Share

Ada Apa Dengan Mereka?

Author: Piki
last update Last Updated: 2025-03-29 22:23:12

Bagas teringat nomor W******p Alana dan ia mencoba memberikan pesan singkat kepada Alana. Didalam isi pesan tersebut, Bagas menuliskan bahwa ia menanyakan apakah Alana juga diajak ke mixue oleh Dewi?

Setelah mengirim pesan singkat, Bagas memutuskan untuk tidur sejenak. Matanya dipejamkan dan tidak lama terdengar pesan masuk yang membuat kedua bola mata pemuda itu membuka, "Hai Bagas, kebetulan aku diajak kok" balas Alana lewat pesan.

Lalu Bagas mencoba menawarkan diri untuk membonceng Alana, awalnya Alana menolak tawarannya namun akhirnya Alana mengiyakan ajakannya tersebut. Mereka janjian untuk ketemuan di jam tujuh malam, "Tapi jangan jemput di depan rumahku, cukup kita ketemuan di tempat yang tadi aku turun dari motor kamu” tulis Alana di pesan tersebut.

Sebenarnya ada rasa penasaran, namun Bagas memilih untuk tidak memikirkan hal yang belum tentu benar, "Paling tidak, malam ini aku bisa barengan  bersama dia" gumamnya pelan.

Alana menaruh ponselnya ke atas kasur dan menoleh kearah lemari yang telah sudah tua. Alana menghampiri lemari itu dan membukanya.  “Aku tidak mempunyai pakaian bagus untuk aku kenakan nanti malam” gumamnya pelan.

“Ah, tapi aku ini lumayan bisa menjahit pakaian, siapa tahu aku bisa memodifikasi beberapa pakaian ini agar terlihat lebih cantik” gumamnya.

Sore itu, Alana berusaha menjahit dan memodifikasi pakaian-pakaian tersebut dengan bahan dan alat seadanya. Menjahitnya pun tidak menggunakan mesin jahit akan tetapi menggunakaan keahlian tangannya sendiri dengan jarum jahit yang telah dipasang benang. Keringat dikeningnya mulai bercucuran namun ia tetap fokus mengerjakan jahitannya. Jam telah menunjukkan pukul enam sore dan akhirnya usaha Alana berhasil dengan menghasilkan pakaian yang unik. Alana tidak henti-hentinya berucap syukur kepada tuhan yang maha esa yang telah membantunya.

Alana melirik jam di ponselnya dan segera mandi dengan langkah cepat, sementara Bagas sudah selesai berpakaian rapih dan hanya tinggal menjemput Alana. Sebelum berangkat, Bagas tidak lupa berpamitan kepada papa dan mamanya, orang tua Bagas sangat menyayangi Bagas yang menjadi anak satu-satunya harapan orang tuannya.

“Sayang, nanti pulangnya jangan larut malam ya” kata Dinda, mama dari Bagas.

“Ah, Mama ini... Kalaupun menginap izinkan saja... Toh, dia itu laki-laki jadi aman” kata Broto, Papa dari Bagas.

Bagas melirik jam di tangannya,. “Pa, Ma, Bagas berangkat dulu... Daaa!” serunya.

Di lain sisi, Alana menyisir rambut panjangnya yang hitam berkilau. Tatapannya sesaat terpaku pada cermin. "Aku harus segera ke tempat itu, tempat di mana Bagas menungguku," gumamnya pelan.

Ia melirik ke arah pintu kamar, memastikan keadaan di luar tenang. Jika Mamanya tahu, pasti ia akan dilarang keluar. Dengan hati-hati, Alana membuka pintu, melangkah tanpa suara.

Sesampainya di ruang tamu, ia menahan napas. Rumah masih sunyi. Tanpa ragu lagi, ia menyelinap keluar, berharap orang tuanya tak menyadari kepergiannya.

Di tempat yang telah disepakati, Alana melihat sosok Bagas berdiri menunggu. Dengan sedikit berlari, ia mendekatinya dan memanggil, "Bagas!" teriaknya.

Bagas menoleh, senyumnya merekah saat melihat Alana. Ia melambaikan tangan, memberi isyarat agar gadis itu segera menghampirinya.

“Ini, pakai helmnya” ujar Bagas ketika Alana sudah mendekat.

“Terimakasih” sahut Alana lembut. Alana pun memakai helm tersebut dan duduk di belakang Bagas.

Sesampainya di tempat tujuan, rupanya acara sudah mulai  dan hanya Bagas dan Alana yang belum datang. Ketika Bagas dan Alana sudah datang, teman-teman yang lainnya sangat terkejut hingga membuat Ayuna batuk saat meminum ice mixue.

