Share

Bab 9 Suamiku Berkhianat

"Ceritanya panjang. Pokoknya nyesek banget kalau aku harus ceritain sekarang."

Indah, merupakan sahabat Mira sejak duduk di bangku SMA. Selama ini, segala macam kisah hidup Mira diketahui oleh Indah, namun semenjak Mira menikah, mereka jadi jarang bersama lagi karena sibuk dengan urusan masing-masing.

Indah yang saat ini masih berstatus single dan kerja di perusahaan ternama membuat ia jadi jarang punya banyak waktu untuk nongkrong. Sebagian besar waktunya ia habiskan dengan bekerja.

Setelah beberapa menit perjalanan, akhirnya aku dan Indah sampai juga di restoran ternama yang kebanyakan dikunjungi oleh konglomerat saja. Sebenarnya, aku sempat tidak percaya bahwa Mas Rendy ada dalam restoran itu karena selama aku sama dia, dia tidak pernah ke sana dnegan alasan bayaran yang cukup fantastis.

"Apa kamu yakin Mas Rendy ada di sini?" tanyaku seolah tak percaya.

"Iya, Mira. Soalnya tadi aku makan di dalam sama rekan kerjaku, eh lihat dia dong sama cewek."

Sebelum masuk ke restoran itu, aku menghela nafas panjang berharap bisa lebih tenang ketika melihat Mas Rendy bersama wanita lain di dalam sana.

Langkah demi langkah kutempuh memasuki restoran itu, sedangkan Indah memilih untuk tinggal di luar sana. Katanya, ia tidak mau terlibat dalam masalah rumah tanggaku dan akupun menyetujui itu. Menemaniku hingga sampai ke sini saja aku sudah bersyukur.

Sampai di dalam sana, betapa terkejutnya aku saat langsung disuguhkan dengan pemandangan yang sangat aku tidak inginkan. Air mataku mengalir begitu saja dan tubuhku kian melemas seolah tidak memiliki tenaga. Andai saja aku tidak kuat menahan beban diriku, mungkin aku sudah jatuh pingsan di sana melihat pemandangan itu.

Ternyata benar yang dikatakan Indah bahwa saat ini Mas Rendy sedang bersama dengan wanita lain. Bukan hanya itu, mereka terlihat begitu mesra dengan saling menyuapi satu sama lain.

Mas Rendy dan wanita itu terlihat sangat bahagia, bahkan seolah melupakan statusnya kalau saat ini ada istri dan anaknya yang menunggu di rumah.

Dengan tangan bergetar dan dada yang terasa sesak, aku melangkahkan kakiku menghampiri mereka. Aku penasaran dengan reaksi mereka ketika melihatku.

"Ehem ... enak ya makan malam sama suami orang," ucapku sambil menatap mereka dengan tatapan sinis.

Mereka langsung menghentikan aktivitasnya dan tersentak kaget melihatku, bukan hanya wanita itu, tetapi Mas Rendy yang langsung berdiri dengan muka kagetnya.

"Mira, ngapain kamu ke sini?"

"Seharusnya aku yang tanya kamu, Mas. Ngapain kamu di sini makan berdua dengan wanita lain?"

"Pantas kamu sering gak pulang dan gak makan makanan rumah, ternyata makanan restoran lebih nikmat ya karena ditemani wanita cantik tapi gatel gini," ucapku sambil melipat kedua tanganku di depan dada.

Malam ini aku tidak bisa tinggal diam lagi. Perlakuan Mas Rendy sudah cukup keterlaluan karena sudah melibatkan wanita lain dalam rumah tangga kami.

"Mas!!" ucap wanita itu yang langsung memeluk lengan Mas Rendy seolah sedang ketakutan.

Hatiku semakin hancur saja dan emosiku semakin tak terkontrol melihat Mas Rendy merespon wanita itu dengan cara memelukanya balik di depanku. Dan tanpa kusadari juga, air mataku mengalir begitu saja dengan dada yang terasa sesak.

"Mas, apa-apaan nih? Kenapa kamu meluk-meluk dia? Aku istri sah kamu loh. Tega ya kamu peluk wanita ini di depan aku!"

Emosiku semakin memuncak dan dengan reflek kutarik rambut wanita itu hingga ia meringis kesakitan. Mas Rendy terus saja berusaha meleraiku, tetapi genggaman tanganku begitu kuat karena memang aku sudah tidak tahan dengan semuanya.

