya yang kayak gitu bisa dapat suami yang lebih daripada Rizal? Rizal kan sarjana!" Bisikan-bisikan lainnya menimpali seperti suara lebah. Mereka sibuk menggunjingkan dirinya seolah ia adalah makhluk paling hina di dunia. Dita menghela napas panjang, berusaha meredam amarahnya. Dia tahu betul bahwa kecantikan bukanlah jaminan kebahagiaan. Namun, hatinya terasa tertusuk ketika mendengar kata-kata kasar yang dilemparkan oleh ibu-ibu tersebut. "Kayaknya dia memang bebal deh, mertuanya aja kesel mulu sama dia. Rugi ya si Rizal!" ujar ibu lainnya sambil menyisir rambutnya dengan jari-jemarinya yang penuh perhiasan. Dita
Read more
BAB 2
Dita tidak menyerah begitu saja, Dita mencoba bersabar dan mengabaikan perangai buruk mertuanya. Dengan berat hati Dita ke dapur dan memasak seadanya dengan air mata yang mengalir di pipinya. “Kamu itu dari dulu memang bukan mantu yang ibu inginkan. Entah kenapa Rizal mau menikahimu. Wanita tidak berpendidikan dan tidak memiliki karir. Bodoh sekali.” Dita hanya menahan isakan dan rasa sesaknya di dada. Ia kira dengan mengalihkan diri memasak, bisa menghentikan hinaan dari mertuanya. “Selama ini kamu tuh hanya dianggap budak saja. Tidak lebih. Apalagi kamu anak yatim piatu. Malu ibu kalau harus mengenalkan kamu ke luar sana.” “Maaf bu..” gumam Dita sambil mematikan kompornya. Dita tidak sempat lagi merasakan masakannya, karena rasanya dia sudah lelah dan muak mendengar mertuanya menjelek jelekan dirinya. “Sudah sana ke kamar. Ibu lapar! Ibu udah enek liat muka kamu di rumah ini.” Dita pun bergegas ke kamar dan menutup pintu kamar. Dita menatap ke foto pernikahannya dengan Rizal
Read more
BAB 3
‘Selama ini kamu cuma jadi benalu!’ Ucapan ibu mertua masih terngiang-ngiang di kepala Dita meski sudah beberapa waktu ia pindah ke sebuah kontrakan di kampung sebelah. Tidak hanya memergoki suaminya berselingkuh, ia juga diusir dari rumah dengan begitu kejam. Tapi Dita tidak ingin berlarut dalam kesedihan lebih lama. Dengan uang tabungan yang tidak seberapa, Dita mencoba mencari peruntungannya sebagai seorang reseller untuk bertahan hidup. Namun, meski Dita sudah pindah ke kampung sebelah, cibiran soal dirinya yang diusir mertua karena dicap sebagai istri yang nakal pun tetap berembus ke kampung ini. Tiba-tiba, suara pintu diketuk dengan kasar terdengar jelas dari luar, membuat lamunan Dita langsung buyar. “Sebentar!” seru Dita sambil berlari kecil untuk membuka pintu karena siapapun yang mengetuknya, tampak sangat tidak sabaran. “Heh! Dasar perempuan murahan!” Dita langsung tersentak mundur mendengar umpatan itu saat dirinya baru saja membuka pintu. “Kamu goda suami sa
Read more
BAB 4
Dita membuka pintu dengan ragu dan melihat sosok Dika yang tersenyum kecil. Dita pun membuka pintu lebih lebar lagi. “Saya mau tanya-tanya tentang rumah sewa di sekitar sini,” katanya. Dita tampak sedikit tidak nyaman. Matanya gelisah memandang sekitar. Ia takut hal ini akan menjadi bahan gunjingan tetangga lagi. “Maaf, saya juga tidak tahu banyak tentang wilayah di sini.” Dita menolak dengan halus. “Mungkin saya memang datang di waktu yang tidak tepat. Maaf ya, Dita.” Tanpa menunggu waktu lebih lama, Dika pun berpamitan. Tapi sebelum itu, ia memberikan kartu namanya. Dita memandang kartu itu lamat-lamat. Di sana tertulis, Dika adalah manajer minimarket di kota. ‘Mungkin ini bisa menjadi jalan untukku keluar dari kampung ini…’ batinnya sambil menggenggam erat kartu nama itu. Setelah berpikir semalaman, Dita pun bertekad untuk ke kota. "Sebentar lagi, aku akan meninggalkan tempat ini," gumam Dita sambil menatap lirikan matahari pagi yang menyapa melalui tirai tipis. Semak