“Ayuna, kok Bagas barengan sih sama dia!” seru Anik yang tidak terima Bagas dekat-dekat dengan Alana.

Hal itu juga serupa dengan Dewi, yang tidak menyangka bakalan seperti ini. Niatnya untuk mengolok-olok Alana, kini terkubur sia-sia hanya karena kedekatan Bagas terhadap Alana. Namun, demi mendapatkan hati Bagas, sang mantan pujaan hati, Dewi tetap bersikap ramah kepada Alana dan menyuruh Alana untuk mencari tempat duduk.

“Eh, Alana.. duduklah cari tempat yang kosong” ujar Dewi.

Alana mengangguk pelan dan mulai mencari tempat duduk yang masih kosong, Bagas hendak mengikuti Alana, namun  Dewi meraih tangan Bagas dan mengatakan bahwa Bagas sudah disediakan tempat khusus untuknya. “Bagas, mau kemana? Aku sudah siapkan tempat khusus lohh buat kamu” ujar Dewi  Namun Bagas yang melihat Alana duduk sendirian tentu ia tidak tega. Lalu Bagas memilih menghampiri Alana dibandingkan mengiyakan ajakan Dewi.

“Dewi, apa ini mimpi kah?” tanya Pinkan yang tidak percaya melihat momen didepan matanya.

Karena tidak percaya, Pinkan menyuruh Nesya untuk menampar pipi kirinya dan Nesya pun mengiyakan lalu sebuah tamparan keras mendarat di pipi kiri Pinkan hingga memerah. Karena tamparan Nesya terlalu kuat, membuat Pinkan kesal dan salah terima. Hingga, kedua cewek tersebut saling berantem.

Dewi mundur dan tidak mau ikut campur, "Terserah lo berdua saling jambak, gw tidak mau mererai!"

Melihat kesempatan ada di depan mata, Relandra yang sedari dulu begitu mengidolakan Dewi, kini berlagak menjadi super hero. Ia berusaha menarik hati Dewi melalui mererai keributan yang dilakukan oleh Pinkan dan Nesya. Akhirnya, merekapun dapat ditenangkan berkat bantuan Relandra. Devano hanya bisa cengar-cengir dan sudah mengetahui tujuan dari Relandra tersebut lalu memanggil Relandra dan berbisik. “Gaya Lo keren bro!” seru Devano takjub.

“Ha ha iya bro... Gw juga tidak menyangka bakalan sekeren ini” ujar Relandra.

Malam itu juga, pertama kali Alana menikmati rasanya berkumpul bersama teman-teman dan menikmati minuman enak seperti ice cream yang memang lagi digemari oleh banyak karangan terutama para kaum remaja. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, Alana merasa hari ini sudah sangat malam dan meminta Bagas untuk mengantarkannya pulang, lalu mereka pun pulang lebih dulu dari teman-teman yang lain.

"Kenapa mereka berdua bisa dekat sih... Padahal Ayuna yang sering didekati Bagas" celoteh Anita. Ucapan itu terdengar oleh Alana, "Santai sajalah Nit... Lagian aku dan Bagas hanya sebatas teman saja. Mungkin yang Dewi yang masih cemburu" celoteh Alana.

"Paling si lonte sialan itu yang menggodanya ha ha" celoteh Dewi.

"Hum... Biarkan sajalah, mungkin mereka lagi jatuh cinta dan itupun tidaklah penting buatku" ujar Ayuna dengan raut wajah datar. Tidak berselang lama, Alana meminta izin untuk ke kamar mandi lalu meluapkan kekecewaanya terhadap Bagas, "Aku pikir... Kamu menyukaiku hiks"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Jangan Anggap Aku Gadis Pelacur!   Teman, terimakasih

    Perjalanan menuju pulang di malam yang sudah sepi terasa lebih tenang bagi Alana. Angin malam berembus pelan, menenangkan pikirannya yang masih dipenuhi beban harian. Namun, ketenangan itu sedikit terusik ketika Bagas tiba-tiba berbicara, suaranya terdengar lembut namun tegas."Alana, kita singgah dulu di warung makan, yuk. Aku yang traktir."Alana terkejut. Ia menggigit bibirnya, merasakan jantungnya berdegup lebih cepat. Ia menunduk, mencoba mencari alasan. "Maaf, aku sudah makan," jawabnya cepat, berbohong.Bagas menoleh sekilas, menatapnya dengan tatapan penuh arti, lalu tersenyum kecil. "Ayo makan lagi, nanti aku yang bayar."Alana menggeleng cepat, namun Bagas tetap memaksanya dengan nada lembut. "Aku tidak bisa makan sendirian, temani aku, Alana."Setelah beberapa kali menolak, akhirnya Alana mengalah. Mereka berhenti di sebuah restoran binta lima dan tentunya menjadi restoran favorit. Terlihat ada banyak pengunjung yang masih berdatangan ke restoran ini, walaupun sudah larut m