"Awww sakit!"

"Mas tolongin!!" keluhnya.

"Mira, lepasin! Kamu jangan buat malu di sini ya, ini tempat umum," ucap Mas Rendy sambil meleraiku.

"Dasar murahan. Enak bener ya jalan dan makan sama suami orang. Udah tahu punya istri, malam main peluk-peluk aja. Gatel banget sih jadi cewek!" ucapku dengan nada tinggi hingga membuat pengunjung lain menatap ke arahku.

Semua pasang mata yang ada dalam restoran itu tertuju pada kami karena sudah membuat keributan di sana. Hingga tak berapa lama kemudian, sang pemilik restoran itupun datang dan melerai kami.

"APa-apaan ini? Kenapa malah ribut di restoran saya? Apa kalian gak tahu kalau ini tempat umum?" ucapnya dengan nada kesal.

Aku hanya diam sambil menatap wanita itu dengan tatapan sinis, seolah ingin kulenyapkan saja dari dunia ini, termasuk Mas Rendy juga. Sementara wanita itu, masih memperbaiki penampilannya yang sudah acak-acakan dan menatapku kembali dengan tatapan merendahkan.

"Maaf, Pak. Ini cuma masalah kecil. Kami akan segera pergi. Sekali lagi maaf karena sudah membuat keributan!" ucap Mas Rendy.

"What? Masalah kecil?" ucapku dalam hati sambil menatap Mas Rendy dengan kesal.

Bisa-bisanya dia mneganggap bahwa masalah ini adalah masalah kecil. Padahal, ini hubungan kami sudah berada di ambang batas kehancuran.

"Silakan pergi dari sini. Saya tidak mau pelanggan saya yang lain merasa terganggu karena keributan yang kalian buat!"

"Iya, Pak. Sekali lagi kami minta maaf."

Akhirnya, kami pun memutuskan untuk keluar dari restoran itu dengan Mas Rendy yang memegang tanganku dan juga tangan wanita itu.

Sampai di luar, ia langsung menghempaskan tanganku begitu saja, sedangkan tangan wanita itu terus saja ia genggam seolah tak bisa lepas lagi.

"Mira, kamu ngapain sih ke sini? Bikin kacau aja tau nggak, ngeselin banget jadi orang. Bikin malu aja," omel Mas Rendy dengan nada membentak.

"Kamu yang ngapain ke sini dan mesra-mesraan dengan wanita lain, Mas? Kamu lupa ya kalau di rumah, ada istri dan anak kamu yang nungguin, tapi kamu malah keluyuran di sini sama cewek gak jelas," balasku yang tak mau kalah.

Mas Rendy langsung menunjuk ke arahku dengan rahang yang mengeras, ia terlihat begitu emosi melihatku padahal ini semua juga karena salahnya.

"Kamu ya kalau dibilangin malah ngelawan. Bukan urusanmu!"

"Terserah aku dong mau ngapain, orang Angel lebih cantik, lebih seksi, beda banget sama kamu!"

Hatiku bagai disayat-sayat mendengar Mas Rendy membanding-bandingkan aku dengan wanita lain. Aku akui bahwa memang saat ini penampilanku sudah kucel dan tak terawat, badanku kurus dan kulitku yang hitam mungkin membuat Mas Rendy jijik melihatku. Tetapi, ini semua karena aku kekurangan modal buat mempercantik diri. hampir setiap hari kerjaanku hanya di dapur dan mengurus anaknya.

Angel, nama wanita itu sangat cantik, secantik orangnya namun tak secantik perilakunya yang rela menjadi benalu dalam rumah tangga orang lain. Aku akui dia memang cantik dan seksi, mungkin karena dia masih gadis dan kebutuhannya terpenuhi.

"TEGA KAMU, MAS!" ucapku dengan sedikit berteriak dan air mata yang mengalir deras di pipiku.

"Aku di rumah berjuang mati-matian mengurus anak dan keluargamu, tetapi kamu malah menghinaku? DASAR GAK TAHU DIRI!"

"Ya makanya cari kerja yang bener sana. Lihat Angel, dia bekerja di perusahaan ternama, jadi gelar dia gak sia-sia dong kayak kamu yang malah milih jadi buruh cuci di rumah orang lain."

PLAKKK ...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status