Read more
BAB 5
Rizal, mantan suami Dita, yang tengah sibuk dengan ponselnya di ruang tamu, mengangkat kepala saat mendengar langkah-langkah ibunya. "Ada apa, Ma?" Bu Salim menghela nafas dalam-dalam sebelum akhirnya memberanikan diri untuk berbicara. "Dita sudah pindah ke kota besar." Rizal hanya mengangguk sebentar, kembali fokus pada ponselnya. "Ya, aku tahu." "Wanita itu mungkin sedang mencari target baru di sana," kata Bu Salim dengan nada sinis. Rizal menoleh, wajahnya tak berubah. “Biarin saja.” Nyonya Salim terdiam. Ia menyadari bahwa putranya telah dewasa dan mampu melihat hal-hal dari perspektif yang berbeda. Keesokan harinya, suasana di warung-warung kecil di kampung semakin riuh dengan percakapan tentang Dita. Bu Salim tiba di salah satu warung. Wajahnya yang keras dan sinis menarik perhatian orang-orang di sekitarnya. "Tau nggak, sebenernya Dita tuh selama di sini, nggak pernah bener-bener jadi istri yang baik," ucap Bu Salim dengan nada berbisik, sambil memegang gelas kopi
Read more
BAB 6
Dita melangkah keluar dari pintu kontrakan. Langkah Dita membawanya menuju sebuah gedung perkantoran yang menjulang tinggi di tengah pusat kota. Gerbang kaca berkilau menyambutnya dengan cahaya pagi yang menyilaukan. Rasa tegang melanda. Dengan napas dalam, Dita masuk ke dalam gedung tersebut. Di dalam, suasana tenang kantor tampak kontras dengan keramaian jalanan di luar. Seorang resepsionis dengan senyuman ramah menyambutnya. "Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?" ucap resepsionis sambil menatap Dita dengan penuh perhatian. Dita menjelaskan tujuannya. "Saya datang untuk melamar pekerjaan. Apakah ada lowongan yang tersedia? Saya tahu tempat ini dari Dika manajer store." Resepsionis tersebut memberikan senyum manis. "Tentu, silakan naik ke lantai dua dan bertemu dengan Pak Budi di Departemen Sumber Daya Manusia. Mereka menerima lamaran secara langsung di sana." Dita mengucapkan terima kasih dan naik ke lantai dua dengan hati yang berdebar. Di Departemen Sumber Daya Manusia
Read more
BAB 7
Setelah beberapa kali telfon itu diabaikan, sebuah pesan masuk. "Baguslah kamu pergi dari rumah ini.. Dasarnya kamu memang hanya sebuah beban saja di sini! Memang menjadi liar itu kan keinginanmu!" Dita membaca pesan itu dengan mata sedih. Teganya Rizal mengiriminya pesan seperti itu, mereka seperti orang asing yang tidak pernah dipersatukan oleh pernikahan. “Kenapa Dit?” tanya Dika membuyarkan lamunan Dita. Dita memasukan ponselnya ke dalam tas. “Gak ada apa apa, ini ada penawaran pinjaman uang.” “Kamu lagi butuh uang?” “Engga, tabungan saya masih ada kok.” Dita turun dari mobil dan mengucapkan terima kasih. Dalam hati Dita, berharap kalau ia bisa diterima kerja di tempat Dika dan menyusun hidupnya kembali. ** Dita terbangun karena suara dari ponselnya, Dita mengecek pesan masuk yang memang ia sudah nantikan.“Selamat kepada kandidat Dita. Silakan mulaI bekerja hari ini pukul 10.00 pagi.” Dita bergegas bangun dan bersiap siap berangkat kerja. Dita yakin ini adalah permulaan bai