    Last Updated : 2025-03-29
  • Jangan Anggap Aku Gadis Pelacur!   Mama mengapa tak sayang

    “Ibu, aku...” Alana terdiam sejenak, terlihat ia sedang menggigit bibir bawahnya.Wina yang tengah sibuk merias diri tidak memperdulikan Alana, lalu Alana tetap berpamitan kepada ibunya. “Ibu, aku berangkat ke sekolah dulu” ujar Alana, sembari berniat untuk meraih tangan ibunya namun Wina tetap tidak menoleh.“Sana saja... Jangan ganggu Ibu!” seru Wina dengan nada tinggi. Alana mengangguk lalu pergi secara perlahan.Ia kembali berjalan sembari memikirkan uang SPP yang belum ia lunasi hingga berbulan-bulan. Ia takut, jika gurunya memberikan skor hanya gara-gara SPP tersebut. Sembari berjalan, tiba-tiba seseorang melemparinya botol Aqua yang masih berisi setengah air, sehingga Alana meringis kesakitan.Saat Alana menengok, ternyata yang melemparkan botol berisi air tersebut adalah Dewi yang sedang berangkat ke sekolah yang diantar oleh super menggunakan mobil. Dari kejauhan, nampaknya Dewi merasa puas telah melemparkan botol Aqua tersebut kearah Alana.Sambil berusaha menenangkan perasa

    Last Updated : 2025-05-08
  • Jangan Anggap Aku Gadis Pelacur!   Gadis Cantik yang Malang

    Seorang ibu muda berdiri di hadapan putrinya dengan sorot mata tajam, seolah siap menerkam gadis itu kapan saja."Dasar anak tidak tahu diuntung! Seharusnya kamu bersyukur bisa makan dan tidur enak, bukan malah menggurui saya... Dasar anak sok suci!" Wina berteriak, menjambak rambut putrinya dengan kasar.Alana meringis kesakitan, air matanya jatuh tanpa bisa ditahan. "Ampun, Ma... Sakit... Hiks..."Tanpa peduli, Wina melemparkan ember berisi pakaian kotor ke lantai. "Sekarang juga, cuci semua ini!"Dengan napas tersendat, Alana mengangguk lemah. Air matanya terus mengalir tanpa henti, membasahi pipinya yang sudah basah sejak tadi. Dengan tangan gemetar, ia menyeka wajahnya, berusaha menelan kepedihan yang menggumpal di dadanya. Tanpa kata, ia meraih ember penuh pakaian kotor, mengangkatnya dengan susah payah, lalu melangkah keluar rumah dengan langkah tertatih. Punggungnya yang ringkih seakan menanggung beban yang jauh lebih berat dari sekadar cucian kotor—beban yang menekan hatinya

    Last Updated : 2025-03-29
  • Jangan Anggap Aku Gadis Pelacur!   Ombak Seakan Mengerti

    Beberapa ibu-ibu julid pada berkumpul didepan pintu rumah Alana, beberapa diantara mereka sibuk membuat konten demi mendapatkan followers dengan menuliskan caption “Ada yang lagi ribut nih”"Pasti bakalan ramai konten ini!" Ucap yang lainnya. Mendengar suara kegaduhan diluar pintu, Wina memutuskan untuk berhenti marah-marah kepada Alana dan bergegas berjalan ke arah depan pintu, menyelidiki suara kegaduhan apa yang berada diluar rumahnya? Wina mulai membuka pintu dengan cepat sehingga mereka para ibu-ibu yang bersenderan dipintu tersebutpun ikut terjatuh dan meringis kesakitan, "Aduhh sakit!“"Eh, Bu Wina! Kalau membuka pintu yang pelan dikit kenapa sih?!” protes salah satu ibu-ibu yang jatuh tersungkur.Wina tersenyum sinis lalu berteriak dengan suara menggelegar hingga membuat mereka kabur tunggang langgang, "Dasar... Cuma segitu doang pada kabur"Wina menutup kembali pintu depan rumahnya dan menghampiri Alana yang masih terdiam di lantai.“Cepat bereskan semuanya!”Alana mengan

    Last Updated : 2025-03-29
  • Jangan Anggap Aku Gadis Pelacur!   Pertemuan yang Mengubah Segalanya

    Matahari perlahan muncul dari peraduannya, menandakan pagi yang cerah telah kembali. Kehidupan mulai bergerak, hiruk-pikuk aktivitas kembali memenuhi sudut-sudut kota, termasuk di lingkungan sekolah. Para siswa dengan penuh semangat memasuki ruang kelas mereka, siap menghadapi hari yang baru.Di Sekolah Widya Piki Negeri Nusantara, suasana ramai terdengar di setiap sudut. Beberapa siswa-siswi terlihat asyik mengobrol, di antaranya Anik dan Ayuna."Ayuna, kemarin aku senang banget! Ayang beliin aku boneka!" seru Anik dengan wajah berbinar.Ayuna tersenyum ikut merasakan kebahagiaan sahabatnya. Tak lama, Bagas datang bersama teman-temannya. Ayuna, yang sudah lama menyimpan perasaan padanya, merasa salah tingkah. Anik, yang selalu peka terhadap perasaan sahabatnya, langsung menggoda."Cieee... Ada yang lagi deg-degan nih!"Ayuna semakin tersipu saat Bagas menyapa mereka. Anik membalas sapaan dengan santai, sementara Ayuna tampak gugup. Melihat ekspresi Ayuna, Bagas langsung bertanya, "Ay

    Last Updated : 2025-03-29

Latest chapter

  • Jangan Anggap Aku Gadis Pelacur!   Mama mengapa tak sayang

    “Ibu, aku...” Alana terdiam sejenak, terlihat ia sedang menggigit bibir bawahnya.Wina yang tengah sibuk merias diri tidak memperdulikan Alana, lalu Alana tetap berpamitan kepada ibunya. “Ibu, aku berangkat ke sekolah dulu” ujar Alana, sembari berniat untuk meraih tangan ibunya namun Wina tetap tidak menoleh.“Sana saja... Jangan ganggu Ibu!” seru Wina dengan nada tinggi. Alana mengangguk lalu pergi secara perlahan.Ia kembali berjalan sembari memikirkan uang SPP yang belum ia lunasi hingga berbulan-bulan. Ia takut, jika gurunya memberikan skor hanya gara-gara SPP tersebut. Sembari berjalan, tiba-tiba seseorang melemparinya botol Aqua yang masih berisi setengah air, sehingga Alana meringis kesakitan.Saat Alana menengok, ternyata yang melemparkan botol berisi air tersebut adalah Dewi yang sedang berangkat ke sekolah yang diantar oleh super menggunakan mobil. Dari kejauhan, nampaknya Dewi merasa puas telah melemparkan botol Aqua tersebut kearah Alana.Sambil berusaha menenangkan perasa

  • Jangan Anggap Aku Gadis Pelacur!   Teman, terimakasih

    Perjalanan menuju pulang di malam yang sudah sepi terasa lebih tenang bagi Alana. Angin malam berembus pelan, menenangkan pikirannya yang masih dipenuhi beban harian. Namun, ketenangan itu sedikit terusik ketika Bagas tiba-tiba berbicara, suaranya terdengar lembut namun tegas."Alana, kita singgah dulu di warung makan, yuk. Aku yang traktir."Alana terkejut. Ia menggigit bibirnya, merasakan jantungnya berdegup lebih cepat. Ia menunduk, mencoba mencari alasan. "Maaf, aku sudah makan," jawabnya cepat, berbohong.Bagas menoleh sekilas, menatapnya dengan tatapan penuh arti, lalu tersenyum kecil. "Ayo makan lagi, nanti aku yang bayar."Alana menggeleng cepat, namun Bagas tetap memaksanya dengan nada lembut. "Aku tidak bisa makan sendirian, temani aku, Alana."Setelah beberapa kali menolak, akhirnya Alana mengalah. Mereka berhenti di sebuah restoran binta lima dan tentunya menjadi restoran favorit. Terlihat ada banyak pengunjung yang masih berdatangan ke restoran ini, walaupun sudah larut m

  • Jangan Anggap Aku Gadis Pelacur!   Ada Apa Dengan Mereka?