Read more
BAB 8
Tidak terasa Dita sudah bekerja selama 3 bulan di Super store. Dita membawa banyak hal baik. Karena kesungguhannya dalam bekerja. Dika duduk di ruangannya, terfokus pada layar komputer yang menampilkan hasil penjualan bulan ini. Senyumnya mengembang, penuh kepuasan. Sejak kedatangan Dita ke perusahaan, tampaknya ada perubahan positif yang terjadi, terutama dalam pencapaian penjualan. Penghasilan bulan ini menunjukkan peningkatan yang signifikan, dan Dika tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya. Dia merasa bangga atas kontribusi Dita dan tim marketing dalam mencapai pencapaian tersebut. Dari sanalah Dika memutuskan untuk berbicara langsung dengan Dita, seakan tak bisa menahan hasratnya untuk memberi apresiasi. Tanpa ragu, dia meninggalkan ruangannya dan menuju ke lokasi supermarket. Semua karyawan terkejut melihatnya, tetapi Dika dengan tegas mengatakan bahwa dia hanya ingin berbicara dengan Dita pada saat ini. Bertemu di tengah ruangan, Dika melihat Dita. "Tolong, ikut aku sebe
Read more
BAB 9
"Lihat, dia mengambil uangnya! Dia mencuri dari mesin kasir!"Dita bangkit dengan cepat, seraya mencoba menjelaskan bahwa itu adalah kebetulan dan dia hanya mencoba merapikan uang yang jatuh. Namun, sorakan dan bisikan-bisikan di antara rekan-rekannya semakin memperparah keadaan.Meskipun Dita berusaha membela diri, tuduhan itu membuatnya terlihat bersalah di mata sebagian besar teman kerjanya. Liza, dengan senyuman licik di wajahnya, memanfaatkan kesempatan untuk menjatuhkan Dita lebih dalam lagi. "Tidak bisa! Kalau harus berbicara dengan bos mengenai hal ini," ucap salah satu rekan kerjanya dan melaporkan situasi itu kepada bos mereka.Dengan wajah yang berat, Dika memanggil Dita ke dalam ruangan kecil tempatnya biasa mengurus berbagai masalah karyawan. Dita mengikutinya dengan langkah gemetar, hatinya penuh rasa gelisah. Ruangan itu terasa begitu kecil dan udara juga terasa lebih berat dan sesak.Dika duduk di meja kecilnya, menatap Dita dengan tatapan penuh pertanyaan. Sejenak, r
Read more
BAB 10
Dita bangkit dengan cepat, seraya mencoba menjelaskan bahwa itu adalah kebetulan dan dia hanya mencoba merapikan uang yang jatuh. Namun, sorakan dan bisikan-bisikan di antara rekan-rekannya semakin memperparah keadaan.Meskipun Dita berusaha membela diri, tuduhan itu membuatnya terlihat bersalah di mata sebagian besar teman kerjanya. Liza, dengan senyuman licik di wajahnya, memanfaatkan kesempatan untuk menjatuhkan Dita lebih dalam lagi."Tidak bisa! Kalau harus berbicara dengan bos mengenai hal ini," ucap salah satu rekan kerjanya dan melaporkan situasi itu kepada bos mereka.Dengan wajah yang berat, Dika memanggil Dita ke dalam ruangan kecil tempatnya biasa mengurus berbagai masalah karyawan. Dita mengikutinya dengan langkah gemetar, hatinya penuh rasa gelisah. Ruangan itu terasa begitu kecil dan udara juga terasa lebih berat dan sesak.Dika duduk di meja kecilnya, menatap Dita dengan tatapan penuh pertanyaan. Sejenak, ruangan itu hanya diisi dengan suara langkah dan detik-detik wak
Read more
DMCA.com Protection Status