    Bagas teringat nomor WhatsApp Alana dan ia mencoba memberikan pesan singkat kepada Alana. Didalam isi pesan tersebut, Bagas menuliskan bahwa ia menanyakan apakah Alana juga diajak ke mixue oleh Dewi?Setelah mengirim pesan singkat, Bagas memutuskan untuk tidur sejenak. Matanya dipejamkan dan tidak lama terdengar pesan masuk yang membuat kedua bola mata pemuda itu membuka, "Hai Bagas, kebetulan aku diajak kok" balas Alana lewat pesan.Lalu Bagas mencoba menawarkan diri untuk membonceng Alana, awalnya Alana menolak tawarannya namun akhirnya Alana mengiyakan ajakannya tersebut. Mereka janjian untuk ketemuan di jam tujuh malam, "Tapi jangan jemput di depan rumahku, cukup kita ketemuan di tempat yang tadi aku turun dari motor kamu” tulis Alana di pesan tersebut.Sebenarnya ada rasa penasaran, namun Bagas memilih untuk tidak memikirkan hal yang belum tentu benar, "Paling tidak, malam ini aku bisa barengan bersama dia" gumamnya pelan.Alana menaruh ponselnya ke atas kasur dan menoleh kearah

  • Jangan Anggap Aku Gadis Pelacur!   Pertemuan yang Mengubah Segalanya

    Matahari perlahan muncul dari peraduannya, menandakan pagi yang cerah telah kembali. Kehidupan mulai bergerak, hiruk-pikuk aktivitas kembali memenuhi sudut-sudut kota, termasuk di lingkungan sekolah. Para siswa dengan penuh semangat memasuki ruang kelas mereka, siap menghadapi hari yang baru.Di Sekolah Widya Piki Negeri Nusantara, suasana ramai terdengar di setiap sudut. Beberapa siswa-siswi terlihat asyik mengobrol, di antaranya Anik dan Ayuna."Ayuna, kemarin aku senang banget! Ayang beliin aku boneka!" seru Anik dengan wajah berbinar.Ayuna tersenyum ikut merasakan kebahagiaan sahabatnya. Tak lama, Bagas datang bersama teman-temannya. Ayuna, yang sudah lama menyimpan perasaan padanya, merasa salah tingkah. Anik, yang selalu peka terhadap perasaan sahabatnya, langsung menggoda."Cieee... Ada yang lagi deg-degan nih!"Ayuna semakin tersipu saat Bagas menyapa mereka. Anik membalas sapaan dengan santai, sementara Ayuna tampak gugup. Melihat ekspresi Ayuna, Bagas langsung bertanya, "Ay

  • Jangan Anggap Aku Gadis Pelacur!   Ombak Seakan Mengerti

    Beberapa ibu-ibu julid pada berkumpul didepan pintu rumah Alana, beberapa diantara mereka sibuk membuat konten demi mendapatkan followers dengan menuliskan caption “Ada yang lagi ribut nih”"Pasti bakalan ramai konten ini!" Ucap yang lainnya. Mendengar suara kegaduhan diluar pintu, Wina memutuskan untuk berhenti marah-marah kepada Alana dan bergegas berjalan ke arah depan pintu, menyelidiki suara kegaduhan apa yang berada diluar rumahnya? Wina mulai membuka pintu dengan cepat sehingga mereka para ibu-ibu yang bersenderan dipintu tersebutpun ikut terjatuh dan meringis kesakitan, "Aduhh sakit!“"Eh, Bu Wina! Kalau membuka pintu yang pelan dikit kenapa sih?!” protes salah satu ibu-ibu yang jatuh tersungkur.Wina tersenyum sinis lalu berteriak dengan suara menggelegar hingga membuat mereka kabur tunggang langgang, "Dasar... Cuma segitu doang pada kabur"Wina menutup kembali pintu depan rumahnya dan menghampiri Alana yang masih terdiam di lantai.“Cepat bereskan semuanya!”Alana mengan

  • Jangan Anggap Aku Gadis Pelacur!   Gadis Cantik yang Malang

    Seorang ibu muda berdiri di hadapan putrinya dengan sorot mata tajam, seolah siap menerkam gadis itu kapan saja."Dasar anak tidak tahu diuntung! Seharusnya kamu bersyukur bisa makan dan tidur enak, bukan malah menggurui saya... Dasar anak sok suci!" Wina berteriak, menjambak rambut putrinya dengan kasar.Alana meringis kesakitan, air matanya jatuh tanpa bisa ditahan. "Ampun, Ma... Sakit... Hiks..."Tanpa peduli, Wina melemparkan ember berisi pakaian kotor ke lantai. "Sekarang juga, cuci semua ini!"Dengan napas tersendat, Alana mengangguk lemah. Air matanya terus mengalir tanpa henti, membasahi pipinya yang sudah basah sejak tadi. Dengan tangan gemetar, ia menyeka wajahnya, berusaha menelan kepedihan yang menggumpal di dadanya. Tanpa kata, ia meraih ember penuh pakaian kotor, mengangkatnya dengan susah payah, lalu melangkah keluar rumah dengan langkah tertatih. Punggungnya yang ringkih seakan menanggung beban yang jauh lebih berat dari sekadar cucian kotor—beban yang menekan hatinya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status